RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Ketua Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) Dr. KH Nasrullah Afandi, Lc., M.A. yang akrab disapa, Gus Nasrul, mendesak pemerintah untuk mencabut izin siaran Trans7. Desakan ini disampaikan setelah program Xpose Uncensored di stasiun televisi tersebut dinilai telah menghina dan merendahkan Kiai dan Pondok Pesantren Lirboyo, salah satu pesantren tertua dan terbesar di Indonesia.
Menurut Gus Nasrul, tayangan itu tidak hanya melukai perasaan para santri dan alumni, tetapi juga mencederai kontribusi besar semua pesantren di nusantara terhadap bangsa. “Pondok pesantren di nusantara, salah satunya Lirboyo adalah nyata-nyata sudah punya jasa besar dalam meningkatkan intelektualitas keilmuan religiusitas bangsa Indonesia,” tegasnya, Selasa (14/10/2025).
Ia menegaskan, Lirboyo telah melahirkan banyak ulama besar dan tokoh nasional. Di antaranya, KH Maimoen Zubair (Sarang, Rembang) dan KH Said Aqil Siradj. “Banyak Kiai tokoh besar adalah alumni Lirboyo seperti KH Maimoen Zubair Sarang Rembang, KH Said Aqil Siradj, dan banyak lagi tokoh besar lainnya adalah lulusan pesantren Lirboyo,” lanjut doktor Maqashid Syariah Summa Cum Laude Universitas Al- Qurawiyin Maroko itu.
Bangsa Tidak Akan Rugi Jika Trans7 Ditutup
Gus Nasrul menilai kontribusi pesantren terhadap negara sangat signifikan, sehingga penghinaan terhadap lembaga tersebut sama saja dengan merendahkan martabat bangsa. “Bangsa Indonesia akan rugi besar jika tidak ada Pondok Lirboyo Kediri dan pesantren lainnya. Tapi bangsa Indonesia sama sekali tidak kehilangan, bahkan bersyukur seandainya Trans7 ditutup,” kata Gus Nasrul yang juga alumni pesantren Lirboyo Kediri itu.
Ia juga menyoroti fungsi media massa yang seharusnya menjadi sarana edukasi publik, bukan sebaliknya. “Ingat fungsi daripada media adalah meningkatkan intelektualitas, bukan malah mendangkalkan pola pikir warga negara dengan menimbulkan kegaduhan di ruang publik,” katanya.
Meski Trans7 telah melayangkan permohonan maaf, Gus Nasrul menilai langkah itu tidak cukup. “Meskipun permohonan maaf dilayangkan, oke maaf diterima. Tapi proses hukum harus tetap diberlakukan, minimal Trans7 ditutup. Kenapa? Karena permohonan maaf saja tidak cukup,” ujarnya.
Menurutnya, konten penghinaan tersebut telah beredar luas di media sosial. “Konten murahan itu sudah beredar di alam maya. Walaupun sudah ada surat permohonan maaf, tetapi itu tidak menghapus semua konten murahan yang menyerang Kiai dan pesantren Lirboyo itu. Konten itu telah beredar di akun-akun buzzer bayaran dan lain sebagainya. Itu akan menjadi efek jera bagi pengelola media,” ucapnya.
Media Tidak Boleh Jadi Buzzer Recehan
Gus Nasrul juga menilai tindakan Trans7 sangat tidak pantas bagi sebuah media resmi nasional. Ia mengingatkan media agar tidak terjebak gaya komunikasi murahan seperti buzzer.
“Ini sebagai pelajaran berharga agar media yang resmi semacam Trans7 itu jangan ikut-ikutan gaya buzzer yang recehan, juga untuk perhatian buzzer murahan” katanya mengingatkan.
Pesantren Lirboyo, lanjutnya, merupakan salah satu pondok pesantren terbesar di Indonesia dengan jumlah santri mencapai hampir 50 ribu orang. “Ketika Lirboyo itu dihujat, itu merupakan kerugian besar bagi Indonesia khususnya Islam. Tapi kalau Trans7 ditutup itu sama sekali tidak ada kerugian,” ucapnya.
Gus Nasrul juga mengungkapkan bahwa pelanggaran semacam ini bukan pertama kalinya dilakukan oleh media tersebut. “Keberadaan Trans7 bukan kali ini saja, tapi sudah berulangkali,” tutur Gus Nasrul yang juga aktif dakwah di berbagai provinsi Indonesia itu.
Tuntut Proses Hukum
Selain pencabutan izin siaran, Gus Nasrul mendesak aparat penegak hukum untuk memproses kasus ini secara hukum. Menurutnya, hanya dengan langkah tegas, penghinaan terhadap simbol-simbol keagamaan bisa dicegah.
“Selain itu harus diproses secara hukum. Basa-basi minta maaf saja tidak cukup. Karena ulahnya yang sangat merendahkan Kiai dan pesantren sudah beredar luas di internet dan tidak bisa dihapus,” ujarnya.
Ia menilai konten tayangan tersebut mengandung unsur kesengajaan. “Konten yang dibuat oleh Trans7 itu jelas ada unsur kesengajaan dari postingan video yang dicomot dari tempat berbeda, mengedit KH Anwar Manshur dengan framing penghinaan,” ungkapnya Gus Nasrul yang juga Pengasuh Pesantren Balekambang Jepara itu.
Gus Nasrul berharap kasus ini menjadi pelajaran bagi media lain agar tidak melakukan hal serupa. “Ini agar jadi efek jera bagi media lain agar tidak mengulang hal yang sama,” ujarnya menegaskan.
Gelombang Reaksi dari Kalangan Santri dan Ulama
Kasus tayangan Xpose Uncensored itu memicu gelombang kekecewaan luas dari kalangan santri dan alumni Lirboyo. Tagar #boikottrans7 bahkan mulai ramai di media sosial, dengan ribuan unggahan yang mengecam siaran tersebut.
Sejumlah tokoh ormas Islam juga menyuarakan kekecewaannya, menilai tayangan itu sebagai bentuk penghinaan terhadap simbol keagamaan dan pesantren tradisional yang selama ini berperan besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pemerintah dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pun mulai diminta untuk turun tangan. Sejumlah petisi online yang mendesak KPI memberi sanksi berat kepada Trans7 telah bermunculan.
Peran Strategis Lirboyo
Pesantren Lirboyo di Kediri dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan Islam terbesar di Indonesia. Sejak didirikan pada 1910 oleh KH Abdul Karim, pondok ini telah melahirkan puluhan ribu ulama, guru, dan tokoh nasional. Sistem pendidikannya menggabungkan tradisi kitab kuning klasik dengan pengembangan keilmuan modern, menjadikannya sebagai poros penting dalam menjaga nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah.
Dengan santri aktif hampir 50 ribu orang, Lirboyo tak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga basis pergerakan sosial-keagamaan. Karena itu, penghinaan terhadap pesantren ini dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap sejarah panjang kontribusi Islam moderat di Indonesia.
Kasus tayangan Xpose Uncensored menjadi ujian besar bagi dunia penyiaran Indonesia. Bagi Gus Nasrul, pernyataan maaf saja tidak cukup. Ia menegaskan, pencabutan izin siaran dan proses hukum adalah langkah tegas yang perlu diambil agar insiden serupa tak terulang.
“Lirboyo adalah benteng peradaban Islam di Indonesia. Menghina Kiai Lirboyo sama saja merusak tatanan kebangsaan. Kalau Trans7 ditutup, bangsa ini tidak akan rugi,” pungkas Gus Nasrul. (rls).