Santri secara harfiah dan maknawiyah, konotasi terkenal di manapun, siapapun yang belajar atau ngaji (mengkaji), tengah belajar, kegiatan belajar mengajar awalnya khusus tentang Agama Islam yang bermukim, menetap sementara di Pondok-Pondok Pesantren, belajar mengajar; kaidah, akidah, abjad ( a b a j a dun), alphabet (alif ba ta), Rukun Islam, Rukun Iman.
Rukun Ihsan Syariat, makrifat, hakikat tentang ajaran, ajakan amar makruf nahi mungkar sifat dan hukumnya fardhu Ain (wajib dan pasti) bagi umat Islam, tentang hablumminallah dan hablumminannas, dipastikan arah tujuannya, jelas dan tegas rohmatan lil alamin.
SANTRI = SANtun Tetap Rapi Imannya, sudah merasuk balung sum-sum, adalah komitmen dari ikrar bil lisan wa tashdiqu bil qolbi wa amalul bil arkan, sampai akhir hayatnya.
Penjelasan
Sebetulnya hari santri awalan seharusnya tidak tanggal 22 Oktober 1945?, mengingat Pondok-Pondok Pesantren di Jawa Timur saja, antara lain :
- Pondok Pesantren Sidogiri, Keraton (Pasuruan) di tahun 1468 sudah ada, dan masih eksistensi kerajaan Majapahit, santri/ pengasuhnya tetap diwongke, dimintai nasihat, saran, pendapat, masukan-masukannya sebatas muamalah, kemasyarakatan, Public relation and information service (seluk beluk hablum minannas), awalnya.
- Pondok Pesantren Tebuireng cukir (Jombang) Kiprah perjuangannya langkah pastinya amar makruf nahi mungkar secara luwes fleksibel, yaitu Ud’u ila sabili robbika bil hikmati wal maghidhotil Hasanah. Merebut, mempertahankan, mengisi Kemerdekaan RI, dengan pasti dan nyata serta konsisten, konsekuen, terus-menerus sampai sekarang.
- Pondok berlabel Modern Darussalam di desa Gontor, Kec. Mlarak (Ponorogo), hadir hampir bersamaan dengan berdirinya NU di Surabaya 31 Januari 1926.
- Pondok Pesantren Termas (Pacitan)
- Pondok Pesantren Tegalsari Jetis (Ponorogo) monumental Islami, cikal bakal tumbuh berkembangnya Islam Ahli sunnah, salah satu santrinya menjadi Adipati Danten (Ronosentanan), Kec Siman, yaitu Kanjeng Raden Tumenggung Jayengrono (makamnya di Pulung Merdiko, Kec. Pulung, Kab. Ponorogo). Kedua santri lainnya menjadi pujangga di Keraton Surakarta Hadiningrat yaitu Ronggo Warsito.
- Pondok Pesantren Walisongo, di desa Ngabar Kec. Siman, Kab. Ponorogo.
- Pondok Pesantren Durisawo (Ponorogo)
- Pondok Pesantren Darul Huda, Dusun Mayak, Kel. Tonatan (Kab. Ponorogo).
- Pondok Pesantren Hudatul Muna, Jenes, Kel, Brotonegaran (Kab. Ponorogo)
- Pondok Pesantren Fathul Muna, Campurejo, Kec. Sambit (Kab. Ponorogo)
- Pondok Pesantren Darul Falah, Desa / Kec. Sukorejo (Kab. Ponorogo)
- Pondok Pesantren Lirboyo (Kediri)
- Pondok Pesantren Tambakberas (Jombang)
- Pondok Pesantren Peterongan (Jombang)
- Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Kraksaan (Kab. Probolinggo)
- Pondok Pesantren Nurul Jadid, Karanganyar Kec. Paiton, (Kab. Probolinggo)
- Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Sukorejo, Asembagus, (Kab. Situbondo).
- Pondok Pesantren KH. Djuhari Kencong, Kab.
- Pondok Pesantren Alqodiri, Gebang, Kec Patrang, Kab. Jember (disini kegiatan belajar mengajar dari Paud, TK MI, MTS, Aliyahdan Sekolah Tinggi Agama Islam, dan Kesehatan). Setiap malam Jum’at Legi aktivitas manakiban yang dihadiri dari penjuru Nusantara dan dunia jumlahnya 10.000 lebih. Imam Besar dan Pengasuhnya, Almukarrom K.H. Achmad Muzakki Syah (asli desa pengarang, Kec. Pujer, Kab. Bondowoso)
- Pondok Pesantren Annuqoyah, guluk-guluk (Kab. Sumenep), dahulu di bawah Asuhan. Drs. K.H. Warits Ilyas, Adi Wiyata, penghijauan, pertanian, peternakan, penanaman buah-buahan seperti salak. Sangat berhasil dan terkenal sebagai salah satu pendapatan Asli Pondok Pesantren Tarbiyah Wattaklim sampai ke level Aljamiah Al-Islamiyah Annuqoyah.
Kesemuanya sebatas pondok-pondok Pesantren yang sudah terkenal dan dikenal di permukaan khasanah keilmuan (Tarbiyah wat taklim) di Jawa Timur, belum di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan mungkin di daerah-daerah lainnya.
- Awalnya mengetrapkan pembekalan pribadi-pribadi ummat Islam, salafiyah, syafiiyah, kitab-kitab kuning, seperti Sullam Syafinah, Taklimut Mutaallima, Bidayah, Imriti, Jurmiyah, Tasrifan, Jawahirul Kalami, Tafsir Jalalen, Bulughul Marom, Alfiyah Ibnu Malik, Bukhori Muslim, juga Munjid (B. Arab, Ensiklopedi), Qomus Marbawi, Isi dan kandungannya jelas amar makruf nahi mungkar, tentang aqidah, qoidah, muamalah, jinayah, munakahah, ubudiyah, inti pokoknya, membahas mencari dan menemukan hakikat, makrifat kemudian dituangkan operasional pada syariat Islami. Secara teknis dan taktis strategis penuh dinamis sifat dan hukumnya mempelajari Agama Islam yang kesemuanya Fardhu Ain.
- Karena perkembangan kemajuan ilmu, pengetahuan teknologi, seni budaya, pondok-pondok pesantren se-Indonesia menyesuaikan, dengan menyeimbangkan soal duniawi dan bekal akhirat yang keduanya fid dunyana wal akhirota hasanah, dengan langkah-langkah modern seperti pembelajaran umumiyah sifat dan hukumnya fardhu kifayah. Misalnya : IPA, IPS, Matematika, Geografi, Sejarah, Ekonomi (Bisnis, Perbankan, Asuransi, Pajak, Makro, Mikro), Hukum (Nasional dan Internasional), teknologi, Bahasa (Inggris, Indonesia, Arab, Jepang, Mandarin, Jawa, Madura, Batak, Bali, Bannjar) kesemuanya dipelajari, dipahami dan dipraktikkan bilamana diperlukan (santri Ready for Use)
Santri dari Masa ke Masa
- Keadaan santri kehidupannya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara, beragama Islam di NKRI yang berdasarkan Pancasila, dan UUD 45, jelas, tegas, tepat, cepat, tanggap, tanggon, trengginas, tangguh, karena menyeimbangkan duniawiyah tidaklah terlalu sulit, yang sangat dirasakan kehidupan akhirat tidak terlalu mudah, karena santri siang malam (melakukan sholat wajib ain, 5 waktu mulai isyak-subuh-luhur- ashar-magrib, termasuk sholat-sholat sunnahnya), mencari dan menemukan kedamaian, ketenteraman hati, batiniahnya.
- Harapan utamanya memang fid dunya hasanah dan akhiratnya hasanah, akhir kehidupan santri mengharapkan HUSNUL KHOTIMAH, hidup bahagia di alam barzah penuh nikmat ALLAH.
- Kajian dan temuan ilmiah tentang nikmat ALLAH ternyata nikmat Allah di dunia ini hanya 1 % saja, fa biayalahirobbikuma tukaddiban, sedangkan nikmat Allah 99% berada di akhirat.
- Ad dunya Darul Balak, wal akhirota daruj jazak,
- Wal akhirota khoirul laka minal ula
- Ikmal lidun yakaka annaka taitsu Abadan, wakmal li akhirotika kaannaka tamutu ghodan.
- Bagi SANTRI (Salafi/ tradisional, modern) keduanya komperhensip saling menunjang melengkapi, terpadu.
Pedoman santri : Science without religion is blind, religion without science is lame.
Keduanya saling membutuhkan, sebab ilmu, pengetahuan, teknologi tanpa Agama Islam buta dan ngawur, Agama apapun tanpa iptek, akan lumpuh, karenanya sikap, visi, misi, tupoksi SANTRI masa kini dan seterusnya, mempergunakan dengan,
- Ilmu, pengetahuan, teknologi (iptek) hidup makin Mudah
- Agama Islam dengan iman, taqwaIlahi (imtaq) hidup makin jelas dan terarah
- Dengan seni (budaya) hidup makin dahsyat dan indah,
- Perpaduan fardhu ‘ain (wajib mutlak), Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ihsan (hablum minalloh, hablum minannas), ubudiyah muamalah, jinayah, munakahah dengan fardhu kifayah mempelajari hal ihwal duniawi seperti ditegaskan antum taklamu bi umurid dun yakum. Secara selaras, serasi, seimbang SUDAH terlaksana. Sejak dahulu kala sebelum Indonesia Merdeka oleh SANTRI.
- Contoh amaliah santri seperti awal mulanya dengan Syahadatain (Asyhadu Alla ilaha illolloh wa Asy hadu anna Muhammadar Rosululloh) dipastikan ikraru billisan wa tasdiqu bil qolbi wa amalul bi arkan. Kemudian ditindak lanjuti shalat 5 waktu, yang sebelumnya mutlak harus bersih jasmani rohani, bersih dari hadas besar (mandi, bersih suci) dan bersih dari hadas kecil (berwudhu)
- Pembelajaran tentang syariat, makrifat, hakikat diawali melalui ilmu kalam, ilmu tauhid, mantiq, balaghoh, nahwu, shorof, kesemuanya penunjang utama untuk mengetahui memahami mengerti ajaran dan ajakan Agama Islam dengan baik dan benar.
- SANTRI di zaman Majapahit ditahun 1468 M, santri dan pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri (Pasuruan), sering diundang ke Kerajaan, karena Permaisuri Brawijaya V / Bree Kertabumi) dari Campa (Muslimah), dalam kesempatan dan peluang pertemuan (meeting of mind), sarasehan dalam Pasamuan Agung SUDAH disampaikan segala nasihat, petunjuk, arahan, masukan, hablum minalloh dan hablum minannas kepada Raja beserta jajarannya, mungkin belum mudeng, terbukti sampai runtuhnya Kerajaan Majapahit, Brawijaya V tetap beragama Hindu dan Mukso di Gunung Lawu (Magetan) maka disebutlah Susuhunan Lawu atau Sunan Lawu (Bukan Sunan / Wali Songo, kerana beliau tetap tidak Muslim), sebutan masyarakat Jawa, seperti itu, sekedar penghormatan saja.
- SANTRI / yang kemudian jadi Pengasuh (Hadratus syekh, Almukarrom K.H. AS’AD BIN SYAMSUL ARIFIN) Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sokorejo – Asembagus – Kab. Situbondo, telah mendapatkan Anugerah Pahlawan Nasional dari Pemerintah Republik Indonesia, sebab aktivitas perjuangan sebelum merdeka dan mempertahankan kemerdekaan melawan dan berperang dengan pasukan Belanda mendapatkan kemenangan banyak tentara dan Pasukan Belanda gugur.
- Keberhasilan dan kemenangan K.H. As’ad bin Syamsul Arifin didukung penuh oleh laskar-laskar SANTRI dari Madura (Pamekasan) dan santri dari Sukorejo Asembagus-Sitibondo.
- Pencetus Awal HUBBUL WATHON MINAL IMAN adalah pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Cukir, Jombang, K.H. HASYIM ASYARI (juga pencetus / pendiri NU di SURABAYA, 31 Januari 1926), beliau menggalang kekuatan yang handal, melatih, menggugah semangat juang tidak kenal menyerah membela bangsa dan NKRI fardhu ain, dibentuklah laskar-laskar Hisbullah dan Sabilillah dari seluruh SANTRI yang memenuhi persyaratan minimal, sehat walafiat, memiliki kemauan tanpa pamrih, kemampuan bela diri, berpendidikan cukup, pada tanggal 22 Oktober 1945 di Jombang sebagai santri pejuang dan pejuang santri yang tidak kenal menyerah dalam berbagai kesempatan SANTRI yang laskar, banyak memperoleh rampasan senjata, juga masih mempergunakan bambu runcing, dipelajari baris berbaris, taktik gerilya, ngalah, ngalih, ngantem, bekal pengetahuan dan teknik strategis peperangan sudah dikuasai seluruhnya.
Dengan Alutsista sebagai pemukul handal pada tanggal 10 Nopember 1945 di SURABAYA SANTRI berhadap-hadapan dengan tentara Inggris dan Belanda tidak kenal menyerah, dan berguguran Tentara Inggris dan Belanda dilibas SANTRI, kekalahan memalukan ini, pihak sekutu mengajak genjatan senjata, (karena ternyata Brigjen Malabey tewas).
Presiden Sukarno berkenan hadir ke Surabaya, dan pasukan sekutu (Inggris dan Belanda) kembali ke pangkalannya dengan rasa malu dan dipermalukan di dunia internasional. kekalahannya dalam peperangan ini sekutu tidak mau mengambil resiko dan tidak mampu berhadapan dengan Laskar Santri, segera kembali ke Eropa / Inggris singgah dulu di Singapura dalam keadaan getun keduwung lan cuwo. (Pemerintah RI menyebut 10 Nopember 1945 sebagai Hari Pahlawan) tiap tahun diperingati.
- Keberhasilan, kemenangan 10 Nopember 1945 adalah bersatunya pasukan-pasukan TNI, Polisi (Mobrig), Warok Ponorogo, Laskar Hisbullah dan Sabillillah, SANTRI Tebuireng Jombang dan arek-arek Surabaya serta Tantaretan dari Madura.
- Gugurnya Brigjend Malaby, Mayjend Menseh (Inggris) mau ngamuk balas dendam, ditantang SANTRI Tebuireng (Laskar Hisbullah) yaitu Kiai Abbas bin Abdul Jamil, salah satu ajudan K.H. Hasyim Asy’ary (baca juga hal 52, Edisi 11 Tahun XVIII, Maret 2021, Majalah Gontor).
Simpulan
Ditetapkannya Hari Santri Nasional (HSN) oleh Pemerintah RI
tanggal 22 Oktober 1945 merupakan bangkit dan bergeraknya santri maju ke depan ke semua arah, diawali dari SANTRI Tebuireng (Jombang) mempersiapkan laskar-laskar yang tangguh tanggap, tanggon, trengginas dengan laskar santri Hisbullah dan Laskar Sabilillah, yang ready for use pemukul handal yang dipersiapkan untuk menghadapi gempuran sekutu 10 November 1945, dan ternyata berhasil sukses.
- Pemerintah RI tepat memberikan tempat yang wajar dan layak karena jasa-jasanya kepada bangsa dan NKRI, SANTRI diberikan hak, tanggung jawab, kewajiban yang sama, serta penghormatan sebagaimana mestinya.
- Semboyan SANTRI (SANtun Tetap Rapi Imannya);
- 1 sy Kariman aw mut syahidan
- Hubbul wathan minal Iman,
- Sadumuk bathuk sanyari bumi dilabuhi tekan pati, rawe-rawe rantas malang-malang putung
- Pote mata bik pote tolang angok potea tolang
- Sekali melangkah pantang untuk mundur
- Tan hana dharma mangrua, bhinneka tunggal ika
- Yen wani ojo wedi-wedi, yen wedi ojo wani-wani
- Berilmu, beramal, bertaqwa, berdo’a, berdzikir, berpikir, tetap menjunjung akhlaqul karimah mahmudah
- Situasi, kondisi, domisili, SANTRI SEKARANG di Pondok-pondok Pesantren seluruh Indonesia, sudah selaras, serasi, seimbang, Ilmu Agama, Islam fardhu ‘ain sudah dikuasai dengan baik dan benar, Umumiyah fardhu kifayah sudah dikuasai tepat guna, berdaya guna, efektif, efisien, sehingga bekal duniawi dan akhirat lengkap, sempurna.
- SANTRI arah tujuannya pastinya fid dunya na wal akhirota hasanah, ukhuwah Islamiyah Islami, basyariyah, wa wathoniyah. Pegangan utama pasti, agar tercapai wahdatul ummah dan rohmatan lil alamin.
- SANTRI yang tampil sebagai Presiden RI ke-4 yaitu K.H Abdurrahman bin Wahid bin Hasyim Asy’ary. SANTRI TEBUIRENG (Jombang) terkenal dengan GUSDUR.
- Hari Santri Nasional (HSN), tanggal 22 Oktober seharusnya LIBUR NASIONAL dan diperingati oleh seluruh umat Islam dan masyarakat, karena momentum kebanggaan, keberhasilan, perjuangan SANTRI di NKRI ini, dengan baik dan benar serta sangat positif, aktif, dinamis, dan tidak kenal menyerah.
- Lulusan/Alumni Pondok Pesantren (SANTRI) sekarang sudah dimana-mana, bisnismen, politisi, negarawan, rohaniawan, alim ulama, cendekiawan, di legislatif, eksekutif, yudikatif, lulusan SANTRI tidak hanya Sarjana Agama saja, semua disiplin ilmu berkembang pesat dimilikinya (bidang-bidang), ideologi–politik–ekonomi–sosial–budaya–agama–pertahanan, keamanan (IPOLEKSOSBUDAGHANKAM) dalam koridor sosial Ekonomi, Sosial Politik, Sosial Budaya – Sosial Kemasyarakatan. Sedangkan Ilmu Pengetahuan Teknologi Seni Budaya Sudah Dikuasai Seperti IPA – IPS – Ekonomi – Hukum – Matematika – Fisika – Kedokteran – Atom – Nuklir – Geografi – Perbankan, Perpajakan, Bursa Efek, Ekonomi Bisnis, Koperasi, Perdagangan, Umkm, Elektronik, Mekanis, Kebudayaan meliputi (Kesenian, Jarahnitra – Muskala, Aliran Kepercayaan Kepada Tuhan YME).
- Secara teoritis dan prkatiknya sudah dikuasai seluruhnya, kemudian WHAT ARE YOU DOING DO?
- Atas perintah KASAD seluruh Indonesia termasuk Komando Daerah Militer (KODAM) V / Brawijaya (Bhirawa Anuraga) Jawa Timur, Januari 2022 memberikan kesempatan, peluang, kehormatan serta kebanggaan kepada SANTRI dapat mendarmabaktikan kepada ibu pertiwi Prajurit Pejuang dan Pejuang Prajurit Sebagai Prajurit Karir di TNI, baik melalui Level Perwira lewat Akademi Militer Nasional (AMN), PK Bintara (CABA) dan Tamtama (CATAM). Sudah barang tentu dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan TNI, misalnya Sehat Jasmani Rohani, berpendidikan minimal SMA/SMK/MA, bertaqwa dan beriman kepada Allah, Niat, Tekat, Semangat, Kemampuan, Kemauan dan Kesamaptaan (Jelas pastinya SANTRI) sudah ready for use, siap siaga. Silakan kesempatan dan kehormatan ini jangan disia-siakan.

Riwayat Singkat Penulis
Nama : E.M. Shodieq-CA,BA,SPd,MM
Tempat Tanggal Lahir : Jember, 02 Februari 1949 (75 Tahun)
Pendidikan : – Sarjana Muda (BA), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Jember, 1973
– Sarjana (S1) FIPS-IKIP PGRI Malang, 2000.
– MM (S2) Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2006.
– Dr. (S3) Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012
(belum selesai).
Pekerjaan : – 1 Maret 1976, Pelaksana TU Kantor Departemen
P dan K, Kec. Tlogosari, Kab. Bondowoso.
– 1 Maret 1978, Penilik Penmas Kantor Departemen
P dan K, Kec. Tegalampel, Kab. Bondowoso
– 1 Maret 1982 (Mutasi), Penilik Dikmas Kandepdikbud, Kec. Pulung, Kab. Ponorogo
– 1 Maret 1994, Kepala Kantor Depdikbud,
Kec. Sawoo, Kab. Ponorogo
– 1 Maret 2000, kepala Kantor Depdiknas,
Kec. Badegan, Kab. Ponorogo
– 1 Maret 2002, Pengawas Sekolah TK/SD,
Kec. Sukorejo, Kab. Ponorogo
– 1 Maret 2004, Kepala Seksi Kurikulum Dikdas, Dinas Pendidikan, Kab. Ponorogo
– 1 Maret 2005, Pensiun (Usia 56 Tahun)
 
			
