Delegasi Palestina Temui PBNU, Minta Dukungan Tolak Normalisasi dan Ethnic Cleansing
RISALAH NU-ONLINE, JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menerima kunjungan delegasi tokoh-tokoh terkemuka Palestina di Kantor PBNU, Lantai 3, Jakarta Pusat, pada Selasa (2/9/2025). Pertemuan yang berlangsung selama lebih dari satu jam ini membahas situasi terkini di Palestina dan upaya mobilisasi dukungan internasional untuk menghentikan agresi Israel. Dalam pertemuan tersebut, Ketum PBNU didampingi Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) dan Ahmad Suaedy.
Delegasi Palestina dipimpin oleh Dr. Mustafa Barghouti, seorang tokoh nasionalis Palestina yang juga merupakan Pimpinan Partai Palestinian National Initiative, mantan Menteri Informasi, dan calon presiden pada 2005. Turut hadir Ahed Abu Alatta, Ketua Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban, serta Adnan Hamidan, Ketua Forum Palestina di Inggris.
Barghouti menggambarkan situasi terkini di Palestina, khususnya Gaza, sebagai kondisi yang sangat memprihatinkan. Gus Ulil, usai mendampingi Gus Yahya, membenarkan hal tersebut.
“Tadi saya mendampingi Ketum berdiskusi dengan dokter Barghouti dan beliau menceritakan keadaan terakhir di Palestina yang sangat-sangat menyedihkan. Dia sendiri seorang dokter yang pernah berpraktik lebih dari 20 tahun di Ramalah. Beliau mengetahui betul bagaimana situasi di Gaza, terutama saat ini,” ujar Gus Ulil.
Melalui pertemuan ini, delegasi Palestina mengajukan beberapa permintaan dukungan penting kepada PBNU dan masyarakat Indonesia.
Pertama, meminta Indonesia untuk tidak menormalisasi hubungan dengan Israel. Menanggapi hal ini, Gus Ulil menegaskan komitmen kuat Indonesia. “Sampai sekarang kita tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Saya kira sampai kapan pun hal itu tidak akan terjadi sebelum ada negara Palestina yang berdiri dan berdaulat,” tegasnya. Ia juga menyoroti upaya lobi Israel yang dinilainya sangat agresif untuk melakukan normalisasi.
Kedua, delegasi meminta Indonesia tidak mendukung upaya relokasi warga Gaza ke luar Gaza. Menurut Barghouti, langkah tersebut sama saja dengan mendukung tindakan ethnic cleansing (pembersihan etnis) oleh pemerintah Israel. “Ketika seorang warga Gaza sudah dibawa keluar dari Gaza maka tidak akan mungkin diizinkan kembali ke tanahnya oleh Pemerintah Israel,” jelas Gus Ulil mengutip penjelasan Barghouti.
Dalam pernyataannya, Dr. Mustafa Barghouti menyampaikan terima kasih atas dukungan terhadap Palestina.
“Tujuan utama kami adalah untuk berterima kasih kepada orang-orang Indonesia karena selalu bersama dan mendukung Palestina,” ujarnya.
Ia menegaskan fokus perjuangannya pada tiga kejahatan perang: genosida, siksaan kolektif (termasuk kelaparan), dan penghapusan etnis. Ia secara khusus menyerukan untuk “menolak segala jenis partisipasi dalam penghapusan etnis terhadap rakyat Palestina.”
“Kami secara keseluruhan menolak pemindahan rakyat Palestina ke negara lain, termasuk Indonesia. Ini adalah keinginan kuat Israel dan akan mengulang tragedi Nakba yang terjadi pada 1948,” imbuhnya
Di sisi PBNU, Gus Ulil menyatakan dukungan penuh perjuangan bangsa Palestina. Selain upaya spiritual seperti menganjurkan pembacaan qunut nazilah oleh warga NU, PBNU juga melakukan pendekatan yang lebih nyata.
“Gus Yahya juga melakukan upaya-upaya yang sifatnya semi diplomatis dalam tingkat internasional meskipun NU sendiri bukan pihak politik dalam isu Palestina ini. Akan tetapi, NU mencoba melakukan dan mengusahakan solusi-solusi yang mungkin terhadap masalah Palestina ini,” papar Gus Ulil.
Ekalavya