Dalam aktivitas harian, kita sering menganggap sesuatu perbuatan yang tidak baik, sebagai suatu pelanggaran yang ringan saja, sehingga tidak merasakannya sebagai dosa. Sikap seperti itu, sebenarnya sangat tercela dalam pandangan ajaran agama. Sesungguhnya perbuatan yang tidak baik, meskipun dianggap ringan atau sekedar dosa kecil, bila terus dikerjakan akan menjadi besar dan berat. Dalam al-Qur’an, dijelaskan mengenai kekeliruan-kekeliruan seperti yang disebutkan di atas, diantaranya : “Ingatlah waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun, dan kamu menganggapnya sebagai suatu yang ringan saja. Padahal dia di sisi Allah adalah besar”. (Q.S. an-Nur, 24 : 15).
Manusia pada umumnya gemar terhadap gosip atau berita bohong lainnya. Ia memberitakan berbagai gosip yang sama sekali tidak diketahuinya, begitu ringan lisannya menyampaikan berita bohong itu, sehingga dianggap sebagai suatu yang biasa atau lumrah-lumrah saja. Padahal kebohongan adalah tetap merupakan suatu perbuatan yang sangat tercela, disebutkan dalam hadits Nabi, bahwa salah satu ciri orang munafik adalah mereka yang gemar berbohong. Berita bohong atau gosip akan menimbulkan fitnah ditengah-tengah masyarakat, sehingga banyak orang yang akan dirugikan, dan nama baiknya dijatuhkan. Si penyebar gosip biasanya tidak merasa bersalah, padahal sikapnya itu merupakan suatu dosa yang berat dan akan dipertanggung jawabkan pada hari hisab. Al-Qur’an, mengarahkan setiap orang yang beriman agar berhati-hati dalam menerima berita dan menolak dengan tegas bila ternyata berita itu bohong. Di sebutkan dalam surat an-Nur : “Dan mengapa kamu tidak berkata ketika mendengar berita bohong itu : “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami) ini adalah dusta yang besar”. (Q.S. an-Nur, 24 : 16).
Membiarkan berita bohong berkembang di tengah-tengah masyarakat, serupa dengan penyebaran fitnah dan permusuhan, yang bisa menimbulkan kerugian-kerugian yang besar dan penyesalan yang sangat mendalam. Sekelompok orang dengan semangat yang menggebu-gebu menyebarkan berita bohong tentang kelompok lain. Kelompok lainpun menyebarkan berita yang sama, maka terjadilah kekacauan antar kelompok yang menimbulkan permusuhan. Dari permusuhan itu akan menimbulkan tindakan-tindakan yang tercela. Setelah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, akhirnya semua kelompok menyesali sikapnya selama ini. Sayang penyesalan itu tidak berguna lagi, karena kerugian telah mereka derita.
Sebagai manusia muslim, kita diperintahkan agar selalu menghindari perbuatan tercela seperti yang disebutkan di atas dan perbuatan tidak terpuji lainnya. Bahkan terhadap sesuatu yang syubhatpun, yang belum jelas baik dan buruknya, kita diperintahkan untuk menghindarinya. Barang siapa yang terus-menerus bergelimangan dengan syubhat, ia akan tergelincir pada perkara yang diharamkan. Ibarat orang yang meniti perjalannya di tepi jurang, ia lakukan jalan itu terus-menerus, sepandai-pandainya ia menghindari jurang, sewaktu-waktu akan terperosok juga.
Mengenai larangan bergelimang dalam syubhat, dijelaskan hadits Nabi : “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang harampun jelas juga, dan diantara perkara yang keduanya ada perkara yang syubhat (meragukan), ia tidak dapat dikenali oleh sebagian besar manusia. Maka siapa yang menghindari syubhat ia akan bersih agamanya dan kehormatannya, dan barang siapa terjerumus di dalamnya akan terperosok ke dalam yang haram. Ia bagaikan penggembala yang mengiring ternaknya disekitar tempat larangan, sewaktu-waktu akan terjerumus di dalamnya. Ingatlah bahwa setiap raja memiliki tempat terlarang, ingatlah bahwa larangan Allah itu ialah segala yang diharamkan-Nya”… (H.R. Bukhari & Muslim).
Dalam lanjutan hadits yang di atas, Nabi mengingatkan kita, bahwa baik buruknya seorang manusia, terletak pada hatinya. Nabi bersabda : “ketahuilah, bahwa sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging, bila daging itu baik, maka baiklah semua jasadnya, dan bila rusak maka rusaklah semuanya. Ketahuilah segumpal daging itu adalah hati”. (H.R. Bukhari & Muslim). Hadits ini mengisyaratkan, bahwa baik atau buruknya manusia, ditentukan oleh hatinya, hati itulah yang memberikan komando kepada seluruh anggota tubuh untuk mengerjakan sesuatu. Oleh karena itu bila hatinya baik, maka baiklah anggota badan yang lain dan baik pulalah aktivitasnya dari seluruh tubuhnya.
Setiap insan muslim, diarahkan ajaran agamanya agar menghindari berita bohong, menganggap remeh kesalahan kecil, dan menghindari perkara syubhat. Nabi SAW tegaskan : “Kebaikan itu adalah keluhuran akhlak, sedangkan dosa adalah segala sesuatu yang membuat keraguan dalam hati, dan merasa khawatir bila diketahui orang lain”. (H.R. Muslim).
Hal senada juga ditegaskan oleh Allah s.w.t. dalam firman-Nya:
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلً
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Padahal kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (diantaramu). (QS-Al-Nisa, 04:83).
Ayat ini menjelaskan lebih jauh tentang kebiasaan orang-orang munafik dan mereka yang lemah imannya, mereka selalu membiarkan berita bohong atau hoax yang sering menimbulkan keresahan di dalam kehidupan bermasyarakat. Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa turunnya ayat ini disebabkan adanya sekelompok orang yang selalu menyembunyikan niat jahatnya terhadap kaum muslimin. Mereka gemar memberitakan sesuatu yang tidak pernah diinformasikan oleh Nabi dan sahabatnya. Sikap seperti itu mungkin tanpa mengandung niat yang buruk, namun demikian tanpa mereka sadari, masyarakat akan ikut menyiarkan berita hoax itu yang bersifat provokatif.
Mereka yang lemah imannya, demikian juga kaum munafik, sering menginformasikan berita-berita yang seharusnya tidak disampaikan kepada orang-orang awam, atau masyarakat pada umumnya, karena akan menimbulkan keresahan. Informasi itu misalnya berupa rahasia dalam peperangan dan peristiwa-peristiwa lain yang tidak boleh diketahui oleh orang-orang awam, karena akan menimbulkan rasa chaos dan ketakutan dalam kehidupan mereka. Banyak hal yang bersifat rahasia yang harus dijaga oleh para pemimpin agar tidak diketahui secara transparan oleh masyarakat umum. Termasuk dalam kategori ini adalah rahasia peperangan, aktifitas politik, dan hubungan dengan pihak lain atau dengan negara-negara lain. Kebanyakan masyarakat umum tidak siapa untuk menerima informasi-informasi yang bersifat rahasia dan berita-berita yang menegangkan. Karena itu, masyarakat perlu dilindungi agar tidak dikacaukan dengan berita-berita rahasia atau berita yang bersifat hoax.
Kelompok yang sering menyiarkan berita-berita sebagaimana disebutkan di atas, biasanya memiliki tujuan untuk mengacaukan kehidupan masyarakat. Sekiranya mereka bermaksud baik, tentunya mengembalikan berita itu kepada Rasul dan para pemimpin umat yang bijaksana, sehingga tidak membuat kegaduhan dan kekacauan. Rasul dan para pemimpin umat, lebih memahami mana berita yang perlu disampaikan dan mana berita yang harus dirahasiakan, karena menyangkut ketentraman umum. Apabila berita-berita rahasia itu atau berita yang bercampur hoax disampaikan kepada masyarakat awam, maka akan menimbulkan kekacauan dan keresahan. Mereka yang ikut menyebarkan berita-berita dan informasi yang tidak seharusnya disampaikan, atau mengekspos berita yang bersifat hoax digambarkan dalam ayat ini sebagai perilaku syaitan. Syaitan pada dasarnya selalu menjerumuskan umat manusia agar tercampakkan ke dalam jurang kehinaan.
Mereka yang memiliki iman yang kuat, akan selalu memfilter setiap berita yang sampai kepadanya. Mereka selalu memilah dan memilih dari berbagai informasi itu, maka diambillah yang baik dan yang buruk dicampakkan atau disimpan. Manusia muslim yang terbaik adalah mereka yang selalu menyerap informasi sebanyak-banyaknya, kemudian menyaring informasi itu, dibagi-bagi mana yang harus disampaikan, mana yang harus dibuang, dan mana yang harus disimpan. Mereka juga selalu mengikuti pengarahan-pengarahan dari Rasul dan para pemimpin umat, sehingga memperoleh jalan keluar (way out) dari segala permasalahan dan kesulitan yang menghadangnya.
Al-Qur’an mengarahkan umat manusia agar menyaring informasi yang sampai kepadanya, sehingga tidak terjerumus dalam tindakan dan langkah yang salah, serta merugikan.
وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَن يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَىٰ ۚ فَبَشِّرْ عِبَادِ (17) الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ (18)
“Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal”. (QS. Al-Zumar, 39:17-18).
Ayat ini menegaskan bahwa mereka yang menolak thagut (syaitan), dan mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya akan mendapatkan kebahagiaan yang sangat luhur. Sifat mereka adalah selalu menyerap sebanyak-banyaknya informasi, kemudian dia lakukan penyaringan terhadap informasi itu. Mereka memilah dan memilih informasi yang disampaikan kepada mereka, kemudian mengambil yang terbaik dan meninggalkan yang buruk ataupun sia-sia. Termasuk dalam hal ini adalah keharusan meninggalkan berita yang bersifat hoax yang pada era IT (Informasi dan Teknologi), banyak merebak di berbagai kalangan.
Mereka yang menolak berita bohong, dan mampu memfilter berbagai macam informasi yang sampai kepadanya adalah merupakan kaum muslim yang cerdas dan berkualitas. Mereka akan memperoleh petunjuk dari Allah s.w.t. dan memperoleh jalan yang mulus untuk meniti karir di masa yang akan datang. Mereka akan meraih kesuksesan duniawi dan ukhrawi, dan merekalah orang-orang bahagia, serta memperoleh keridhaan Allah s.w.t.
Kesimpulan dari tulisan ini adalah bahwa kaum munafik dan mereka yang lemah imannya sering menyiarkan berita-berita yang bersifat agitasi, provokasi, dan berita hoax. Dengan demikian, mereka sering menimbulkan keresahan dalam kehidupan bermasyarakat. Kaum muslim harus selalu teliti dan bersikap hati-hati dalam menerima berbagai-macam informasi, sehingga tidak terjerumus dalam kehidupan yang merugikan. Berita-berita itu hendaknya disaring dengan teliti, dipilah dan dipilih agar dapat terpisah dengan jelas antara yang baik dan yang buruk, antara yang hak dengan yang batil. Yang hak, yang baik, harus ditegakkan, sebaliknya yang batil dan yang butuk hrus dilenyapkan.