Generasi Muda NU: Pilar Transformasi Ekonomi Digital Menuju Indonesia Emas

0

“Sebuah Organisasi yang Tidak Berinovasi Akan Mati” – (Rosabeth Moss Kanter)

Perkembangan teknologi yang semakin berkembang pesat telah membawa dampak signifikan terhadap aspek kehidupan manusia, salah satunya dalam bidang ekonomi dan bisnis (Ardiansyah, W. M, 2023: 12-16).

Startup dan inovator teknologi terus bermunculan ke permukaan dengan menuangkan ide-ide kreatif yang dapat mengubah lanskap serba teknologi digital sebagai kekuatan pendorong pembangunan ekonomi berkualitas tinggi (Ying Guo and Fuxin Jiang , 2024). Menurut data dalam buku Outlook Ekonomi Digital 2025 yang diterbitkan oleh Center of Economic and Law Studies (Celios) menyatakan bahwa wilayah ASEAN yakni negara Indonesia menjadi pemimpin perdagangan daring dengan GMV mencapai US$ 65 miliar pada tahun 2024. Saat ini 70 persen ekonomi digital di Indonesia ditopang oleh perdagangan daring dalam pertumbuhan ekonomi nasional.

Generasi muda memainkan peran penting sebagai tulang punggung ekonomi di masa Indonesia emas 2045, generasi muda tidak hanya menjadi pengguna tetapi juga inovator mendorong transformasi digital di sektor ekonomi. Terungkap dalam laporan yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan bahwa dari aspek tingkat penetrasi, kelompok penetrasi internet terbesar jatuh pada kaum Millenial yakni dengan persentase 93,17 persen, disusul Gen Z (87,02 persen) dan Gen X (83,69 persen).

Hal ini ada harapan besar dengan adanya pengunaan internet yang didominasi oleh generasi muda salah satunya generasi muda NU sebagai future digital talent untuk membangun ekonomi digital yang maju. Hal ini mengacu kepada sambutan Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Panjaitan dalam diskusi di aula kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyebutkan bahwa pengelolaan ekonomi dan sistem industri di Indonesia akan sangat bergantung pada peran anak-anak muda, termasuk generasi muda Nahdlatul Ulama (NU) mengingat jumlahnya yang besar dan punya peran penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia ke depan.

Gambar 1. Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2024 ini dilaporkan mencapai 221.563.479 jiwa dengan tngkat penetrasi internet Indonesia pada awal 2024 mencapai 79,5 % (Dok.APJII)

Generasi Muda NU

Generasi muda NU berperan menciptakan inovasi dan pengguna ekonomi digital untuk mengembangkan sayapnya dalam berkontribusi di sektor ekonomi digital demi mewujudkan pertumbuhan ekonomi negara. NU dengan usia yang sudah memasuki ke-102 ada beberapa inovasi yang berasal dari generasi muda Nahdaltul Ulama’ (NU).

Dari hasil penulusuran dari beberapa artikel, anak muda NU telah menciptakan platform ekonomi digital seperti NUjek (Nusantara Ojek Online) yang diciptakan oleh santri pesantren jebolan NU dengan tujuan memenuhi kebutuhan transportasi dan transaksi digital warga NU, Nucash sebuah platform dengan layanan uang elektronik m-Bayar, Eksyarpreneur sebuah aplikasi jual beli syariah karya Arya Nur Fauzi, seorang kader organisasi muda IPNU yang berasal dari Jakarta Barat, Sangu Lirboyo sebuah aplikasi pembayaran oleh santri Lirboyo yang menunjang digitalisasi santri dalam akses transaksi pembayaran.

Namun, faktanya berdasarkan penelusuran lebih lanjut melalui tampilan di playstore yang didapatkan pada akhir Januari 2025, pengguna aplikasi masih tergolong rendah atau kalah saing dibandingkan dengan aplikasi lainnya yang serupa dan tampak ulasan dari pengguna masih rendah sehingga perlu banyak perbaikan ke depan. NuCash App terlihat masih sekitar 5 ribu penguna dan Nujek 100 ribu pengguna jika dibandingkan dengan jumlah puluhan juta warga nahdliyin. Sangu lirboyo tampak 1 rb pengguna dengan perbandingan jumlah seluruh santri lirboyo sebanyak 40 ribu per Desember 2024.

Selain itu ranting yang rendah juga dirasakan aplikasi NU yakni Nujek mempunyai rating 3,8/ 5 bintang dengan banyak ulasan kurang baik. Bahkan aplikasi eksyarpreanur masih belum tampak di playstore. Dari permasalahan pengguna aplikasi NU yang masih rendah disebabkan kurangnya pengetahuan keberadaan sebuah aplikasi ekonomi digital karya anak muda NU.

Selain itu, rating ulasan aplikasi yang masih rendah perlu banyak perbaikan ke depannya. Oleh karena itu perlu dukungan pengembangan teknologi digital karya anak muda NU sehingga karya muda NU lebih melebarkan sayapnya yang tidak hanya sebagai penguna namun mereka juga menciptakan inovasi-inovasi brand ekonomi digital sendiri untuk bisa dinikmati umat NU pada khususnya dan umat lainnya pada umumnya serta bisa melakukan transformasi digital demi membangun Indonesia emas.

 

Gambar 2. Beberapa aplikasi ekonomi digital buatan anakmuda NU: Nujek, NuCash App dan Eksyarpreneur, Sangu Lirboyo. Sumber Aplikasi Playstore

Mengenalkan Platform

Sebagaimana ditekankan diatas, strategi penyokong penguatan ekonomi digital kepada umat NU perlu dilakukan kepada generasi muda NU. Hal tidak hanya untuk mengenalkan platform ekonomi digital buatan anak NU agar menaikkan pengguna, namun juga meningkatkan motivasi bagi generasi muda NU untuk terus membuat inovasi-inovasi terbaru dari generasi muda NU sebagai kader penggerak ekonomi digital kedepannya. Ada hal-hal khusus yang harus dilakukan oleh organisasi NU yakni dengan mengadakan pelatihan khusus digital literacy, workshop ekonomi digital, dan kampanye digital ekonomi melalui media sosial.

Sasaran penerapan yang paling mudah melalui organisasi kepemudaan NU yakni Ikatan Pelajar Nahdaltul Ulama (IPNU), Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMNU), Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor), Fatayat NU yang didalamnya didominasi generasi muda sebagai pemanfaatan ponsel dan internet terbanyak. Mereka harus diperkenalkan aplikasi karya NU dalam kebutuhan ekonomi sehari-hari sebagai pengguna untuk penyokong karya lokal generasi muda NU.

Tidak hanya sebagai pengguna mereka perlu membuat inovasi-inovasi sendiri agar bisa mengikuti jejak Arya Nur Fauzi, seorang kader IPNU Jakarta Barat dalam membuat sebuah aplikasi jual beli berbasis syariah bernama Eksyarpreneur. Hal ini mengacu pada sebuah pendapat ahli yang mengatakan bahwa jika sebuah organisasi menginginkan sebuah perubahan, maka anggota organisasi tersebut harus berperan aktif melakukan perubahan tersebut.

Penguatan Penggunaan Ekonomi Digital

Penguatan penggunaan ekonomi digital selanjutnya bisa ditujukan kepada santri pondok pesantren Nahdaltul Ulama yang didominasi oleh pelajar generasi muda NU di seluruh penjuru Nusantara, meskipun mereka sendiri tidak diperbolehkan menggunakan ponsel, namun pesantren bisa menggunakan kartu identitas santri yang juga dirangkap seperti ATM.

Hal ini sudah terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Susilo Priyono dalam jurnalnya yang dilakukan di Ponpes Darul Quran Gunungkidul bahwa penggunaan kartu digital santri terbukti efektif dalam sebagai pembayaran non tunai karena pembayaran lebih efisien dan mengurangi resiko kehilangan uang santri. Hal ini menjadi penyokong dalam menaikkan pengguna aplikasi digital ekonomi di kalangan santri lebih-lebih menggunakan brand aplikasi karya NU sendiri.

Tak hanya sebagai pengguna, santri harus bertindak sebagai inovator aplikasi ekonomi digital, maka santri sangat perlu dibekali skill ilmu teknologi yang mumpuni agar menciptakan inovasi-inovasi terbaru dalam dunia ekonomi digital di kalangan santri. Salah satu contohnya tahun lalu yakni 2024 dalam acara acara bertemakan “Santri Innovation Summit 2024. Collaboration Into Action” komunitas santri meluncurkan aplikasi ekonomi digital dalam perayaan hari santri.

Harapannya dengan kegiatan pengenalan dan penerapannya ekonomi digital diatas bisa diterapkan dalam kalangan santri di pondok pesantren yang lebih luas karena santri merupakan salah satu generasi muda penggerak ekonomi digital umat.

Hal diatas menunjukkan sebuah transformasi ekonomi yang menyoroti peran penting generasi muda Nahdlatul Ulama (NU) dalam upaya membangun ekonomi digital di Indonesia untuk mencapai visi Indonesia Emas. Hal ini karena generasi muda menjadi pilar NU untuk berpartisipasi aktif dalam tranformasi ekonomi digital.

Namun, semua proses transformasi tersebut perlu bantuan dari semua kalangan baik kalangan NU sendiri, pemerintah, lembaga pendidikan formal maupun non formal NU, sektor swasta, dan masyarakat. Reza Yamora Siregar, Direktur Eksekutif Institute for Development of Policy and Economic Studies (IDEP), menyoroti pentingnya peran serta seluruh pihak dalam pengembangan ekonomi digital yakni pemerintah sebagai enabler, pelaku usaha sebagai driver, dan konsumen sebagai user.

Berdasarkan hal tersebut generasi muda NU tidak hanya sebagai pelaku (innovator) namun juga user (pengguna) buatan anak muda NU dan didalamnya perlunya dukungan pemerintah. Harapannya, dengan adanya dukungan yang diberikan akan memotivasi kepada start up di kalangan generasi muda NU lainnya sebagai pilar transformasi digital ekonomi dalam membangun Indonesia emas di tahun 2045.

Oleh: Sofa Faizatin Nabila (Mahasiswa Universitas Jember/PPM Al Husna Jember).

Leave A Reply

Your email address will not be published.