Syekh Mu’taz Assubayni Temui Ketum PBNU, Simbolkan Eratnya Hubungan Muslim Suriah-Indonesia

0

RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Ulama pakar sejarah asal Suriah Syekh Mu’taz As-Subayni menemui Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholils Staquf di Lantai 3 Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (19/8/2025).

Kunjungan ini merupakan yang pertama kalinya Syekh Mu’taz mendatangi Indonesia dan PBNU. Ia menyebut ada dua hal yang membuat hatinya terpaut dengan Indonesia.

“Sebenarnya saya merasa sangat terlambat baru ke Indonesia sekarang ini. Dua hal yang tertanam di hati saya untuk segera berkunjung ke Indonesia,” ujar Syekh Mu’taz.

“Yang pertama karena guru saya berasal dari Indonesia, Syekh Yasin Al-Fadani. Yang kedua karen murid-murid saya di Suriah juga banyak yang berasal dari Indonesia,” imbuhnya.

Syekh Mu’taz juga mengapresiasi kegiatan Nasyrus Sanad yang beberapa pekan lalu dilaksanakan oleh PBNU di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Ia menyebut ini adalah sebuah kebetulan atas takdir Allah yang disyukurinya karena penyenggelaraan Nasyrus Sanad yang waktunya berdekatan berkitan dengan kepakarannya dalam bidang sanad.

“Setelah mengunjungi beberapa kota di Jawa dan Padang kemarin, saya menyaksikan dan menghadiri halaqah serta memberikan sanad keilmuan,” ujar sosok yang juga merupakan Mustasyar PCINU Syuriah ini.

Ia juga sempat membaca kitab Arba’una Albuldaniyah, yakni kitab yang berisi hadits yang diriwayatkan dari empat puluh guru Syekh Yasin Al-Fadani dari empat puluh negara. Salah satu guru Syeikh Yasin yang tertulis dalam kitab tersebut adalah Hadrotussyekh KH Hasyim Asy’ari, muassis Nahdlatul Ulama.

Kunjungan ini menjadi simbol silaturahim ilmu keislaman yang terjalin antara ulama-ulama di Indonesia dan Suriah.

Syekh Mu’taz juga berharap dalam mengamalkan ilmunya para murid-muridnya menjalankan dengan penuh keikhlasan.

Sebagai seorang ahli nasab asal Damaskus, saat dimintai pendapat terkait polemik nasab habaib yang ada di Indonesia, Syekh Mu’taz menyebut perlu membaca secara mendalam terkait duduk perkara persoalan tersebut.

“Saya perlu membaca secara mendalam terkait polemik ini karena dalam hal keilmuan segala sesuatunya harus bersifat ilmiah,”pungkasnya.

Ekalavya

Leave A Reply

Your email address will not be published.