Kedatangan Kiai Wahab Hasbullah dari Mekah tahun 1914 yang dilanjut dengan perkawinannya dengan Maimunah binti Kiai Mas Muso membuat Surabaya, terutama daerah santri di sekitar Ampel, bergairah. Pasalnya, Kiai Wahab yang banyak dipengaruhi semangat pergerakan selama tiga tahun di Mekah dengan mendirikan Sarekat Islam (SI) cabang Mekah itu membangkitkan semangat kalangan muda Surabaya.
Ia galang kalangan muda sekitar daerah itu dengan mendirikan grup diskusi Taswirul Afkar yang kemudian menjadi sekolah. Ada Kiai Mas Mansyur, Kiai Ridwan Abdullah, Kiai Dahlan Ahyad, dan Kiai Mas Alwi. Secara kebetulan mereka-mereka adalah murid Syekhona Cholil Bangkalan Madura. Pulau Madura yang bisa dilihat dari pantai Surabaya itu memang menggoda siapapun untuk datang belajar agama dengan Syekhona Cholil, termasuk Presiden Soekarno (Bung Karno).
Terutama setelah kereta api meluntasi Jawa awal tahun 1900-an membangkitkan mobilitas kiai dan santri bersilaturahimi. Kereta listrik yang dioperasikan oleh OJS (Oost-Java Stoomtram Maatschappij) meluncur di kota Surabaya Mei 1923. Pergerakan warga dalam kota dan antar kota meningkat. Apalagi di Madura sejak tahun 1898 Madura Stoomtram Maatschappij sudah mengoperasikan kereta api antara Kamal (Pelabuhan yang berhadapan dengan Surabaya) ke Bangkalan. Sehinga santri tak perlu naik dokar dari Kamal ke Bangkalan yang berjarak sekitar 18 Kilometer.
Pelabuhan penyeberangan Kamal Madura merupakan pelabuhan angkutan penyeberangan antar pulau yang menghubungkan Pulau Madura dan Pulau Jawa yang berjarak 2,5 mil laut. Perahu tradisional bisa melayarinya dengan waktu tak sampai satu jam. Kapal besar makan waktu tempuh antara 25 menit hingga 30 menit. Tapi waktu sandarnya yang lama.
Motor Besar
Pelabuhan Kamal Madura merupakan pintu utama keluar masuk Pulau Madura yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1913 setelah jaringan kereta api selesai dibangun. Kemudian setelah itu, beroperasi kapal-kapal milik Madura Stoomtram Matschappij (MSM).
Pada saat itu perkembangan ekonomi di pelabuhan tersebut sangat pesat karena kendaraan ataupun penumpang yang datang dari Surabaya dan akan ke Surabaya selalu ramai dan hal itu membuat kota di sekitar pelabuhan menjadi ramai.
Daya tarik Bangkalan adalah juga daya pihak Syaichona Cholil dengan pesantrennya yang telah berdiri tahun 1861. Lintasan ke Madura semakin meningkat sejak tahun 1913 dan munculnya pengusaha perkapalan Belanda yang menyediakan kapal mesin sederhana.
Di Surabaya, atas restu Syekhona Cholil Kiai Wahab mulai berkiprah di Surabaya. Ia dekat dengan HOS Tjokroaminoto. Ia mengajar mengaji di musalla Kiai Muso di Kertopaten, Simokerto yang tak begitu besar, sekitar 7 meter kali 10 meter.
Di Surabaya waktu sudah ada tradisi membuat Pekan Rajabiyah yang diselenggarakan sejak awal bulan Rajab. Pada saat itu, warga Suarabaya menyelenggarakan peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad dengan mengundang penceramah.
Kiai Wahab menjadi tokoh yang mulai disukai karena ceramahnya yang tandas dan tegas terutama dalam memerangi pandangan yang anti Rajabiah dan anti maulid Nabi. Bulan Rajab melebihi lebaran di Surabaya ramainya. Residen Surabaya pernah memberi catatan dan perhatian khusus terkait Rajabiah yang sangat ramai itu yang ditakutkan memicu kegaduhan dan berujung perlawanan.
Di mushalla ini pula kemudian NU berdiri pada 16 Rajab 1344 atau 31 Januari 1926. Pendirian NU berlangsung meriah di mushalla dan rumah KH Abdul Wahab Hasbullah di Jalan Kertopaten. Di rumah itu pula, pada 1914, Wahab Hasbullah muda mendirikan organisasi bernama Tashwirul Afkar. Saat itu usianya 26 tahun. Dilanjutkan kemudian berdirinya Nahdlatul Wathon (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916 dan Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan pedagang) pada 1918.
Kiai Wahab mendirikan organisasi itu bersama tiga tokoh pesantren. Yaitu, KH Ahmad Dahlan Ahyad (Pesantren Kebondalem, Surabaya), KH Mas Alwi bin Abdul Aziz, dan KH Ridlwan Abdullah (Bubutan). Mereka juga menjadi tokoh awal berdirinya NU.
Nah, pada saat mendirikan NU, para ulama berkumpul di Jalan Kertopaten. Sejumlah kiai dari berbagai daerah berdatangan pada hari bersejarah itu. Tokoh utama tentu Hadratusyekh KH Hasyim Asy’ari. Juga, KH Wahab Hasbullah, KH Bishri Syansuri (Jombang), KH Asnawi (Kudus), KH Nawawi (Pasuruan), KH Ridwan (Semarang), KH Ma’shum (Lasem), KH Nahrawi Thohir (Malang), Ndoro Munthaha (menantu Syaikhona Cholil, Bangkalan), KH Abdul Hamid Faqih (Gresik), KH Abdul Halim Leuwimunding (Cirebon), KH Ridlwan Abdullah (Surabaya), KH Mas Alwi bin Abdul Aziz (Surabaya), KH Abdullah Ubaid (Surabaya) dan beberapa ulama lainnya.
Belanda tak curiga karena yang dibaca adalah kasidah dan Maulid Al-Barzanji. Ceramah-ceramah serta sambutan dan diakhiri makan bersama. Sebelum makan itu deklarasi berdirinya NU dibacakan.
Pada awal-awal berdiri tahun 1926–1930, pertemuan pengurus NU sering digelar di Gedung Onderling Belang. Bangunan itu terletak di Jalan Penghela Nomor 2, Surabaya. Gedung tersebut pernah difungsikan sebagai percetakan, kini menjadi kawasan pertokoan. Namun tidak tercatat sebagai aset milik NU. Diduga NU menyewa atau dipinjami.
Situs sejarah perjalanan NU yang paling penting dan terawat sampai sekarang adalah Gedung Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO) di Jalan Bubutan VI Nomor 2, Surabaya. Itu adalah kantor pertama PBNU dan saat ini menjadi kantor PCNU Surabaya. Gedung tersebut juga menjadi Monumen Resolusi Jihad Fi Sabilillah NU yang kini dirayakan sebagai Hari Santri Nasional. Di dalamnya dipasang papan informasi sejarah perjuangan NU. Sejarah para pendiri hingga meletusnya resolusi jihad.
Syekhona Cholil wafat tahun 1925. Kiai Hasbullah, ayah Kiai Wahab wafat tahun 1926 setelah berdirinya NU, sehingga Kiai Wahab harus hilir mudik antara Jombang dan Surabaya dengan motor besar. Motor yang ada kala itu adalah Norton (Inggris) Harley Davidson (AS) dan Hilderbrand (Jerman). Namun, keluarga menyebut motor Kiai Wahab adalah Harley Davidson yang dibuat tahun 1910.
Lalu, rumah Mbah Wahab? Tak ada lagi. Menurut keluarga, beberapa rumah sudah dijual untuk membiayai NU. (MH)