Kemerdekaan yang dirasakan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan anugrah ilahiyah yang Allah berikan kepada bangsa Indonesia.
Kemerdekaan tersebut mampu dirasakan oleh segenap rakyat Indonesia diiringi oleh ikhtiar para pejuang yang telah mengorbankan harta benda, tenaga, dan bahkan jiwa demi memperjuangkan kemerdekaan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi generasi penerus bangsa, baik sekarang maupun yang akan datang untuk bisa menyukuri nikmat kemerdekaan itu, dengan cara berterimakasih kepada para pahlawan yang telah berkorban untuk memperjuangkan kemerdekaan.
Dalam konteks kehidupan bernegara, salah satu cara mengisi kemerdekaan adalah dengan berbagai kebaikan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan agama. Di samping itu, yang tak kalah penting adalah mengenang jasa para pahlawan lewat untaian doa serta meneladani spirit perjuangan mereka dalam mencintai tanah air, meskipun harus mengorbankan segalanya. Kewajiban mengisi kemerdekaan menjadi tanggung jawab bersama sebagai elemen bangsa, tanpa memandang suku, agama, ras, maupun gender tertentu. Karena, pada hakikatnya, semua rakyat Indonesia telah diikat oleh sebuah ikatan yang disebut dengan ukhuwah wathaniyah atau persaudaran dalam lingkup kebangsaan yang dibingkai dengan falsafah “Bhineka Tunggal Ika” dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Namun sayangnya, pada sisi yang lain, masih banyak dijumpai sebagian masyarakat masih mempunyai paradigma yang keliru mengenai perempuan. Paradigma yang kerapa memarginalkan peran wanita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Padahal, sebagai bagian dari sejarah perjalanan bangsa, perempuan mempunyai peran berikut kesempatan yang sama dengan kaum pria dalam mengisi kemerdekaan. Mereka mempunyai hak yang sama dalam upaya melakukan aktivitas maupun inovasi yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia, bahkan dalam hal mengharumkan Indonesia di kancah Internasional.
Oleh karenanya, perempuan juga perlu mendapatkan kesempatan yang sama dengan kaum pria untuk berperan aktif dalam melakukan kebaikan yang dapat membawa dampak positif bagi kemashlahatan bangsa Indonesia. Senada dengan ini, Rasulullah s.a.w. bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).
Berkaitan dengan hadits ini, Muhammad Abdurrauf al-Manawi dalam Kitab at-Taisir bi Syarhi Jam’i ash-Shoghir mengatakan al-Taisîr bi Syarhi al-Jâmi’ al-Shaghîr, Juz 1 Hal, 1071:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ بِالْإِحْسَانِ إِلَيْهِمْ بِمَالِهِ وَجَاهِهِ وَ عِلْمِهِ لِأَنَّ الْخَلْقَ كُلَّهُمْ عِيَالُ اللهِ وَأَحَبُّهُمْ إِلَيْهِ أَنْفَعُهُمْ لِعِيَالِهِ
Apabila dipahami secara mendalam, pernyataan al-Munawi tersebut menekankan pentingnya berbuat baik dan memberikan manfaat kepada orang lain, baik dengan harta, kedudukan, maupun ilmu pengetahuan. Hal ini karena semua makhluk adalah keluarga Allah, dan yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi keluarga-Nya.
Hal ini selaras dengan Firman Allah s.w.t. dalam Surat al-Nahl ayat 97:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.
Terkait ini Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, juz 4, hal. 568 menjelaskan:
أَيْ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلَهُ فِي الدُّنْيَا أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Barangsiapa yang berbuat baik di dunia, maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan di dunia dan akhirat.
Penjelasan kedua nash di atas hendak memberikan sebuah indikasi bahwa sebaik-baiknya manusia bukan dilihat dari gender seseorang, melainkan seberapa besar peran seseorang untuk bisa berbuat baik dan memberikan manfaat kepada orang lain, terlebih membawa dampak positif bagi kemajuan bangsa dalam rangka mengisi kemerdekaan di Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke 80, hal ini dapat di mulai dari ruang lingkup keluarga dengan mendidik generasi bangsa untuk menjadi pribadi yang hebat, maupun ruang lingkup nasional bahkan internasional. Perbedaan fisik antara wanita dan laki-laki bukan berarti menjadi penghalang bagi wanita untuk terus berperan aktif dalam mengisi kemerdekaan, tentu hal ini harus dilakukan sesuai dengan nilai-nilai agama yang diyakininya.
Bagi umat Islam ada figur wanita inspiratif dan teladan bagi umat Islam, khususnya bagi wanita, yakni Siti Khadijah r.a.. Beliau menjadi pengusaha sukses, mandiri dan berkontribusi positif bagi mayarakat dengan menciptakan lapangan pekerjaan di lingkungan sekitar. Bahkan peran Siti Khadijah dalam membantu perjuangan dakwah Nabi Muhammad s.a.w. sangatlah besar. Lewat kekuatan finansial dan pengaruh politiknya, beliau mampu membantu perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. dalam berdakwah.
Di samping Siti Khadijah, dalam konteks keindonesiaan, banyak dijumpai sosok figur wanita yang berperan aktif dalam gerakan kemerdekaan, seperti Cut Nyak Dien. Ia pejuang wanita yang menginspirasi spirit perjuangan generasi setelahnya untuk kebaikan bangsa Indonesia dengan semangat nasionalismenya dalam mengusir penjajah Belanda. Selanjutnya ada R.A Kartini dengan spirit perjuangan dan kegigihannya dalam memperjuangkan pendidikan bagi masyarakat Indonesia khususnya kaum perempuan dan lain sebagainya.
Contoh-contoh di atas sudah cukup menjadi bukti bahwa perempuan mempunyai kesempatan untuk bisa mengisi kemerdekaan di dalam berbagai hal, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik, kesehatan dan lain sebagainya. Ruang lingkup perjuangan mereka, terutama dalam spektrum keluarga, sebagai upaya untuk mendidik generasi bangsa. Bagaimanapun juga, peran wanita sangatlah penting dalam menanamkan dasar nilai-nilai positif terhadap generasi bangsa.
Karena itulah, Ulama berkata:
اَلْأُمُّ مَدْرَسَةُ الْأُوْلَى إِذَا أَعْدَدْتَهَا أَعْدَدْتَ شَعْبًا طَيِّبَ الْأَعْرَاقِ
“Ibu adalah madrasah yang pertama, jika kamu menyiapkannya, berarti kamu menyiapkan lahirnya sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya”
Dengan demikian, maka tidak dapat dipungkiri bahwa perjuangan kaum perempuan di era masa kini untuk bangsa dan keluarga sangat dibutuhkan. Dengan asuhan seorang wanita, akan lahir generasi emas yang akan memimpin bangsa Indonesia menuju bangsa yang hebat dan bermartabat.
Imam Subarul Adzim, M.Ag
Wakil Sekretaris LBM PWNU DKI Jakarta