Dr. KH. Zakky Mubarak, MA
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاَتُهُ
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ الْقَائِلِ (وَللهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً)، وَأَشْهَدُ أّنْ لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِن اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا (رواه ابن ماجة)
(أَمَّا بَعْدُ). فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَأَحَثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia
Umat Islam yang berada di tanah air menyambut hari raya Idul Adha yang mulia dengan takbir, tahlil, dan tahmid sebagai ungkapan rasa syukur, sedangkan jutaan umat Islam di tanah suci Makkah, Arafah dan Mina sedang berkonsentrasi menunaikan manasik haji. Mereka datang dari berbagai pelosok dunia, dari berbagai bangsa dan suku, dari latar belakang yang berbeda, menyatu dalam kepasrahan kepada Allah s.w.t.. Mereka menanggalkan segala atribut duniawi, meninggalkan berbagai aktivitas sehari-hari untuk menghadap Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang dengan penuh khusyu dan keikhlasan. Secara serentak, mereka mengumandangkan kalimat talbiah:
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكُ لاَ شَرِيْكَ لَكَ.
“Kami penuhi panggilan-Mu wahai Allah, wahai Allah kami datang memenuhi seruan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan karunia hanyalah milik-Mu, milik-Mu segala kekuasaan dan kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu”.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Ketika Rasulullah s.a.w. sedang berada di tengah-tengah sahabatnya, tiba-tiba salah seorang dari mereka menyampaikan pertanyaan yang amat singkat: Wahai Rasulullah, kapankah datangnya hari kiamat? Ini merupakan pertanyaan yang telah banyak disampaikan oleh sahabat-sahabat yang lain. Nabi senantiasa menjawab pertanyaan mereka, bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan datangnya hari kiamat, kecuali Allah s.w.t.. Para malaikat tidak mengetahui hal itu, demikian juga para nabi dan rasul.
Menghadapi pertanyaan yang satu ini Nabi menjawabnya dengan suatu pertanyaan juga: “Apa yang sudah kamu persiapkan untuk menghadapi hari kiamat itu”? Sahabat itu diam sambil menundukkan kepalanya, kemudian dia menjawab: “Aku tidak menyiapkan diri menghadapi hari kiamat itu dengan melaksanakan shalat, puasa, atau sedekah sebanyak-banyaknya. Shalat, puasa, dan sedekahku biasa saja, seperti sahabatmu yang lain. Akan tetapi aku sangat mencintai Allah dan rasul-Nya”. Mengomentari jawaban sahabat ini, Nabi menyatakan: “Engkau beserta orang-orang yang kamu cintai”. (HR. Bukhari, 5705).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang kami cintai
Dari dialog ini dapat diambil kesimpulan bahwa bekal masa depan, termasuk hari kiamat, bisa dilakukan dengan hal yang sangat sederhana, yaitu mencintai Allah dan rasul-Nya. Apabila seseorang telah mencintai Allah dan rasul-Nya dengan cinta yang paling sempurna, maka orang itu akan senantiasa melaksanakan segala perintah Allah, menjauhi segala larangan-Nya, dan meneladani perilaku Rasulullah s.a.w.. Itulah hakikat dari iman, Islam, dan ihsan.
Term cinta dapat diartikan sebagai suatu gejala emosi yang bergelora dalam hati manusia, yang dibarengi dengan suatu keinginan dan hasrat yang tinggi kepada sesuatu. Berdasarkan tingkatannya, cinta itu memiliki tingkatan yang berbeda-beda, dari tingkatan yang paling rendah, seperti rasa cinta antar pemuda dan pemudi yang didorong oleh nafsu seksual, atau cinta-cinta lain yang berdasarkan keinginan hawa nafsu.
Cinta tingkatan yang kedua adalah cinta aseksual seperti cinta dan kasih sayang terhadap sesama, mencintai keluarga, teman, dan handai taulan. Sedangkan cinta yang paling tinggi adalah cinta kepada Allah s.w.t. dan terhadap rasul-Nya. Cinta kepada Allah harus diutamakan dari cinta seseorang kepada apapun dan siapapun, termasuk kepada dirinya sendiri.
قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ
Katakanlah: “jika orang-orang tua, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. A-Taubah, 09:24).
Pernah suatu ketika Umar bin Khattab pernah menyatakan kepada Nabi s.a.w. bahwa ia mencintainya melebihi segala sesuatu, kecuali dirinya sendiri. Nabi menjawab: Tidak, wahai Umar, sehingga engkau mencintaiku melebihi dari dirimu sendiri. Kemudian Umar menjawab: Demi Tuhan yang mengutusmu dengan kebenaran, sesungguhnya engkau lebih aku cintai, bahkan dari diriku sendiri. Nabi menyatakan: Sekarang, imanmu baru sempurna. (HR. Bukhari, 6142).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan salah satu sebab dalam mengenal-Nya. Mengenal Allah dalam tasawuf dikenal dengan al-Ma’rifah. Makrifat atau mengenal Allah secara mendalam, merupakan dambaan bagi setiap orang mukmin. Dengan makrifat itu, seseorang akan memperoleh cahaya ilmu pengetahuan langsung dari Allah s.w.t. melalui ilham. Dengan demikian, orang tersebut bisa mengatahui berbagai hal yang tidak diketahui oleh orang lain. Untuk menggapai pintu makrifat, seorang manusia mukmin harus terus berusaha mensucikan kalbunya, sehingga terlepas dan bersih dari berbagai penyakit rohani.
Apabila seseorang tidak bisa membersihkan dirinya dari penyakit rohani tersebut, maka pintu makrifat akan tertutup, sehingga orang itu tidak mampu memasukinya. Ada beberapa jenis penyakit rohani yang mengotori kalbu seorang mukmin, antara lain: (1) mengingkari nikmat Allah, (2) bersikap sombong dan congkak, (3) bersikap rakus terhadap kemewahan duniawi, (4) melibatkan diri dalam persaingan yang keras untuk mencapai kedudukan, harta, dan kemewahan duniawi. (5) saling membenci satu sama lain, (6) bersikap dengki terhadap sesamanya, dan (7) gemar mendapat pujian.
Betapa banyaknya karunia dan nikmat Allah yang diberikan kepada umat manusia, demikian banyaknya karunia itu sehingga tidak mungkin dapat dihitung. Namun demikian, sebagian besar manusia mengingkari nikmat tersebut. Sombong dan congkak merupakan sikap yang sangat tercela yang akan menjerumuskan seseorang dalam kehinaan. Kesombongan inilah yang pertama kali dipersonifikasikan oleh Iblis, sehingga menjadi makhluk yang terkutuk.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang kami cintai
Sikap rakus dan tidak pernah merasa puas adalah penyakit mental yang sering menggerogoti sebagian besar umat manusia. Hampir semua orang yang tidak mendapatkan bimbingan agama, akan memiliki sikap ini. Ia tidak pernah merasa puas, meskipun memperoleh banyak nikmat dan karunia. Orang yang rakus ini tidak pernah berhenti untuk mengejar ambisinya, meskipun sekiranya memiliki satu lembah dari emas murni, ia akan mengharapkan dua lembah lagi. Singkatnya, ia tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diraihnya.
Dalam mencapai kedudukan dan harta, setiap orang selalu melakukan persaingan, sehingga menimbulkan permusuhan dan saling membenci. Persaingan tersebut tidak selamanya buruk, apabila dilakukan dalam hal-hal yang baik. Malah diperintahkan dalam al-Qur’an agar umat manusia berlomba dalam mencapai kebaikan. Sikap dengki juga akan menyusahkan seseorang dan merugikan orang lain. Sikap seperti ini akan mengakibatkan pelakunya menderita lahir dan batin.
Manusia melakukan berbagai macam aktivitas yang kontroversioal agar banyak dipuji orang lain. Padahal, banyaknya pujian itu sering menjermusukan dirinya pada kehinaan dan kehancuran.
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فِى هذَا الْعِيْدِ السَّعِيْدِ وَأَحَثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ، فَمَنْ أَطَاعَهُ فَهُوَ السَّعِيْدُ وَمَنْ أَعْرَضَ وَتَوَلَّى فَهُوَ فِى الضَّلاَلِ الْبَعِيْدِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِى وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلَهُ, أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. اَللّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا، اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمْسُلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، اَللّهُمَّ أَصْلِحِ الرُعَاةَ وَالرَّعِيَّةَ وَاجْعَلْ إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَدِيَارَ الْمُسْلِمِيْنَ آمِنَةً رَخِيَّةً، رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فىِ السِّرِّ وَالْعَلَنِ وَجَانِبُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
، اَللهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ.