(Membangun Peradaban Islam Nusantara di Abad Kedua)
Oleh: A Hufron (Universitas Annuqayah Sumenep, Madura)
PENDAHULUAN
Nahdlatul Ulama (NU) telah menjadi pilar utama dalam menjaga dan mengembangkan budaya Islam Nusantara sejak didirikan pada tahun 1926.
Sebagai wadah keagamaan, NU berperan dalam membentuk karakter Islam moderat yang berakar pada kearifan lokal, dengan menekankan harmonisasi antara ajaran Islam dan budaya Indonesia. Namun, di tengah era globalisasi dan modernisasi yang pesat, NU menghadapi tantangan besar dalam menjaga otentisitas Islam Nusantara. Arus informasi terbuka, percampuran budaya global, serta kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup generasi muda menjadi tantangan yang harus dihadapi agar Islam Nusantara tetap relevan. Selain itu, munculnya ideologi transnasional yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam moderat semakin memperumit tantangan ini.
Untuk menjawab tantangan tersebut, NU perlu melakukan revitalisasi perannya dalam dialektika budaya guna memperkokoh peradaban Islam Nusantara. Revitalisasi ini mencakup aspek pendidikan, dakwah, dan pemanfaatan teknologi digital untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin yang sejalan dengan misi Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam) yang ditegaskan dalam QS. Al-Anbiya: 107. Islam sebagai agama universal mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup penghormatan terhadap keberagaman, persamaan hak, dan keadilan. Salah satu ayat yang menjadi landasan utama terkait konsep ini adalah QS. Al-Hujurat: 13 yang menegaskan bahwa keberagaman adalah anugerah, bukan ancaman, yang seharusnya mendorong kerja sama dan pemahaman antarumat manusia. Pendekatan inklusif dan berbasis keberagaman, sebagaimana tercermin dalam ajaran Islam, harus terus dikembangkan untuk menjaga harmoni sosial di Indonesia. NU, dengan mengoptimalkan peran pesantren, lembaga pendidikan, dan komunitas keagamaan progresif, dapat membentuk generasi Muslim yang tetap berakar pada tradisi tetapi juga adaptif terhadap perkembangan zaman.
Dalam esai ini, akan dikaji secara mendalam bagaimana NU dapat memperkuat perannya dalam mempertahankan dan mengembangkan Islam Nusantara di tengah tantangan globalisasi. Kajian ini akan menyoroti strategi NU dalam menghadapi perubahan sosial, pendekatan kultural yang digunakan, serta peran generasi muda dalam menjaga kontinuitas Islam Nusantara. Dengan analisis yang komprehensif, diharapkan esai ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam memahami dinamika peran NU dalam membangun peradaban Islam Nusantara yang berdaya saing di tingkat global.
PEMBAHASAN
NU dan Dialektika Budaya
Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU tidak hanya berperan dalam dakwah dan pendidikan, tetapi juga dalam merawat kebudayaan yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat. NU memiliki peran strategis dalam menjaga dan mengembangkan budaya Islam Nusantara melalui pendekatan yang moderat, inklusif, dan adaptif terhadap perubahan zaman. Dialektika budaya yang dilakukan oleh NU merupakan proses harmonisasi antara nilai-nilai Islam dan kearifan lokal, yang bertujuan untuk memastikan bahwa ajaran Islam dapat diterapkan secara relevan dalam konteks sosial masyarakat Indonesia. Dengan mengedepankan prinsip tawassuth (moderat), tasamuh (toleransi), dan tawazun (keseimbangan), NU mampu merangkul berbagai unsur kebudayaan tanpa mengorbankan esensi ajaran Islam.
Salah satu bentuk konkret dari peran NU dalam dialektika budaya adalah melalui pelestarian tradisi keagamaan yang telah menjadi bagian dari identitas Islam Nusantara, seperti tahlilan, maulid, dan shalawatan. Tradisi ini tidak hanya menjadi sarana dakwah yang efektif, tetapi juga memperkuat ikatan sosial di tengah masyarakat. Selain itu, NU juga aktif dalam membangun narasi keislaman yang selaras dengan budaya lokal melalui berbagai media, pendidikan pesantren, serta kajian keagamaan yang berbasis kearifan lokal. Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan perubahan sosial yang cepat, NU terus mengembangkan strategi baru agar Islam tetap membumi di Nusantara tanpa kehilangan nilai-nilai autentiknya. Hal ini mencakup pemanfaatan teknologi digital untuk menyebarluaskan dakwah kultural, membina komunitas-komunitas Islam yang berorientasi pada keberagaman budaya, serta mendorong peran generasi muda dalam melestarikan warisan budaya Islam Nusantara.
Dengan demikian, NU bukan hanya sekadar penjaga tradisi, tetapi juga agen transformasi yang berperan dalam membentuk peradaban Islam yang harmonis dan berkelanjutan di Indonesia.
Tantangan dan Peluang di Abad Kedua
Memasuki abad kedua, NU menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan dan memperkuat perannya dalam dialektika budaya. Beberapa tantangan utama meliputi radikalisasi dan purifikasi agama, di mana munculnya gerakan-gerakan yang menolak akulturasi budaya dalam praktik keislaman menjadi ancaman bagi tradisi Islam Nusantara yang selama ini dijaga oleh NU. Selain itu, modernisasi dan globalisasi dengan kemajuan teknologi serta arus informasi yang cepat menuntut NU untuk lebih adaptif dalam berdakwah serta menjaga nilai-nilai kebudayaan agar tidak tergerus oleh budaya asing yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam.
Tantangan lainnya adalah kemajuan sains dan teknologi, yang mengharuskan NU untuk merespons perkembangan tersebut dengan pendekatan berbasis nilai- nilai keislaman tanpa mengabaikan esensi budaya lokal.
Namun, di sisi lain, abad kedua juga membawa peluang besar bagi NU untuk semakin memperkuat perannya. Salah satunya adalah pemanfaatan teknologi untuk dakwah budaya, di mana media digital dapat menjadi sarana efektif dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang selaras dengan budaya Nusantara. Selain itu, NU dapat membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti lembaga pendidikan, akademisi, dan organisasi budaya, untuk mengembangkan konsep Islam Nusantara yang lebih kuat dan akademis. Tidak kalah penting, pemberdayaan ekonomi berbasis budaya juga menjadi peluang besar bagi NU, dengan mendorong ekonomi berbasis pesantren dan komunitas budaya sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat sekaligus menjaga keberlanjutan budaya Islam Nusantara.
Strategi Revitalisasi Peran NU
Untuk menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada, NU perlu menerapkan berbagai strategi, di antaranya penguatan pendidikan berbasis budaya dengan memastikan pesantren dan madrasah di bawah naungan NU terus mengajarkan nilai-nilai Islam yang berakar pada budaya Nusantara serta membekali santri dengan pemahaman yang moderat dan inklusif. Selain itu, transformasi digital dalam dakwah menjadi langkah penting, di mana NU perlu mengoptimalkan media sosial dan platform digital sebagai sarana dakwah yang mampu menjangkau masyarakat luas, terutama generasi muda. Penguatan identitas Islam Nusantara juga harus dilakukan melalui kajian akademik dan penelitian, sehingga Islam Nusantara dapat lebih ditegaskan sebagai model peradaban yang tidak hanya relevan di Indonesia tetapi juga dapat menjadi rujukan bagi dunia Islam. Dalam bidang seni dan budaya, NU dapat terus mendorong pengembangan seni Islami berbasis budaya lokal, seperti sastra, musik, dan teater, yang berfungsi sebagai media dakwah yang efektif dan menarik. Tak kalah penting, peningkatan peran perempuan dan pemuda harus menjadi prioritas, dengan melibatkan mereka dalam peran strategis di NU agar mampu memberikan perspektif dan inovasi baru dalam merawat budaya Islam Nusantara.
KESIMPULAN
Dalam menghadapi abad kedua, NU memiliki tantangan dan peluang besar dalam menjaga eksistensi Islam Nusantara sebagai model peradaban harmonis dan inklusif. Dengan prinsip moderasi, toleransi, dan keseimbangan, NU dapat mengharmonisasikan nilai Islam dengan kearifan lokal. Melalui teknologi, penguatan pendidikan, serta pemberdayaan seni dan ekonomi berbasis budaya, NU semakin kokoh sebagai penjaga tradisi sekaligus agen transformasi. Langkah ini tak hanya mempertahankan warisan Islam Nusantara, tetapi juga membangun peradaban Islam yang inklusif, adaptif, dan berkelanjutan di tingkat global.
DAFTAR PUSTAKA
- Arif, M. (2023). Revitalisasi Nilai Islam Nusantara dalam Pemikiran Ulama NU terhadap Tantangan Globalisasi. Jurnal Sosial Keagamaan, 8(2), 57-72.
- Azra, (2004). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan
XVIII. Jakarta: Kencana.
- Bruinessen, M. van. (1994). NU: Tradisi, Relasi-relasi Kuasa dan Pencarian Wacana Baru. Yogyakarta: LKiS.
- Fauzi, (2020). Peran Nahdlatul Ulama dalam Mempertahankan Islam Nusantara sebagai Model Keislaman Moderat di Indonesia. Jurnal Islam Nusantara, 6(1), 32–47.
- Hamid, (2017). Islam Nusantara: Integrasi Ajaran Islam dan Kearifan Lokal. Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya, 14(2), 45–62.
- Katili, M., & Suparto. (2024). Komparasi Gerakan Dakwah Organisasi Tradisional dan Modern (Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah). Gudang Jurnal Multidisiplin Ilmu, 2(12), 815-822.
- Lundato, N., dkk. (2023). Islam Nusantara Perspektif KH. Abdurrahman Wahid. Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, 6(2), 125-140.
- Mahfudotullah, M., & Mayrudin, Y. M. (2024). Peran Nahdlatul Ulama dalam Upaya Mencegah Paham Radikalisme dalam Bernegara. Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 24(2), 206–223.
- Maulana, J., & Ependi, R. (2023). Peranan Nahdlatul Ulama dalam Pengembangan Islam Nusantara pada Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Al-Muaddib: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Keislaman, 9(1), 268-283.
- Rakhmani, F. (2018). Tantangan Globalisasi dan Media Digital dalam Transformasi Dakwah NU. Jurnal Komunikasi Islam, 5(1), 85–101.
- Ridwan, M. (2021). Islam Nusantara: Advokasi Budaya dalam Upaya Keselarasan antara Keislaman dan Kebudayaan di Indonesia. Jurnal Sosial Keagamaan, 15(2), 98-113.
- Sari, D. P. (2023). Strategi Dakwah Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dalam Perspektif Pemanfaatan Media Massa pada Era Globalisasi di Kabupaten Tabsyir: Jurnal Dakwah dan Sosial, 4(3), 1-10.
- Sodikin, A., & Kurniawan, A. (2023). Digitalisasi Dakwah Nahdlatul Ulama untuk Memaksimalkan Jangkauan AN NAF’AH: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(2), 97-103.
- Sunarto, (2013). Paradigma Nahdlatul ‘Ulama terhadap Modernisasi. Jurnal Sosiologi Islam, 3(2), 59-75.
- Suryadi, D. (2022). Dakwah Kultural NU dan Kearifan Lokal dalam Konteks Keberagaman Agama di Indonesia. Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 14(3), 178–195.
- Yusoff, (2017). Peran NU dalam Melestarikan Warisan Budaya Islam Nusantara: Studi Kasus di Jawa Timur. Jurnal Kebudayaan Islam, 9(2), 123–138.