Nama KH Muhammad Yusuf Masyhar sangat dikenal sebagai salah satu pendiri sekaligus pengasuh pertama Pondok Pesantren Madrasatul Quran (MQ) Tebuireng, Jombang.
Laman mqtebuireng.com mencatat, melalui musyawarah sembilan kiai di lingkungan Tebuireng pada 27 Syawwal 1319 H (15 Desember 1971), disepakati berdirinya Madrasatul Quran, dan amanah kepengasuhan diserahkan kepada Kiai Yusuf Masyhar.
Salah satu alumni MQ Tebuireng itu adalah KH Khairul Fahmi, pengasuh Pondok Pesantren Anwarul Quran yang kini berdiri di kawasan perumahan elite Mega Cinere, Depok. Belum lama ini, Redaksi Majalah Risalah NU berkesempatan berkunjung ke pesantren tahassus al-Quran tersebut.
Kiai Fahmi bercerita, secara resmi Pesantren Anwarul Quran mulai beroperasi pada 2015. Namun, perjalanan panjangnya telah dimulai sejak ia masih menjadi mahasiswa UIN Jakarta pada awal 2000-an. Saat itu, ia juga menjadi qori dan moderator kegiatan keagamaan di Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta. Dari masjid inilah mimpi mendirikan pesantren perlahan menemukan jalan.
Masjid Raya Pondok Indah dikenal aktif menggelar kegiatan keagamaan. Dalam beberapa kesempatan, KH Ali Musthofa Ya’qub hadir sebagai narasumber. “Beliau adalah tokoh pertama yang memberikan semangat kepada saya untuk mendirikan pesantren,” kenang Ketua PW JQHNU DKI Jakarta itu. Semangat itu terus mengiang di benaknya, meski ia sempat bingung harus memulai dari mana.
Waktu berjalan, jangkauan dakwah Kiai Fahmi semakin luas, hingga akhirnya ia mengajar al-Quran ba’da Subuh di Masjid Al-Falah, Kompleks Mega Cinere, Depok. Suatu hari, di majelis tersebut, ia menyampaikan niatnya membangun pesantren. Seorang jamaah bernama Ir H Erwin Ariadi langsung menyambut baik niat itu dan mewakafkan sebidang tanah beserta bangunan di kompleks yang sama. Sebagai penghormatan, nama ayah H Erwin, yang bernama Anwari diabadikan menjadi nama pesantren Anwarul Quran.
Dukungan moral juga datang dari sang ayah. “Enam bulan sebelum wafat, beliau khatam al-Quran setiap dua hari sekali, pahalanya dihadiahkan untuk keberlangsungan pesantren ini,” tutur Kiai Fahmi.
Pada awal berdiri, hanya ada sepuluh santri yang berasal dari Maja (Banten) dan Sukabumi. Kini, jumlah santri menjadi 41 orang. “Sejak awal berdiri sampai sekarang, para santri tidak kami bebankan biaya,” ujarnya. Jumlah santri pun sengaja dibatasi agar pembinaan lebih intensif.
Salah satu santri Anwarul Quran merupakan putra Gurutta Syam Amir, Ketua PW JQHNU Sulawesi Selatan. Kiai Fahmi berharap jaringan ruhani dan keilmuan antar-ulama pengampu al-Quran ini dapat memperkuat dakwah al-Quran di Nusantara.
Sejumlah alumni kini telah mengabdi di berbagai masjid di Jabodetabek. Ada pula yang menjadi pengasuh cabang Pesantren Anwarul Quran di Sawangan (Depok) dan Tangerang. “Sejak 2023 kami juga sedang membangun pesantren di Batang, Jawa Tengah,” ungkapnya.
Dalam rangka haul ke-13 Kiai Yusuf Masyhar, Pesantren Anwarul Quran Cinere bekerja sama dengan Ikatan Keluarga Alumni Madrasatul Quran (IKAMAQ) se-Jabodetabek dan Banten menggelar Musabaqah Hifzhil Quran (MHQ). Ajang tersebut menjadi wahana uji coba kemampuan para santri Anwarul Quran menghadapi kompetisi. Hasilnya cukup membanggakan, beberapa santri berhasil meraih prestasi di tingkat provinsi hingga nasional.
Bagi Kiai Fahmi, energi spiritual adalah unsur utama dalam membina para santri. Spirit perjuangan dan ketulusan Kiai Yusuf Masyhar senantiasa ia jadikan pegangan. Percikan cahaya sang kiai, katanya, benar-benar menyala di Cinere, Depok. (Zahid)