Kiprah Pagar Nusa pada Bangsa, Negara, Agama Ulama dan Olah Raga

0

Kiprah Pagar Nusa pada Bangsa, Negara, Agama Ulama dan Olah Raga

Oleh: Huda Sabily

Pencak silat atau silat adalah suatu seni beladiri tradisional yang berasal dari Indonesia. Pencak silat sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah perkembangan masyarakat Indonesia.

Pengurus besar IPSI pada tahun 1975 mendefiniskan pencak silat sebagai berikut: “pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela, mempertahankan eksistensi (kemandiriannya) dan integritasnya (manunggal) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa”.

Pada masa pendudukan Belanda, kegiatan pencak silat berada dalam pengawasan yang ketat. Pendidikan pencak silat hanya dapat diberikan kepada kalangan tertentu, yaitu di sekolah pendidikan pegawai pemerintah (opleiding voor Bestuure-Beamte) dan sekolah polisi dan pegawai sipil tertentu.

Tidak semua orang bisa dengan leluasa pencak silat. Keadaan ini berkaitan dengan dilarangnya perkumpulan-perkumpulan pemuda untuk kemerdekaan. Namun, para pemimpin bangsa tak kehabisan akal. Mereka membentuk perkumpulan dan kesenian.

Pagar Nusa memiliki sejarah panjang dalam mengawal perjuangan Nahdlatul Ulama (NU), berawal dari sebuah ide yang dirintis bersama-sama Kyai dan para pendekar Nahdlatul Ulama. Pagar Nusa perlahan-lahan dapat menunjukan jati dirinya menjadi sebuah Lembaga Pencak Silat resmi yang di dirikan oleh Almaghfurlah KH Maksum Jauhari (Lirboyo Kediri), Pagar Nusa memapaki dunia persilatan dengan semangat pengabdian kepada Nahdaltul Ulama dan bangsa.

Sejak zaman dahulu, di lingkungan Pesantren NU, terdapat banyak sekali aliran silat, baik aliran silat di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Silat Betawi, Silat Minang, silat Mandar dan lain-lain.

Karena beragamnya aliran silat tersebut, maka di bentuklah PAGAR NUSA sebagai wadah perkumpulan perguruan pencak silat di bawah naungan NU. Wadah ini tetap membuka keragaman dan memberi keluasan pada tiap-tiap perguruan untuk mengembangkan diri dan mepertahankan ciri khasnya masingmasing.

Artinya, walaupun ada perbedaan namun tetap satu saudara. Secara historis, pencak silat di lingkungan Nahdliyin telah berkembang mengikuti kultur dan adat istiadat daerah dimana pencak silat itu dikembangkan.

Arah perkembangannya sangat tergantung kepada situasi kemanan sebuah daerah. Artinya, semakin negara atau daerah tidak aman, dengan sendirinya semakin memberikan motivasi kepada masyarakat untuk mengembangkannya, karena pencak silat pada mulanya memang didedikasikan sebagai upaya tradisional dalam menciptakan keamanan dan pertahanan negara atau daerah.

Ciri khas Pagar Nusa, yang membuatnya berbeda dengan organisasi sejenis lainnya, adalah faham dan tradisi keagamaan yang spesifik, yakni Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah yang sering juga disebut kelompok tradisional di kalangan Islam. Tradisi keagamaan itu merupakan tanggung jawab bagi warga Nahdliyin, dan diturunkan dari generasi ke generasi, sehingga tradisi keagamaan itu terjadi. Pagar Nusa sebagai bagian dari kultur dan tradisi keagamaan Nahdaltul Ulama, juga menganut asas ketaatan menjalankan tradisi keagamaan dan petunjuk dari ulama sebagai pihak yang memiliki otoritas keagamaan.

Baca Juga :  Menag Minta GKMNU Bergerak Serentak di 35 Cabang Jateng, Apa Saja Programnya?

Kiprah Pagar Nusa pada Bangsa, Negara

Ketua Umum Pencak Silat Pagar Nusa Mohammad Nabil Haroen dalam artikelnya berjudul “Pagar Nusa dan Komitmen Kebangsaan” yang dimuat Jawa Pos pada 4 Mei 2017, ia mengatakan bahwa Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa konsisten pada komitmen untuk menjaga NKRI. Pagar Nusa merujuk pada sikap kiai-kiai pesantren dan arah organisasi NU yang berprinsip pada nilai Islam dan kebangsaan. Konsepsi itu muncul dari pemahaman mendasar atas sikap para kiai dalam memperjuangkan kemerdekaan serta menjaga negara. Hubbul wathan minal iman, cinta tanah air sebagian dari iman. Itulah yang menjadi prinsip NU serta menjadi rujukan Pagar Nusa.

Perjuangan kebangsaan para kiai NU berdasar pemahaman bahwa ad-din (agama) merupakan latar belakang perilaku dan pemikiran, berlandasan nilai dan prinsip Islam. Semisal musyawarah (asy-syura), kebebasan (al-hurriyah), keadilan (al-’adalah), dan persamaan derajat (al-musawah). Prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan nilai dasar Pancasila yang disepakati para pendiri bangsa.

Sejarah hadirnya Pagar Nusa tidak lepas dari perjuangan mengawal negara. Para pendekar silat dari pesantren telah sejak awal bergabung dalam perjuangan kemerdekaan. Bersama laskar rakyat dan barisan militer, para pendekar dan santri itu menjadi tulang punggung perjuangan.

Selanjutnya, untuk mewadahi para pendekar, para kiai sepakat membentuk perkumpulan. Pada 27 September 1985 diselenggarakan pertemuan para kiai untuk membahas wadah pencak silat dari komunitas pesantren dan warga nahdliyin. Pertemuan yang berlangsung di Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, itu dihadiri KH Maksum Jauhary (Gus Maksum Lirboyo), KH Abdullah Usman, KH Muhajir, H Athoillah, Drs Lamro Azhari, KH Ahmad Buchori Susasto, dan Prof Dr Suharbillah.

Pertemuan tersebut menandai pembentukan Pagar Nusa untuk mewadahi kader-kader dan pendekar silat yang berafiliasi dengan nahdliyin. Kemudian, pada 3 Januari 1986, melalui pertemuan kiai dan pendekar-pendekar khos (khusus) di Pesantren Lirboyo Kediri, terbentuklah Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa yang secara resmi menjadi media komunikasi dan konsolidasi para pendekar silat.

Kiprah Pagar Nusa pada Agama, Ulama

Sejak diresmikan menjadi salah satu Badan Otonom NU tahun 2004 pada Muktamar Ke-31 NU di Boyolali, Pagar Nusa terus melakukan pembenahan. Para Pengurus Pagar Nusa hingga kini selalu mengkhidmat kan, mengonsolidasi, dan terus menempa diri agar bisa menjadi organisasi pendekar pencak silat yang mumpuni.

Pagar Nusa merupakan pencak silat khas Nahdlatul Ulama. Anggota pencak silat ini tersebar di berbagai rentang usia, mulai dari yang masih berusia sekolah dasar hingga yang sudah berusia cukup lanjut.

Baca Juga :  Dubes Tunisia Sowan PBNU Perkuat Islam Moderat

Amirudin Faisal Wakil ketua Cabang Pagar Nusa Kabupaten Cirebon dalam artikelnya berjudul “Pagar Nusa Cirebon siap bentengi Ulama dan bangsa” yang dimuat pada laman website Ansor Jabar Online pada 29 Juni 2017 mengatakan, bahwa Pagar Nusa memang prinsipnya adalah gerakan beladiri dan olah raga pencak silat, tetapi sesungguhnya, Pagar Nusa tidak sekedar olahraga.

Pagar Nusa sebenarnya adalah gerakan keagamaan, gerakan keolahragaan dan gerakan keindonesiaan dan kebangsaan. Tiga hal ini merupakan tritura dari Pagar Nusa, jangan sampai dipisahkan satu bagian dengan bagian yang lain.

Dasar bela diri dan keolahragaan pencak silat Pagar Nusa harus berdasarkan keagamaan dan tauhid kepada Allah SWT. Selanjutnya, berdasarkan aturan-aturan yang diatur oleh syariat Nabi Besar Muhammad SAW, ia tumbuh dari semangat keagamaan. Dari berkah ketauhidan dan kesyariatan ini, para ulama melahirkan seni bela diri pencak silat yang insyaallah menjadi ciri budaya leluhur bangsa Indonesia.

Pemikiran-pemikiran keagamaan ini bisa diterima dengan baik, berdasarkan tawassuth tasamuh tawazun dan i’tidal, garis moderasi dan garis yang mengangkat secara internasional masalah persamaan, keadilan dan persaudaraan.

Oleh karenanya, di dalam bidang seni béladiri dan keolahragaan, diharapkan Pagar Nusa duduk menyatukan kembali beberapa sumber-sumber yang sampai hari ini masih berserakan untuk disatukan sehingga dalam Pagar Nusa hanya ada satu metodologi yang diikuti. Setelah itu, Pagar Nusa harus melakukan kontak-kontak dengan organisasi-organisasi atau gerakan olah raga lain yang ada di Indonesia ini sehingga terjadi perpaduan olah raga dalam suasana persaudaraan, saling mengenal dan saling bersatu.

Ciri khas daripada pagar Nusa adalah  berdasarkan akhlakul karimah dan tauhid para ulama nahdliyyah, yang berjalan diatas kebenaran dan syariat, yang akan menumbuhkan kekuatan yang disebut laa gholiba illa billah, harus terwujud dalam wadah yang sehat dalam sistem dan organisasi yang sehat dan jangan lupa setiap orang yang tinggi ilmunya, biasanya ia semakin tawadhu dan biasanya ketawadhuan merupakan bagian dari pendekar-pendekar Pagar Nusa, karena ciri pendekar sejati adalah kerendahan hatinya.

Maka Pagar Nusa akan menjadi pergerakan yang berkhidmat untuk ulama dan bangsa. Sejak awal dibentuk, Pagar Nusa terbukti konsisten menjaga keseimbangan dalam keamanan nasional maupun di internal pesantren. Para pendekar dan kader Pagar Nusa mampu menjadi tonggak yang kokoh, sebagai benteng fisik, dan spiritual bagi komunitas pesantren.

Di sisi lain, Pagar Nusa juga mengabdi untuk terus mengawal kiai-kiai pesantren yang menjadi panutan. Jika kehormatan kiai dilecehkan dan dihina, Pagar Nusa tidak akan tinggal diam. Ini komitmen Pagar Nusa menjaga simbol pesantren apalagi simbol-Simbol NU dan Negara. Jika simbol pengetahuan NU dilecehkan, sama halnya tidak ada penghormatan atas jamaah (komunitas) Nahdliyin dan Jam’iyyah (organisasi) Nahdlatul Ulama dan para founding father bangsa ini.

Baca Juga :  JQH PBNU Gelar MTQ Nasional – Internasional, Dihadiri 9 Negara

Kiprah Pagar Nusa pada Olah Raga

Olahraga merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat pada umumnya dan insan olahraga pada khususnya, serta dipandang perlu sebagai pembentuk watak dan kepribadian individu-individu serta memberdayakan masyarakat untuk lebih berdaya guna dalam pembentukan mental sportivitas. Pencak Silat merupakan salah satu olahraga yang menjadi kebudayaan asli Indonesia demikian halnya pencak silat Pagar Nusa milik NU yang terhimpun dalam organisasi IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia).

Pencak silat merupakan sebuah karya anak bangsa yang berakar pada budaya bangsa. Di Indonesia sendiri, Pencak silat memiliki banyak ragam dan corak. Ada ratusan bahkan ribuan perguruan Pencak Silat yang ada dari berbagai macam aliran dan berlomba-lomba untuk menunjukan perannya demi kemajuan pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara. Pencak silat merupakan olahraga seni bela diri asli dari Indonesia yang harus kita lestarikan.

Banyak cara yang dilakukan untuk melestarikan budaya tinggalan nenek moyang ini, ada yang mencoba dengan membuat film seperti iko uwais, sebagai pertunjukan ketika ada hari besar seperti hari kemerdekaan, dan ada pula yang melestarikan sebagai olah raga. Seperti yang kita ketahui, pencak silat masuk pada cabang olah raga, dan kini juga dipertandingkan di event-event bergengsi, misalnya PON, Sea Games, Asian Games dan juga ada kejuaraan dunia.

Dalam hal ini menunjukan bahwa pencak silat merupakan bentuk olah raga yang yang diperlombakan untuk berprestasi. Bergulirnya event kejauraan pencak silat disambut oleh dunia dengan antusias, baik dari perguruan pencak silat, maupun dari pemerintahan. Namun hasil prestasi yang di peroleh timnas Indonesia belum mendapatkan hasil medali yang Optimal, dalam seagame 2015 di Singapore pencak silat hanya dapat menyumbangkan 3 emas dari 21 kelas yang di pertandingkan.

Khususnya untuk 3 provinsi jawa tengah, hasil PON 2012 di Riau, dari 7 atlet pencak silat Jawa tengah yang masuk final, tidak satupun yang mendapatkan medali emas, kejurnas IPSI di Jakarta tepatnya di Taman Mini Indonesia Indah pada 2014, Jawatengah hanya mendapatkan 1 emas atas nama Sapto purnomo kelas D putra yang berasal dari Kota Solo. Demikian juga saat menjadi tuan rumah Asen Games 2018 Jakarta – Palembang, Indonesia berhasil menyapu bersih Sembilan medali emas dari cabang pencak silat yang dilombakan di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018. (*)

Leave A Reply

Your email address will not be published.