Tradisi Budaya dan Peringatan Maulid Nabi SAW

0

Bulan Rabiul Awwal adalah bulan di mana Rasulullah SAW, dilahirkan. Tradisi memperingati Maulid Nabi telah menjadi perhatian para ulama sejak lama. 

Menurut Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki dalam Kitab Mafahim Yajib an Tushahhah, perayaan Maulid merupakan tradisi baik dalam masyarakat. Peringatan Maulid bukan persoalan ibadah mahdhah yang diperdebatkan keabsahannya.

Imam Jalaluddin as-Suyuthi, dari Mazhab Syafi‘i, juga menjelaskan dalam al-Hawi lil Fatawa (juz 1, h. 292): “Peringatan maulid Nabi merupakan bid‘ah hasanah yang pelakunya memperoleh pahala, sebab hal itu sebagai bentuk mengagungkan kemuliaan Nabi Muhammad Saw dan mengungkapkan rasa bahagia atas kelahiran beliau.”

Dengan demikian, Maulid menjadi sarana untuk memperkuat kecintaan kepada Rasulullah Muhammad Saw. Perayaan ini bukan hanya sekadar ritual, melainkan wujud nyata dari rasa cinta dan penghormatan.

Sejarah mencatat Nabi Muhammad Saw lahir di Makkah pada 12 Rabiul Awwal Tahun Gajah (571 M). Setelah Nabi hijrah dari Makkah ke Madinah, yang pertama dibangun ialah masjid sebagai pusat dakwah dan pembinaan umat yang sekarang dikenal sebagai Masjid Nabawi.

 

Keutamaan dan keagungan pribadi Nabi Muhammad dilukiskan oleh Prof. Athiyah Al-Abrasyi dalam bukunya Uzmatur Rasul melalui kalimat berikut: Dalam pribadi Nabi Muhammad Saw ditemukan sifat keberanian Nabi Musa, sifat kepemurahan Nabi Harun, sifat kesabaran Nabi Ayub, sifat keteguhan Nabi Daud, sifat keagungan Nabi Sulaiman, sifat kegembiraan Nabi Yahya dan sifat kasih Nabi Isa.”

Dalam kurun waktu lebih kurang 23 tahun Nabi Muhammad melaksanakan tugasnya sebagai utusan Tuhan untuk memperbaiki kerohanian umat manusia dan mewujudkan suatu peradaban yang maju. Islam adalah agama yang bersifat universal, agama untuk semesta, bukan untuk suku bangsa dan wilayah tertentu saja, tetapi agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam atau rahmatan lil ‘alamin.

Islam disiarkan dengan keteladanan kepemimpinan Nabi Muhammad dan dilanjutkan oleh para sahabat dan umatnya. Nabi mengajarkan etika sosial yang bersumber dari Al-Quran sebagai pedoman bagi umat Islam dalam menghadapi masyarakat dunia yang multikultural, antara lain: perintah berlaku adil, berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, serta melarang perbuatan keji, munkar dan permusuhan (QS An-Nahl [16]: 90).

Jangan suatu kelompok mengejek dan memperolok-olok kelompok lain (QS Al-Hujurat [49]: 11). Perintah menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Keadilan harus ditegakkan, dan janganlah kebencianmu pada suatu kaum menjerumuskanmu untuk tidak berlaku adil karena keadilan itu lebih dekat kepada takwa (QS. Al-Maidah [5[: 8). Berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan jangan berbuat bencana di muka bumi (QS Al-Qashas [28]: 77).

 

Islam diperkenalkan kepada berbagai bangsa melalui kekuatan dakwah, bukan menggunakan cara-cara kekerasan, pemaksaan, apalagi kekuatan senjata. Nabi Muhammad sebagai pemimpin negara di Madinah tidak pernah mengirim suatu ekspedisi pasukan untuk memaksa orang-orang non-muslim supaya memeluk agama Islam.

Di Nusantara, peringatan Maulid Nabi berbaur dengan tradisi lokal. Contohnya, Muludhen di Madura, Bungo Lado di Minangkabau, Kirab Ampyang di Kudus, Gunungan di Jombang, dan Grebeg Maulud d kratoni Jawa mulai dari Grebek Maulud Kraton Jogjakarta, Surakarta,Cirebon sampai Banten. Semua tradisi ini memiliki satu inti yang sama, yaitu ungkapan syukur atas kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Tradisi ini menunjukkan betapa kuatnya kecintaan kepada Nabi mampu menyatu dengan budaya lokal. Hal ini menghadirkan warna khas Islam nusantara yang damai, indah, dan membumi. Ini adalah bukti bahwa Islam membawa rahmat dan mampu berakulturasi tanpa kehilangan ruh spiritualnya.

Umat Nabi Muhammad Saw mengekspresikan rasa syukur melalui pembacaan shalawat. Amalan ini sangat dicintai Allah Swt. Bahkan, Allah Swt dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam QS. Al-Ahzab ayat 56:

“Sesungguhnya Allah Swt dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Shalawat adalah wujud cinta, penghormatan, dan ketaatan kepada Rasulullah Saw. Ketika Allah Swt dan para malaikat bershalawat kepada Nabi, itu menunjukkan betapa agungnya kedudukan beliau di sisi Allah Swt. Perintah untuk bershalawat adalah ajakan bagi umat Islam untuk ikut merasakan kemuliaan tersebut.

Membaca Kitab Maulid Nabi SAW yang banyak beredar di masyarakat mulai dari Maulid Barzanji, Simtud Durar,Ad Dibai, Azhabi, sampai Ad Dhiyaul Lami” dan lain-lain hakekatnya banyak mengingat sejarah kelahiran Nabi dengan memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi SAW

Dengan memperbanyak shalawat, seorang Muslim menyambungkan hatinya dengan Nabi Muhammad Saw. Ini menumbuhkan rasa syukur atas diutusnya beliau sebagai rahmat bagi semesta dan akhirnya umat Islam pasti berharap akan mendapatkan syafaat di hari akhir.

(Aji Setiawan – Tokoh muda NU Pekalongan).

Leave A Reply

Your email address will not be published.