RISALAH NU ONLINE, JAKARTA — Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Choiri Fauzi mengajak Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) untuk bersinergi dalam menangani kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Menteri Arifah mengungkapkan rasa prihatin terhadap tingginya angka kekerasan yang terjadi sepanjang tahun ini. Beliau menyebut kasus kekerasan sudah sangat mengkhawatirkan meski tahun 2025 belum usai.
“Ini bukan hal yang kecil ya, karena ini baru pertengahan tahun angkanya sudah mencapai 14.000,” ujarnya saat menghadiri Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) IPPNU 2025 di Gedung PBNU Lt. 8, Jakarta, Jumat (11/7/2025).
Menteri Arifah menegaskan bahwa keberadaan IPPNU memiliki posisi yang sangat penting dalam membantu mencegah terjadinya kekerasan, terutama di kalangan remaja. Beliau menekankan bahwa kader IPPNU dapat berperan aktif untuk memberikan edukasi dan perlindungan di lingkungan masing-masing.
“Bagaimana menguatkan remaja remaja di lingkungannya masing-masing agar tidak menjadi korban kekerasan korban bullying dan lain sebagainya,” kata Menteri Arifah.
Lebih lanjut, Menteri Arifah menjelaskan bahwa Kementerian PPPA telah memiliki program “Ruang Bersama Indonesia” yang hadir hingga tingkat desa. Beliau memandang IPPNU sebagai mitra strategis dalam menjalankan sosialisasi di lapangan.
“Coba deh kita 1 Desa ada teman-teman IPNU IPPNU kerjasama apa yang bisa kita kerja sama kan sosialisasi supaya yang dinamakan kekerasan itu apa sih,” tuturnya.
Beliau juga menilai penting untuk mengedukasi masyarakat agar memahami tanda-tanda kekerasan seksual, terutama kepada anak-anak. Menteri Arifah menyebut banyak anak belum mampu membedakan antara sentuhan yang wajar dan yang memiliki motif seksual.
“Anak kita sekarang tidak bisa membedakan pelukan tulus seorang ayah dengan pelukan pihak lain yang basic-nya karena nafsu,” ujarnya.
Tak hanya itu, Menteri Arifah mengingatkan masyarakat untuk memanfaatkan berbagai layanan bantuan yang tersedia di Kementerian PPPA, termasuk saluran pengaduan bagi korban kekerasan. Beliau memaparkan bahwa siapa pun yang menjadi korban atau mengetahui adanya kekerasan bisa segera melapor.
“Rekanita di manapun berada yang melihat atau mengalami kekerasan bisa dilaporkan kepada kami telepon saja 129 atau melalui WhatsApp di 08111129129,” jelasnya.
Menegaskan komitmen pemerintah, Menteri Arifah memastikan seluruh laporan akan ditangani dengan kerahasiaan dan dukungan profesional. Beliau mengatakan pihaknya siap mendampingi korban secara menyeluruh, mulai dari pendampingan psikologis hingga perlindungan keamanan bila diperlukan.
“Kalau butuh pendampingan, kita dampingi. Rahasia terjamin. Butuh psikolog akan kami dampingi. Sampe butuh keamanan,” tegasnya.
(Anisa)