Risalah NU Edisi 54

Rp15,000.00

Description

APA KABAR WANITA NU

Risalah NU edisi 53 membahas masalah kabar perempuan NU yang tangguh dan militan. Lalu siapakah perempuan-perempuan NU tersebut. Penting untuk disimak dan di baca majalah edisi kali ini, mengapa?, karena semua manusia di muka bumi ini lahir dari rahim seorang perempuan, tentu surga di bawah telapak kaki ibu. Trus, bagaimana kiprahnya perempuan NU dalam berorganisasi?…

Perempuan NU sama saja dengan wanita Indonesia lainnya yang ‘minggir’ karena kodrat alamiahnya. Wanita yang mampu ke ‘tengah’ atau ke ‘depan’ adalah wanita yang bisa melepas kungkungan kodratnya, sebagai penyangga keluarga. Ada pembagian peran secara alami meski tidak harus mutlak dipenuhi. Bagi wanita NU, di pinggiran atau di tengah sekalipun sama nilainya dan sama pentingnya. Sebab, siapa pun yang berhasil mencatat prestasi akan selalu ditanya: siapa wanita di belakangnya.

Selama ini selalu ada dua wanita yang mengiringi keberhasilan laki-laki: ibu dan istrinya. Maaf, ‘sebodoh’ apa pun ibu dan sekampungan apa pun istri, dialah yang berhasil melahirkan tokoh-tokoh nasional kemudian. Kelahiran NU tahun 1926 memang belum melibatkan aktif wanita, karena wanita memiliki peran lain sendiri yang tak kalah penting. Baru kemudian, dalam Muktamar di Menes, Banten, tahun 1938, muncul usulan memberi tempat bagi wanita NU. Para ulama NU saat itu masih berpendapat bahwa wanita belum masanya aktif di organisasi. Anggapan bahwa ruang gerak wanita cukuplah di rumah saja masih kuat melekat pada umumnya ulama NU saat itu.

Dalam kongres itu, untuk pertama kalinya tampil seorang muslimat di atas podium, berbicara tentang perlunya wanita NU mendapatkan hak yang sama dalam organisasi NU. Sejak kongres NU di Menes, wanita telah secara resmi diterima menjadi anggota NU meskipun sifat keanggotannya hanya sebagai pendengar, tanpa diperbolehkan menduduki kursi kepengurusan. Hal seperti itu terus berlangsung hingga Kongres NU XV di Surabaya tahun 1940.

Perempuan NU selama ini tergalang dalam organisasi Muslimat, sebagai lembaga tertua untuk perempuan NU. Kemudian Fatayat, Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU), dan Korp PMII Putri. Jumlah anggotanya, mungkin mengalahkan organisasi pria NU. Kegiatannya juga nyata karena kaum perempuanlah yang menjadi garda Aswaja selama ini di lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Mereka rajin membina diri dalam pengajian dan aktifitas sosial keagamaan lainnya.

Tentu, nomor edisi ini adalah nomor yang khusus dipersembahkan untuk perempuan NU yang bekerja di balik layar untuk keberhasilan ayah, suami, adik, dan anak mereka. Kita berharap para perempuan NU semakin keras bekerja terutama dalam memperjuangkan dan menghidupkan faham Aswaja di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Selain itu, tim redaksi menyajikan rubrik-rubrik aswaja lainnya yang menarik di baca dan disimak oleh warga nahdliyyin dimanapun berada…

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Risalah NU Edisi 54”

Your email address will not be published. Required fields are marked *