RISALAH NU ONLINE, YOGYAKARTA – Kementerian Perhubungan dan Kementerian Sosial bekerja sama meluncurkan 28 unit bus sekolah untuk mendukung aktivitas belajar ribuan siswa Sekolah Rakyat di berbagai penjuru tanah air. Inisiatif ini digadang-gadang bukan sekadar program bantuan, melainkan sebuah transformasi filosofi pelayanan publik yang berlandaskan keadilan dan empati.
Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang berlangsung di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 20 Sleman, Yogyakarta, Kamis (6/11/2025), dihadiri langsung oleh Menhub Dudy Purwagandhi, Mensos Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan Wamenos Agus Jabo.
Dalam pidatonya, Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menekankan bahwa langkah ini adalah sebuah terobosan mindset.
“Kita tidak hanya membangun jalan atau menyediakan kendaraan, tetapi juga membuka jalur kesempatan bagi anak-anak bangsa. Transportasi adalah instrumen pemerataan, memastikan tidak ada satu pun anak Indonesia yang tertinggal karena hambatan akses,” kata Menhub usai MoU dengan Kementerian Sosial, Kamis (6/11/2025).
Dudy menambahkan bahwa komitmennya tidak berhenti pada penyerahan kunci.
“Dengan pendekatan kolaboratif, pembangunan infrastruktur tidak berhenti pada beton dan aspal, tetapi berlanjut hingga ke hati dan masa depan masyarakat,” tambahnya.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyambut hangat inisiatif ini dan melihatnya sebagai sebuah model kepemimpinan yang revolusioner. Baginya, Yogyakarta telah menjadi bukti nyata bagaimana kebijakan dapat menyentuh kehidupan.
“Transportasi yang inklusif dapat meningkatkan peluang anak untuk tetap bersekolah hingga 30 persen lebih tinggi. Akses bukan hanya soal jalan dan kendaraan, tetapi juga membuka masa depan dan membangun keadilan sosial,” ujar Sultan.
Ia menutup dengan menyebut Yogyakarta sebagai “laboratorium kolaboratif”, tempat kebijakan diuji oleh kenyataan dan inovasi lahir dari empati.
Sementara itu, Menteri Sosial Gus Ipul memberikan perspektif yang lebih puitis terhadap kehadiran bus-bus ini. Baginya, bus tersebut adalah simbol perjalanan menuju kehidupan yang lebih baik.
“Bus ini membawa anak-anak dari rumah sederhana menuju gerbang ilmu, dari perbatasan menuju ruang kesempatan,” ujarnya.
Gus Ipul pun menyimpulkan kolaborasi ini dengan sebuah metafora yang dalam.
“Transportasi adalah tulang punggung mobilitas manusia, sedangkan kerja sosial adalah tulang punggung kemanusiaan. Ketika keduanya disatukan, keadilan sosial bergerak nyata dalam kehidupan masyarakat kecil,” tambahnya.
Program bus sekolah ini merupakan bagian tak terpisahkan dari Program Strategis Nasional Sekolah Rakyat, sebuah gagasan besar Presiden Prabowo Subianto untuk membuka akses pendidikan seluas-luasnya bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Pada tahap awal, 28 unit bus telah disebar ke berbagai daerah, dari ujung barat Aceh hingga timur di Papua.
Saat ini, program Sekolah Rakyat telah menaungi 166 sekolah dengan hampir 16.000 siswa yang tercatat dalam Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN). Sebuah target ambisius telah dicanangkan: pada tahun 2027, diharapkan dapat menjangkau 200.000 siswa, mengukuhkan komitmen negara dalam memutus mata rantai kemiskinan melalui pendidikan dan akses yang setara.
Ekalavya