Dr. KH. Zakky Mubarak, MA
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أمَّا بَعْدُ. فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيكُمۡۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ. قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا، فَكَانَ الَّذِينَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا خَرْقًا، وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا. فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah
Dalam banyak ayat di dalam al-Qur’an, orang-orang mukmin diperintahkan agar memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya serta mengarahkan mereka agar hatinya tidak mati. Senada dengan itu, setiap orang mukmin juga diperintahkan agar menghidupkan hati nuraninya, sehingga bisa memahami dan melaksanakan kebaikan-kebaikan yang diajarkan oleh agama. Diarahkan kepada orang-orang mukmin, agar mereka mentaati hukum Allah dan rasul-Nya yang mengantarkan mereka pada kehidupan yang lebih baik. Pengarahan Allah dan rasul-Nya melalui kitab suci, mengandung ajaran yang sangat berguna bagi hidup dan kehidupan umat manusia.
Bimbingan kepada orang-orang mukmin diwujudkan dalam perintah untuk memahami dan melaksanakan hukum Allah, mengambil suri tauladan dari kehidupan Rasulullah. Dengan mengikuti hal tersebut, maka derajat umat manusia dapat meningkat dan martabatnya semakin sempurna. Dengan demikian, mereka akan menjalani kehidupan dalam naungan ridha Ilahi, di dunia mereka bahagia, demikian juga mendapat kebahagiaan abadi di akhirat. Perintah berpegang teguh kepada petunjuk Allah dan rasul-Nya dipesankan juga kepada nabi-nabi terdahulu dan umatnya. Sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut:
يَٰيَحۡيَىٰ خُذِ ٱلۡكِتَٰبَ بِقُوَّةٖۖ
Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. (QS. Maryam, 19:12).
Mentaati Allah dan rasul-Nya merupakan kewajiban bagi setiap orang muslim, yaitu dengan jalan mengikuti petunjuk al-Qur’an dan al-Sunnah dan menerima petunjuk itu dengan suasana hati yang hidup. Dengan demikian, mereka akan dapat memahaminya dengan baik dan dapat mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Karena sesungguhnya Allah s.w.t. menghijab antara manusia dengan hatinya. Setiap diri manusia muslim agar memahami bahwa Allah s.w.t. yang menguasai hati setiap umat manusia.
Hal ini dapat dipahami sebagai berikut, (1) bahwa Allah s.w.t. menguasai hati setiap orang, maka Dialah yang menentukan kecenderungan hati itu menurut kehendak-Nya. Dengan demikian, apabila Allah menghendaki seseorang mendapat petunjuk, maka ia akan mendapat petunjuk itu. Sebaliknya, apabila Allah menghendaki orang itu sesat, maka sesatlah ia. Rasulullah s.a.w. sering menyampaikan doa: “Wahai Allah yang membolak-balikkan hati manusia, tetapkanlah hatiku dalam agamamu”. Ketika salah seorang sahabat menyampaikan pertanyaan kepada nabi: “Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepadamu, dan apa yang engkau bawa dengannya, apakah engaku khawatir kepada kami? Rasulullah menjawab: Iya, sesungguhnya hati itu berada di antara dua jari dari jari-jari Allah s.w.t.. Dialah yang membolak-balikkannya. (HR. Tirmidzi, 3444).
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pengertian yang ke (2) bahwa Allah s.w.t. memerintahkan umat manusia agar bersegera mentaati perintah-Nya selagi hatinya masih hidup, jangan sampai terlamat mentaatinya, sehingga hatinya mati. Apabila seseorang hatinya telah mati, maka segala kebajikan akan ditolak. Pengertian yang ke (3), kata yahulu (menghijab) merupakan kalimat yang bersifat metaforis, yang menggambarkan batas yang terdekat dengan manusia. Karena sesuatu yang memisahkan antara dua benda adalah sangat dekat dengan benda itu. Dalam ayat ini dinyatakan bahwa Allah menghijab atau mendindingi antara seorang dengan hatinya, karena Dialah yang mengetahui hati nurani manusia. Allah yang menguasai hati itu dan Dia pula yang menciptakan berbagai kecenderungan yang terdapat dalam hati manusia tersebut.
Selanjutnya ditegaskan bahwa seluruh umat manusia akan dikumpulkan dan dikembalikan kepada Allah s.w.t., yaitu dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk menghadapi hisab dalam rangka mempertanggung-jawabkan segala amal perbuatannya masing-masing. Setipa orang akan menerima dengan adil balasan dari segala apa yang mereka lakukan di dunia.
وَٱتَّقُواْ فِتۡنَةٗ لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمۡ خَآصَّةٗۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS. Al-Anfal, 08:25).
Mengapa siksaan itu tidak hanya menimpa orang-orang yang berbuat zalim, tetapi juga menimpa orang-orang yang beriman? Hal ini terjadi karena orang-orang beriman itu tidak mencegah kezaliman yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Sehingga bencana itu akan menimpa secara umum, baik yang kafir maupun yang mukmin, baik orang-orang jahat, maupun orang-orang baik. Dari pesan ayat ini, kita dapat mengambil pelajaran, bahwa setiap orang muslim harus menolak kebatilan dan kezaliman. Karena kalau tidak demikian, maka orang-orang muslim dan orang-orang baik akan kena juga akibatnya. Rasulullah s.a.w. bersabda:
مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِي هُمْ أَعَزُّ مِنْهُمْ وَأَمْنَعُ لاَ يُغَيِّرُونَ إِلاَّ عَمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابٍ
Tidak ada suatu kaum yang dilakukan padanya perbuatan maksiat, dan maksiat itu telah merajalela dan mereka tidak mau memberantasnya, kecuali Allah akan menimpakan azab kepada mereka secara umum. (HR. Ibnu Majah, 4145).
Kaum Muslimin yang kami muliakan
Membiarkan kezaliman dan perbuatan maksiat terjadi di tengah-tengah masyarakat akan mengakibatkan kehancuran bagi masyarakat itu. Karena itu, wajib bagi setiap orang muslim bersikap tegas untuk memberantasnya. Kalau tidak, maka akan celaka seluruhnya. Mengenai hal ini, Rasulullah mengumpamakan dalam sebuah haditsnya bahwa kehidupan kita dalam masyarakat ini bagaikan para penumpang perahu.
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا، فَكَانَ الَّذِينَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا خَرْقًا، وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا. فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا
Perumpamaan orang yang menegakkan hukum-hukum Allah, dan orang yang terjerembab ke dalamnya, seperti suatu kaum yang menaiki sebuah perahu. Penumpang perahu itu dibagi menjadi dua, di bagian atas dan di bagian bawahnya. Para penumpang yang ada di bawah apabila memerlukan air laut harus melewati orang-orang yang ada di atasnya. Kemudian mereka berasumsi, sekiranya kami melobangi perahu itu pasti tidak akan mengganggu orang-orang di atas kami. Sekiranya penumpang kapal itu membiarkan kemauan mereka itu, maka akan hancur semuanya (tenggelam). Tetapi kalau mereka mengambil alat yang dipergunakan untuk melobangi kapal itu, maka selamatlah mereka dan selamatlah semuanya. (HR. Bukhari, 2493).
Allah s.w.t. mengingatkan kembali kaum muslimin, pada masa-masa sulit, ketika mereka berada di Mekkah pada awal perkembangan dakwah. Mereka disakiti, dizalimi, dan diperlakukan semena-mena. Maka Allah memberikan jalan kepada orang-orang muslim untuk berhijrah ke tempat yang lebih aman dan menyenangkan.
وَٱذۡكُرُوٓاْ إِذۡ أَنتُمۡ قَلِيلٞ مُّسۡتَضۡعَفُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ تَخَافُونَ أَن يَتَخَطَّفَكُمُ ٱلنَّاسُ فََٔاوَىٰكُمۡ وَأَيَّدَكُم بِنَصۡرِهِۦ وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ
Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur. (QS. Al-Anfal, 08:26).
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah
Pada awal perkembangan Islam, kaum muslimin jumlahnya sangat sedikit ketika masih berada di Mekkah. Dari jumlah yang sedikit itu, mereka terdiri dari rakyat biasa dan orang-orang lemah, sehingga selalu menjadi bulan-bulanan kezaliman dan penghinaan dari kaum musyrik Quraisy. Umat Islam marasa khawatir kalau mereka diculik oleh kaum musyrikin. Maka Allah s.w.t. memuliakan mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan-Nya dan memberikan rizki kepada umat Islam dengan rizki yang sangat baik. Diperintahkan kepada mereka agar berhijrah ke Yatsrib (Madinah).
Madinah adalah negeri yang sangat subur, ditumbuhi pohon-pohon kurma yang sangat indah. Penduduknya sangat ramah dan selalu membela kaum Muhajirin (orang-orang muslim dari Mekkah). Di Madinah, selain umat Islam mendapat dukungan dari penduduk kota itu, tetapi secara berduyun duyun mereka masuk Islam pula. Dengan demikian, kekuatan umat Islam tidak bisa dibendung lagi, berkembang terus, memiliki kekuatan di bidang ekonomi, kemajuan di bidang pertanian, dan ketinggian dalam ilmu pengetahuan.
Selanjutnya umat Islam di Madinah dapat mengalahkan musuh-musuhnya, yaitu kaum musyrikin dari Mekkah dalam berbagai pertempuran, seperti perang Badar, Uhud, Ahzab, dan sebagainya. Selanjutnya, umat Islam tidak saja menguasai kota Mekkah, tetapi juga menguasai seluruh Jazirah Arab. Nikmat Allah yang agung itu yang diberikan kepada umat Islam diharapkan dapat membimbing mereka untuk mensyukuri nikmat dan karunia dari Allah s.w.t..
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلَهُ, أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. اَللّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمْسُلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ اَللّهُمَّ أَصْلِحِ الرُعَاةَ وَالرَّعِيَّةَ وَاجْعَلْ إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَدِيَارَ الْمُسْلِمِيْنَ آمِنَةً رَخِيَّةً رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فىِ السِّرِّ وَالْعَلَنِ وَجَانِبُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.