Risalah NU Edisi 63

Rp15,000.00

Description

AYO BANGGA MENJADI NU

Majalah Risalah NU edisi 63 tahun 2016 dalam laporan utamanya berjudul “Ayo bangga menjadi NU” mengapa? Agar komitmen dan ghirah warga NU untuk menjadi warga NU tetap terpatri dalam sanubari yang paling dalam. Sehingga apapun rayuan dan intimidasi tidak akan menggoyahkan jatidiri NU. Bisa?…

Bagaimana tidak bangga menjadi warga NU, Presiden Jokowi saja bangga menjadi warga NU, buktinya pada ahir bulan Maret lalu, dengan wajah sumringah Presiden Joko Widodo menerima Kartu Anggota NU (KartaNU), kehormatan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Kartu itu dianggap sebagai penghormatan sekaligus tanda Jokowi bagian dari warga NU. Penyerahan KartaNU langsung dilakukan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj didampingi Rais Am PBNU KH Ma’ruf Amin di Istana Negara, Jakarta Pusat.

Presiden Joko Widodo gembira, karena selama ia tinggal di Solo ia mengaku akrab dan dekat dengan komunitas NU. Jamuro (Jamaah Muji Rosul) adalah gerakan warga Nahdliyin dalam beselawat yang sering Joko Widodo hadiri. Jamuro dibentuk oleh ulama NU dan habaib kota Solo sebagai bentuk kecintaan kepada Rasululah SAW. Kartu berwarna hitam mengkilat lengkap dengan foto Presiden Jokowi dan lambang NU, merupakan simbol sebagai anggota NU yang siap berperan dan membesarkan NU. E-Kartanu atas nama Ir H Joko Widodo bernomor anggota 3107300000001.

Sejak itu dimulailah pendaftaran Kartanu secara Nasional yang secara resmi dibuka sejak bulan Juli lalu. Pada 23 Juli 2016 lalu, mengikuti jejak Presiden Joko Widodo, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo juga mengisi dan menandatangani formulir Kartu Anggota NU (KartaNU) di Lantai 3 Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya Jakarta Pusat.

Hero Banner 1080 X 400

Proses pengisian formulir disaksikan sejumlah pengurus PBNU, diantaranya Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin, Sekjen PBNU H Helmy Faishal Zaini, Bendahara PBNU H Bina Suhendra, Ketua Jaringan Gusdurian Alissa Wahid, dan sejumlah pengurus lainnya.

Mengapa harus mendaftar Kartanu? Menurut Agus Rahardjo, ia ingin memiliki Kartanu karena ia merasa kembali ke lingkungannya di masa lalu yang sudah diakrabinya. Agus yang lahir di Magetan, Jawa Timur itu memang sangat kental dengan budaya NU. Ketua KPK ini berharap bahwa dengan memiliki Kartanu yang berarti menjadi bagian dari keluarga NU, ia akan lebih bisa memperdalam ajaran agama, bertemu dengan para ulama dan kiai NU. Dan hal ini tentu akan semakin menyemangati dan memberanikannya dalam memberantas korupsi.

Gairah warga NU mengisi formulir dan mendaftar untuk memperoleh Kartanu sangat besar. Melalui ujicoba di Jakarta serta beberapa daerah, menunjukkan itu. Dengan menggandeng Bank Mandiri, maka bank itu juga mulai disibukkan dengan pendaftaran Kartanu yang mengaitkan dengan kartu perbankan.

Selain itu, pada rubrik lain tidak kalah menariknya, seperti rubrik pesantren yang membahas Pesantren Zainul Huda merupakan pesantren tertua di Pulau Kangean, Sumenep, yang menjadi panutan Nahdliyin di wilayah kepulauan Madura. Begitu juga dengan rubrik taqorub dengan judul upaya menahan tangisan malaikat. Bagaimana ceritanya?…

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Risalah NU Edisi 63”

Your email address will not be published. Required fields are marked *