Wujudkan Komunitas ASEAN, Dino Pati Tekankan Pentingnya Peran Masyarakat 

0

RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Pendiri dan Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dr. Dino Patti Djalal, menegaskan bahwa peran masyarakat sipil (civil society) merupakan kunci dalam mewujudkan ASEAN Community yang sejati. Hal ini disampaikan dalam sambutan pembukaan ASEAN for the Peoples Conference (AFPC) yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta pada Sabtu (4/10).

Konferensi ini disebut sebagai pertemuan masyarakat sipil terbesar dalam sejarah ASEAN dengan melibatkan 120 organisasi masyarakat sipil (CSO) dari berbagai negara di Asia Tenggara. Menurut Dino, bintang utama konferensi bukanlah pejabat maupun diplomat, melainkan rakyat yang bekerja langsung di akar rumput.

“Untuk memperbaiki kawasan, tidak cukup hanya mengurus geopolitik dan geoeconomics. Kita juga harus memperkuat geocivics,” tegas Dino, yang juga mantan Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat dan Juru Bicara presiden RI pada periode kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.

Ia mencontohkan rekonsiliasi Indonesia–Timor Leste pasca 1999 yang berhasil karena adanya perdamaian di tingkat masyarakat. “Tidak cukup pemerintah rukun, rakyat juga harus rukun,” tambahnya.

Dino menggarisbawahi bahwa banyak CSO di Asia Tenggara bekerja sendiri-sendiri tanpa koneksi lintas negara, meskipun mereka memiliki idealisme tinggi. Padahal, lanjutnya, civil society terbukti menjadi penopang demokrasi dan stabilitas, seperti yang terjadi di Indonesia pada masa krisis politik 1997–2000 maupun dalam solidaritas global terhadap tragedi kemanusiaan di Gaza. Ia juga menyebutkan bahwa peran kelompok sosial di negara-negara Eropa, Amerika dan Asia sangat penting hingga membuat pemerintah negara mereka bertindak atas peristiwa genosida yang terjadi di Gaza.

Lebih lanjut, ia menilai bahwa tantangan terbesar ASEAN saat ini adalah membangun ASEAN Community yang benar-benar berpusat pada rakyat. Meski banyak warga mengenal ASEAN, hanya sedikit yang benar-benar percaya pada konsep komunitas ASEAN. Hal ini, menurut Dino, membutuhkan strategi, konsistensi, serta kombinasi pendekatan dari atas (top-down) dan bawah (bottom-up).

Dalam visinya, AFPC diharapkan menjadi ajang rutin yang memperkuat keterhubungan masyarakat sipil ASEAN. Beberapa gagasan yang disampaikan antara lain pembentukan basis data independen CSO ASEAN serta penyelenggaraan “ASEAN Week” yang digerakkan rakyat di setiap KTT ASEAN.

“ASEAN Community yang sejati harus lahir dari rakyat, dimiliki rakyat, dan bekerja untuk rakyat,” ujarnya.

Dino menutup pidatonya dengan optimisme bahwa ASEAN dapat menjadi rumah bersama bagi 600 juta warganya. “Saya membayangkan ketika orang mendengar kata ASEAN, mereka akan berkata: itu pasar saya, itu tetangga saya, itu keluarga saya,” pungkasnya.

Acara ASEAN for the People Conference sendiri berlangsung selama dua hari pada tanggal 4 – 5 Oktober 2025 dengan mengundang berbagai pembicara dari seluruh negara anggota ASEAN termasuk diantaranya mantan Presiden Timor Leste, Jose- Ramos Horta, mantan Gubernur DKI, Anies Baswedan serta mantan Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa dengan berbagai topik dan isu yang relevan dengan situasi ASEAN saat ini, mulai dari soal Good governance, pasar kerja di masa depan hingga pentingnya peranan anak muda atau Gen Z dalam perubahan sosial di wilayah ASEAN. (kharisma).

Leave A Reply

Your email address will not be published.