Oleh: Zahid Lukman
Tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional, dan tahun 2025 ini mengangkat tema besar, Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045. Ini bukan sekadar seruan simbolik, melainkan ajakan untuk membentuk generasi unggul yang akan menjadi pilar peradaban Indonesia satu abad merdeka.
Dalam Islam, anak adalah amanah, anugerah, dan tanggung jawab. Allah SWT berfirman:
اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia…” (QS. Al-Kahfi: 46)
Namun, lebih dari sekadar perhiasan, anak adalah investasi masa depan, baik duniawi maupun ukhrawi. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Jika anak Adam wafat, terputus amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Dalam kerangka tema nasional, Anak Hebat Indonesia Kuat, Islam memiliki peran fundamental dalam membentuk karakter anak agar kuat secara spiritual, intelektual, emosional, dan sosial. Anak hebat menurut Islam adalah mereka yang:
Pertama, tumbuh dalam iman dan akhlak mulia. Pendidikan tauhid sejak dini menanamkan rasa tanggung jawab kepada Allah dan sesama. Akhlak menjadi pondasi utama, sebagaimana sabda Nabi, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Kedua, cerdas dan berilmu. Islam menjadikan ilmu sebagai kewajiban bagi setiap muslim. Anak yang dibekali ilmu, tidak hanya mampu bersaing secara global, tapi juga membawa cahaya peradaban. Ketiga, sehat lahir dan batin. Dalam Islam, menjaga kesehatan adalah bagian dari syukur atas nikmat. Anak yang sehat fisik dan mental akan lebih siap menghadapi tantangan zaman.
Sementara, yang keempat adalah peduli dan bersaudara. Tagline HAN 2025, Anak Indonesia Bersaudara, sejalan dengan nilai ukhuwah islamiyah. Anak-anak diajarkan untuk saling menghormati, peduli terhadap sesama, serta menjunjung keadilan sosial sejak dini.
Islam juga menegaskan pentingnya lingkungan –rumah, sekolah, dan masyarakat– dalam membentuk karakter anak. Dalam hadis disebutkan:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Artinya, orang tua dan masyarakat memiliki tanggung jawab besar. Maka, Hari Anak Nasional menjadi pengingat bagi kita semua: Apakah rumah kita sudah menjadi tempat yang aman dan membahagiakan? Apakah pendidikan yang kita berikan menanamkan adab dan iman?
Menuju Indonesia Emas 2045, kita tidak cukup hanya berbicara soal infrastruktur dan teknologi. Kita perlu membangun manusia, dan itu dimulai dari anak-anak. Ketika anak-anak tumbuh dalam cinta, iman, dan ilmu, maka kita bukan hanya membangun bangsa yang kuat, tetapi juga peradaban yang diberkahi.
Anak hebat dalam Islam bukan sekadar yang pintar di kelas, tapi yang memiliki hati yang lurus, tangan yang peduli, dan jiwa yang tangguh. Itulah fondasi sesungguhnya bagi Indonesia yang kuat dan mulia di masa depan. Wallahu a’lam.