Uniknya Para Rais Aam

0

Hubungan antara KHA Wahab Hasbullah dengan KHM Hasyim Asy’ari adalah hubungan dua pupu dari satu buyut Kiai Shihhah yang mendirikan Pondok Pesantren Tambak Beras tahun 1825. Kiai Shihhah alias KH Abdussasalam adalah keturunan Mbah Sambu (Sayid Abdurrahman) Lasem, Jawa Tengah.

Kiai Wahab yang lahir tahun 1888 tentu jauh lebih muda dibanding KH hasyim Asy’ari yang lahir tahun 1871. Perbedaan usia 17 tahun dan juga kedudukan Kiai Wahab yang pernah belajar kepada Kiai Hasyim menjadikan Kiai Wahab sangat menghormati kiai Hasyim. Bahkan ide NU selalu dikomunikasikan kepada Kiai Hasyim yang kiemudian didaulat menjadi Rais Akbar.

Meskipun masih memiliki hubungan kekerabatan, Kiai Wahab sangat menghormati Kiai Hasyim dan bicara dengan kromo inggil. Demikian juga Kiai Hasyim dalam bicaranya kadang diselipi kromo inggil dengan Kiai Wahab yang jauh lebih muda. Mbah Wahab juga memanggil Mbah Hasyim atau Kiai Hasyim. Sementara Mbah Hasyim kadang memanggil Mbah Wahab dengan panggilan kang alias mas.

Sepeninggal Kiai Hasyim tahun 1947, Kiai Wahab didaulat menjadi penggantinya. Namun Kiai Wahab menolak disebut Rais Akbar, karena jabatan itu hanya layak untuk Mbah Hasyim. Ia memilih nama jabatan itu Rais Am yang artinya ketua umum.

Sahabat Mbah Wahab di Bangkalan dan Mekah, KH Bisri Syansuri dinikahkan dengan Khadijah, adik kiai Wahab yang kemudian mendirikan Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar, Jombang. Kiai Bisri berusia lebih tua dua tahun dari Kiai Wahab, lahir tahun 1886.

Hubungan Kiai Bisri dan Kiai Wahab begitu unik. Berkali-kali Kiai Bisri menolak menjadi Rais Am selama Kiai Wahab masih ada. Dan benar, sejak Kiai Wahab wafat tahun 1971, Kiai Bisri baru menerima jabatan itu. Meskipun dalam muktamar sebelumnya (1968), nama Kiai Bisri pernah unggul, namun ditolaknya. Ia sangat menghormat kakak iparnya itu.

Ketika Nyai Khodijah wafat, Kiai wahab langsung menjodohkan Kiai Bisri dengan kerabat isteri kiai Wahab yang berasal dari Bangil.

BACA JUGA

Kiai Wahab selalu mengajak kiai Bisri ke Jakarta dengan sedan Opel Kapiten (buatan Jerman) berwarna biru tahun 1962-nya. Karena hubungan isteri Kiai Wahab dan Kiai Bisri sangat dekat, sama-sama dari Bangil dan berhbungan famili, menjadikan dua tokoh itu semakin akrab. Kebetulan Kiai Bisri tak punya mobil dan pernah dapat inventaris mobil dari PPP tahun 1970-an.

Sepeninggal Nyai Khodijah binti Hasbullah, Kiai Bisri menikah dngan Hj Fathimah alias Nyai Nadzifah binti KH Mahmud Siddiq. Mahmud (diperkirakan lahir di Lasem tahun 1900) adalah yunior Kiai Bisri di pesantren Bangkalan. Penggantinya berikutnya adalah KH Anwar Musyaddad (1910-2001) dan dilanjutkan KH Ali Ma’shum (1915-1989) dan KH Ahmad Siddiq (1926-1991).

Isteri Kiai Bisri (Nyai Nadzifah) adalah kemenakan Kiai Ahmad Siddiq. Nyai Nadzifah memanggil Man Ahmad. Kiai Ahmad Siddiq yang menganggap murid Kiai Bisri tetap memanggil Kiai kepada menantu kemenakannya itu. Yang unik, Kiai Bisri yang biasanya memanggil nama Ahmad saja sejak pernikahan itu ia menghomati Kiai Ahmad dengan memanggil Man Ahmad, menirukan isterinya. Bedanya, Kiai Bisri ngoko dengan Kiia Ahmad dan kiai Ahmad bahasa krama inggil. Kiai Ahmad mencium tangan Kiai Bisri dan isteri Kiai Bisri mencium tangan Kiai Ahmad, pamannya.

Sejak Kiai Ali Ma’shum, generasi syuriah sudah bukan lagi murid Syekhona Kholil, tapi sudah murid Mbah Hasyim dan Mbah Wahab dan segenerasi. Kiai Ali Mas’shum Belajar di Termas dari Kiai Dimyati, adik Syekh Mahfudz. Kiai Ahmad belajar di Tebuireng dari Kiai Hasyim.

Kiai Ali Ma’sghum dan Ahmad Siddiq yang selisih usia 11 tahun itu memiliki hubungan darah. Kiai Ahmad memanggil Kiai Ali dengan sebutan kang. Kiai Ali memanggil Ahmad, karena menganggap kemenakan. Kiai Siddiq (ayah Ahmad) saudara radla Kiai Ma’shum (ayah Ali Mashum). Keduanya bicara ngoko dalam Bahasa Jawa.

Tapi, Kiai Ali kemudian berbesan dengan KH Hamid Pasuruan yang notabene kemenakan Kiai Ahmad Shiddiq. Maka, Kiai Nashid putera Kiai Hamid memanggil Kiai Ahmad Siddiq dengan mbah, sementara kepada Ali Ma’shum dengan sebutan abah. Terbalik.

Lebih unik lagi, Kiai Hasyim, Kiai Wahab, Kiai Bisri, Kiai Ali Ma’shum, Kiai Ahmad Sidiq adalah keturunan Mbah Sambu Lasem. Begitu juga Kiai Sahal Mahfudz, Kiai Mustofa Bisri bahkan KH Miftachul Achyar. Mertua Kiai Miftachul Ahyar, Syekh Masduki masih keturunan Mbah Sambu dari jalur KH Mutamakkin, Kajen, Pati.

(Musthafa Helmy)

Leave A Reply

Your email address will not be published.