Dr. KH. Zakky Mubarak, MA
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاَتُهُ
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، اللهُ أَكْبَرُ كُلَّمَا هَلَّ هِلَالٌ وَأَبْدَرْ، اللهُ أَكْبَرُ كُلَّمَا صَامَ صَائِمٌ وَأَفْطَرْ، اللهُ أَكْبَرُ كُلَّمَا لَاحَ صَبَاحُ عِيدٍ وَأَسْفَرْ، اللهُ أَكْبَرُ كُلَّمَا تَرَاكَمَ سَحَابٌ وَأَمْطَرْ، اللهُ أَكْبَرُ كُلَّمَا نَبَتَ نَبَاتٌ وَأَزْهَرْ، اللهُ أَكْبَرُ كُلَّمَا هَلَّلَ الْمُسْلِمُ وَكَبَّرْ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي سَهَّلَ لِعِبَادِهِ طَرِيقَ الْعِبَادَاتِ وَيَسَّرْ، وَوَفَّاهُمْ أُجُورَ أَعْمَالِهِمْ مِنْ خَزَائِنِ جُودِهِ الَّتِي لَا تُحْصَرْ، نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَهُوَ الْمُسْتَحِقُّ أَنْ يُحْمَدَ وَيُشْكَرْ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْمَلِكُ الْعَظِيمُ الْأَكْبَرْ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الشَّافِعُ الْمُشَفَّعُ فِي الْمَحْشَرْ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا. أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia
Setelah menyelesaikan puasa Ramadhan sebulan penuh, disertai dengan melaksanakan berbagai macam ibadah dan amal kebajikan, insan muslim kembali kepada fitrah atau “kesucian dasar”. Idul Fitri yang kita rayakan dan kita hayati, merupakan manifestasi dari rasa syukur terhadap Khaliknya. Idul Fitri berarti kembali berbuka, maksudnya setelah orang-orang Islam melaksanakan puasa sebulan penuh mereka kembali berbuka (tidak berpuasa) di hari raya idul fitri 1 Syawal. Idul Fitri yang berarti kembali berbuka dapat dikembangkan pemahamannya menjadi kepada fitrah atau kembali kepada fitrah insani. Setidaknya kata tersebut memiliki dua arti: (1) Kembali pada awal penciptaan dasar manusia yang suci, dan (2) Kembali kepada agama yang benar. Kembali pada kesucian berarti kita kembali pada suasana bersih dan suci, terlepas dari noda dan dosa. Hal seperti itu dapat mengantarkan diri setiap insan pada sikap taat dan patuh pada Ilahi dengan mengikuti petunjuk al-Qur’an dan al-Sunnah.
Manusia muslim yang melaksanakan puasa Ramadhan dengan penuh keikhlasan dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah, maka ia akan terlepas dari dosa-dosanya, menjadi suci kembali. Kesucian itu hendaknya terus dipertahankan dalam bulan-bulan berikutnya dengan meningkatkan kualitas ketakwaan dan keimanan kepada Allah s.w.t.. Kita harus selalu berusaha bertakarub, mendekatkan diri kepada-Nya dalam segala kehidupan dengan tunduk dan patuh. Fitrah yang berarti kembali kepada asal kejadian, maksudnya bahwa manusia itu pada dasarnya atau pada asal kejadiannya adalah baik, karena ia diciptakan dalam fitrah Allah. Fitrah itu tidak akan berubah untuk selama-lamanya. Ia telah digariskan Allah sebagai dasar kejadian manusia yang akan mendasari kebahagiaan dan kesuksesan pada masa kini dan masa yang akan datang.
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus pada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada penciptaan (fitrah) Allah. itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. al-Rum, 30:30).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Dalam momentum Idul Fitri ini, saling bermaafan merupakan bagian yang tak bisa dilepaskan dalam kehidupan masyarakat muslim di Indonesia, terlebih kepada kedua orangtua. Hal itu masuk dalam kategori berbakti kepada mereka, terlebih kepada ibu. Berbakti kepada kedua orangtua merupakan kewajiban yang sangat tinggi bagi setiap orang muslim, sehingga diletakkan bakti kedua setelah berbakti kepada Allah dan rasul-Nya. Banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an dan keterangan dari al-Sunnah yang memerintahkan agar kita berbakti kepada kedua orangtua dengan keikhlasan dan ketulusan yang maksimal. Peranan ayah dan ibu kita sangat menentukan dalam mengasihi, mendidik, dan membentuk diri kita menjadi orang-orang yang beriman dan berbakti kepada Allah, mencintai Rasul-Nya, dan mencintai sesama umat manusia.
Ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang siapakah orang yang kita harus berbakti kepadanya, beliau menyebut nama ibu sebanyak tiga kali dan menyebutkan nama ayah sebanyak satu kali. Ibu perannya tidak bisa dipisahkan dari perjalanan hidup manusia sejak ia masih berupa benih yang tumbuh dalam rahim.
Setelah bayi itu lahir, belum bisa dilepaskan dari pemeliharaan ibunya. Ibu Kemudian menyusui anaknya kira-kira selama dua tahun. Pengalaman hamil, melahirkan, dan menyusui anak hanya dialami oleh kaum ibu, para suami tidak pernah mengalami hal itu. Suami punya tugas lain untuk mencari nafkah dan melindungi keluarganya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang kami cintai
Maka wajar apabila rahim seorang ibu ditempatkan oleh Allah s.w.t. dalam kedudukan yang sangat tinggi, sehingga digantungkan pada Arasy. Nabi s.a.w. bersabda:
الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللهُ، وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللهُ
Rahim itu tergantung pada Arasy, ia berkata: Barang siapa yang menghubungiku, Allah akan menghubunginya, dan barang siapa yang memutuskanku, maka Allah akan memutuskannya. (HR. Muslim, 2555).
Setiap diri manusia diarahkan agar berbakti kepada Allah dengan tunduk dan patuh dan tidak mempersekutukannya dengan suatu apapun. Dilanjutkan dengan berbakti kepada kedua orangtua, pada kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun tetangga yang jauh, para anak jalanan, para pegawai dan pembantu kita. Berbuat baik terhadap sesama umat manusia dan makhluk lain merupakan misi utama dari diutusnya Nabi Muhammad s.a.w., karena beliau diutus sebagai rahmat bagi alam semesta.
Hubungan sebagaimana disebutkan di atas sangat berkaitan dengan perintah untuk bersilaturrahim, menjalin kasih sayang terhadap sesama. Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah mengenai aktivitas yang dapat mengantarkan dirinya pada keluhuran dan kesuksesan. Beliau menjawab;
تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ
Kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan merajut silaturrahim. (HR. Bukhari, 1396).
Berbuat baik kepada kerabat, tetangga, baik yang dekat maupun yang jauh diperintahkan kepada setiap orang muslim. Demikian kuatnya perintah itu, sehingga digambarkan seolah-olah ia bisa mewarisi hartanya. Rasulullah s.a.w. bersabda:
مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالْـجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
Jibril senantiasa berwasiat kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga, sehingga hampir saja aku menganggap bahwa ia akan menjadi ahli warits. (HR. Bukhari 6014, Muslim 2625).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Selain itu, hubungan dengan tetangga dan teman sejawat harus saling mengasihi dan berbuat baik semaksimal mungkin, tidak boleh menyakiti atau mengganggu mereka. Nabi s.a.w. menyebutkan kalimat demi Allah, bahwa seorang tidak beriman kepada-Nya sampai tiga kali. Ditanyakan kepada beliau: Siapakah itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: orang yang selalu mengganggu tetangganya sehingga ia tidak merasa aman dari gangguannya.
وَاللهِ لا يُؤْمِنُ . وَاللهِ لا يُؤْمِنُ . وَاللهِ لا يُؤْمِنُ . قِيلَ : مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قالَ : الَّذِي لا يَأمَنُ جَارُهُ بَوَائِقُهُ
Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah, seseorang tidak beriman. Nabi ditanya: Siapa wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Orang yang membuat tetangganya merasa tidak aman dari gangguannya. (HR. Bukhari, 6016).
Semua hubungan satu sama lain, termasuk dengan keluarga, sahabat, tetangga dan sebagainya, adalah tidak terlepas dari peran rahim. Karena itu, betapa mulianya rahim ibu kita sehingga nama itu diambil dari salah satu asma Allah yang agung, yaitu al-Rahim, Maha Pengasih. Allah s.w.t. berfirman dalam Hadits Qudsi:
أَنَا الرَّحْمَنُ وَاَنَا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَاشْتَقَقْتُ لَهَا مِنِ اسْمِى فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا بَتَتُّهُ
Aku adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Aku menciptakan rahim dan Aku mengambil namanya dari nama-Ku. Karena itu, barang siapa yang menyambungkannya, maka Aku akan menyambungkannya, dan barang siapa yang memutusnya, maka Aku akan memutuskannya. (HR. Abu Daud, 1694).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang kami cintai
Suasana semarak syiar Idul Fitri pada hakikatnya adalah suatu ekspresi dari kebahagiaan manusia-manusia muslim. Kita saling bersilaturrahmi, berkunjung kepada orang tua, berjumpa dengan keluarga dan handai tolan untuk saling memaafkan. Pesan kedamaian antara sesama umat manusia membahana ke seluruh lapisan sosial, kaya, miskin, tua, muda, pimpinan dan rakyat; semuanya menyatu dalam keutuhan fitrah manusiawi. Rasa bahagia dan haru berbaur menjadi satu dalam kalbu setiap insan muslim, air mata menitik setetes demi setetes, kita berbahagia sekali berjumpa dengan teman-teman lama kita, orang-orang tua yang pernah mengasuh kita dengan penuh kasih sayang, teman kuliah, teman kantor dan lain sebagainya.
Kembali kepada fitrah itulah yang sesungguhnya kita rasakan sekarang ini, hari-hari yang amat bahagia ini disebut Idul Fitri. Yaitu hari kesucian dan kemanusiaan yang telah kita peroleh kembali setelah kita melakukan puasa Ramadhan sebulan penuh. Hari-hari ini adalah hari kejayaan dan kemenangan bagi kita semua dan ucapan kita yang paling tepat adalah doa “Allahummaj’alna minal ‘aidin wal fa iziin”. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrah dan memperoleh sukses dan diterima oleh Allah s.w.t..
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فِى هذَا الْعِيْدِ السَّعِيْدِ وَأَحَثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ، فَمَنْ أَطَاعَهُ فَهُوَ السَّعِيْدُ وَمَنْ أَعْرَضَ وَتَوَلَّى فَهُوَ فِى الضَّلاَلِ الْبَعِيْدِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِى وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلَهُ, أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. اَللّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا، اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمْسُلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، اَللّهُمَّ أَصْلِحِ الرُعَاةَ وَالرَّعِيَّةَ وَاجْعَلْ إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَدِيَارَ الْمُسْلِمِيْنَ آمِنَةً رَخِيَّةً، رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فىِ السِّرِّ وَالْعَلَنِ وَجَانِبُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ.