Jejak Sanad Qiraat PPTQ Al-Imam Ashim Makassar

0

RISALAH NU ONLINE, MAKASAR – Di tengah geliat pendidikan al-Quran di Indonesia, Pondok Pesantren Tahfizh Al-Imam Ashim Makassar tampil sebagai salah satu pusat pembelajaran dalam bidang qiraat sab’ah. Pondok yang dipimpin oleh KH Syam Amir Yunus ini tidak hanya fokus pada tahfizh, tetapi juga mendalami berbagai ragam bacaan al-Quran (qiraat), sebuah tradisi keilmuan yang telah menjadi warisan ulama sejak masa klasik.

Dibalik kekuatan akademik dan spiritual pesantren ini, tersimpan kisah kedekatan intelektual antara KH Syam Amir Yunus dengan salah satu pakar qiraat paling berpengaruh di Indonesia, KH Ahsin Sakho Muhammad.

Ngaji qiraat bukanlah hal yang mudah di tengah tantangan zaman. Diperlukan ketekunan, kesabaran, dan bimbingan guru yang benar. KH Syam Amir menjawab tantangan ini dengan memperkuat kurikulum talaqqi di pesantrennya. Para santri tidak hanya ditargetkan untuk hafal 30 juz, tetapi juga memahami ragam qiraat seperti Qiraat Nafi’, Ibn Kathir, Abu Amr, Ibn ‘Amir, ‘Asim, Hamzah, dan al-Kisa’i, sebagaimana yang diajarkan dalam tradisi qiraat sab’ah.

Pola pengajaran ini berlandaskan pada metode talaqqi musyafahah, metode klasik yang mengedepankan pembacaan langsung kepada guru dan koreksi mendetail. Salah satu sumber utama yang digunakan dalam halaqah adalah kitab Manba’ul Barakat fī Sab’il Qiraat, karya monumental dari KH Ahsin Sakho Muhammad, yang menjadi pegangan penting dalam halaqah qiraat di PPTQ Al-Imam Ashim.

Kedekatan antara KH Syam Amir dan KH Ahsin Sakho Muhammad tidak semata dalam ranah personal, tetapi tumbuh dari semangat ṭalabul ‘ilm (menuntut ilmu). KH Syam Amir dikenal sebagai salah satu murid yang secara konsisten mengikuti halaqah kitab Manba’ul Barakat yang diasuh langsung oleh KH Ahsin Sakho Muhammad. Dari halaqah ini, beliau menyerap nilai-nilai ketelitian, adab dalam membaca al-Quran, serta pentingnya menjaga sanad keilmuan.

Apa yang dipelajari oleh KH Syam Amir kemudian tidak berhenti pada dirinya. Ia menjadi penggerak utama penerapan metode talaqqi qiraat sab’ah di pesantrennya, menjadikannya sebagai pesantren rujukan dalam pembacaan dan pengajaran al-Quran secara bermutu. Bahkan dalam ajang MTQ dan STQ tingkat nasional maupun internasional, santri-santri dari PPTQ Al-Imam Ashim tampil dengan bacaan yang memiliki karakter kuat, terlatih secara sanad dan bersumber dari pengajaran para masyayikh terpercaya.

Kisah halaqah Manba’ul Barakat bukan hanya tentang belajar kitab, tetapi juga tentang transmisi ruhul ‘ilm dan akhlak. KH Syam Amir mencontohkan bagaimana seorang murid mengamalkan ilmu gurunya dalam medan nyata, baik dalam pendidikan maupun kontribusi untuk masyarakat.

Kedekatan intelektual antara KH Syam Amir dan KH Ahsin Sakho Muhammad terus terjaga, terlihat dari kehadiran Walid –sapaan akrab KH Ahsin Sakho Muhammad– dalam acara-acara besar yang diselenggarakan pesantren Al-Imam Ashim. Misalnya wisuda akhirussanah, simaan akbar dan pembukaan halaqah Ramadan. Semikian juga, keikutsertaan mereka secara bersama dalam dewan hakim MTQ.

“Sebagai wujud implementasi ngaji qiraat sab’ah, pada wisuda dua tahun terakhir ini, kita mempraktikkan bacaan al-Quran qiraat ‘Ashim riwayat Syu’bah”, ujar KH Syam Amir melalui voice note. Keterangan ini disampaikannya dari Madinah, sedang menunaikan Umrah bersama KH. Ahsin Sakho Muhammad.

Ini menjadi bukti bahwa hubungan keduanya bukan sekadar antara guru dan murid, tetapi juga antara dua tokoh yang sama-sama berkomitmen menjaga kemurnian bacaan al-Quran di tengah perubahan zaman. (Zahid)

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.