Memperkokoh Kemandirian Umat melalui Pendidikan dan Moderasi Beragama untuk Mewujudkan Indonesia yang Maslahat
Oleh: Muhammad Izra Fauzi (Universitas Islam Negeri Salatiga)
Pendahuluan
Memasuki abad kedua, Nahdlatul Ulama (NU) menghadapi tantangan baru yang muncul di tengah dinamika sosial, budaya, dan politik Indonesia. Sebagai organisasi Islam terbesar di dunia, NU memiliki tanggung jawab besar dalam mengawal bangsa menuju masyarakat yang adil, sejahtera, dan maslahat. Tema Harlah NU ke-102, “Bekerja Bersama Umat untuk Indonesia Maslahat,” menegaskan kembali pentingnya peran NU dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa, terutama dalam menghadapi ketimpangan pendidikan dan ancaman radikalisme.
Ketimpangan akses pendidikan menjadi salah satu persoalan mendesak yang perlu diatasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 5,11% penduduk desa tidak pernah mengenyam pendidikan formal, sementara di kota angkanya hanya 1,93%. Selain itu, 12,39% masyarakat pedesaan tidak menamatkan pendidikan dasar, jauh lebih tinggi dibandingkan 6,62% di perkotaan. Di sisi lain, radikalisme terus berkembang, terutama di kalangan generasi muda. Survei menunjukkan bahwa 52,3% pelajar mendukung kekerasan atas nama agama, dan 14,2% lainnya menganggap aksi seperti serangan bom dapat dibenarkan. Situasi ini diperburuk oleh propaganda kelompok radikal yang memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan narasi intoleransi.
Sebagai organisasi berbasis nilai Ahlussunnah wal Jamaah, NU memiliki potensi besar untuk mengatasi tantangan tersebut. Pendidikan dan moderasi beragama harus menjadi fokus utama, tidak hanya sebagai sarana transfer ilmu, tetapi juga untuk membangun karakter, toleransi, dan pola pikir kritis. Menurut Yatasha (2023) melalui pendekatan yang mengedepankan kearifan lokal dan nilai Islam moderat, NU dapat menjadi motor penggerak perubahan. Dengan semangat bekerja bersama umat, NU mampu memimpin upaya menciptakan harmoni sosial dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat menuju Indonesia yang maslahat.
Oleh karena itu, perlu kiranya penulis memberikan interpretasi tentang upaya-upaya peran Nahdlatul Ulama dalam menyatukan umat untuk Indonesia maslahat dengan harapan di kesimpulan akhir kajian ini dapat memberikan jawaban tentang bagaimana mengatasi ketimpangan akses pendidikan, khususnya di daerah pedesaan dan terpencil untuk mendukung terciptanya masyarakat yang mandiri dan maslahat?, dan bagaimana strategi dalam mempromosikan moderasi beragama di kalangan generasi muda guna menghadapi ancaman radikalisme dan menjaga harmoni sosial di Indoneisa?. tulisan sederhana ini merupakan tulisan penelaahan ide-ide keagamaan dengan menggali literatur-literatur yang berkaitan dengan media masyarakat dalam membangun Indonesia maslahat.
Penguatan Pendidikan Berbasis Pesantren dalam Mengatasi Ketimpangan Akses Pendidikan
Ketimpangan akses pendidikan di Indonesia masih menjadi persoalan, khususnya di wilayah terpencil. Pesantren, sebagai lembaga pendidikan tradisional khas Indonesia, memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah ini. Upaya penguatan pendidikan di pesantren dapat dilakukan melalui program yang telah berjalan serta inovasi baru yang relevan. Program “Pesantren Go Digital” telah membawa pesantren ke era digital dengan menyediakan perangkat teknologi, pelatihan untuk pengajar, dan platform pembelajaran online. Selain itu, beberapa pesantren juga mulai memasukkan pelatihan teknologi dan bisnis online ke dalam kurikulumnya, membuka peluang baru bagi para santri untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Sebagai langkah inovatif, NU dapat meluncurkan “Pesantren Akademi Digital,” sebuah program yang memadukan pendidikan agama dengan keterampilan teknologi seperti pemrograman, pengelolaan data, dan kewirausahaan. Program ini juga bisa melibatkan kerja sama dengan perusahaan teknologi untuk memberikan pelatihan dan sumber daya yang lebih luas kepada santri. Pembaruan kurikulum yang integratif tetap menjadi fokus utama. Pesantren diharapkan mampu menggabungkan pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan modern dan pelatihan kewirausahaan berbasis nilai-nilai syariah agar para santri memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja, tanpa meninggalkan identitas keislaman mereka (Jumadil et al., 2024)
Kemitraan dengan pemerintah dan sektor swasta sangat diperlukan. Dukungan berupa fasilitas, perangkat teknologi, serta beasiswa dapat mempercepat pengembangan pendidikan di pesantren. Dengan langkah-langkah tersebut, pesantren dapat terus menjadi lembaga pendidikan inklusif yang mampu bersaing di tingkat nasional dan global.
Strategi Interaktif Nadhlatul Ulama dalam Mempromosikan Moderasi Beragama di Kalangan Generasi Muda
Nahdlatul Ulama (NU) berfokus pada upaya mempromosikan moderasi beragama, dengan tujuan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang damai dan toleran. Untuk menjangkau generasi muda, NU menerapkan pendekatan yang interaktif dan relevan. Salah satu cara utama adalah melalui pelatihan dai moderat, yang bertujuan untuk memperkuat kemampuan dai dalam menyampaikan ajaran Islam secara inklusif dan adaptif. Mereka diberikan pelatihan keterampilan komunikasi yang efektif, yang memungkinkan mereka merangkul generasi muda dengan pesan-pesan yang bijaksana dan menyentuh kebutuhan zaman.
Selain itu, NU juga mendorong dialog antaragama sebagai sarana untuk membangun harmoni sosial. Forum ini melibatkan generasi muda dalam diskusi yang konstruktif, dengan tujuan untuk memahami perbedaan dan memperkuat solidaritas antar umat berag ama.Menghadapi tantangan dunia digital, NU memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan pesan moderasi beragama. Melalui konten kreatif seperti video dan infografis, NU mengedukasi generasi muda secara lebih luas dan efektif. Kampanye moderasi ini hadir dalam bentuk yang menarik, yang mempermudah pemahaman dan memperkuat toleransi (Salsabila, 2022).
Melalui berbagai inisiatif ini, NU terus berperan sebagai garda terdepan dalam mempromosikan Islam moderat, menjadikan moderasi beragama sebagai nilai yang relevan dan menyatukan bangsa dalam keberagaman.
Penutup
Penguatan pendidikan berbasis pesantren dapat menjadi solusi untuk mengatasi ketimpangan akses pendidikan, terutama di daerah terpencil. Program seperti “Pesantren Go Digital” telah membantu pesantren untuk beradaptasi dengan teknologi, menyediakan perangkat dan pelatihan bagi pengajar, serta membuka akses pembelajaran online. Selain itu, pengenalan pelatihan teknologi dan kewirausahaan dalam kurikulum pesantren memberikan santri keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman. Inovasi seperti “Pesantren Akademi Digital” yang menggabungkan pendidikan agama dan keterampilan teknologi diharapkan dapat meningkatkan daya saing pesantren. Dukungan dari pemerintah dan sektor swasta sangat penting untuk mempercepat perkembangan ini, menjadikan pesantren lembaga pendidikan yang inklusif dan siap menghadapi tantangan global.
Nahdlatul Ulama (NU) memainkan peran kunci dalam mengedepankan moderasi beragama di kalangan generasi muda dengan pendekatan yang inovatif dan sesuai dengan perkembangan zaman. Melalui program pelatihan bagi dai moderat, dialog antaragama, dan
pemanfaatan media sosial, NU berhasil menyampaikan pesan-pesan Islam yang toleran dan damai dengan cara yang relevan dan mudah dipahami oleh generasi muda. Langkah-langkah ini tidak hanya memperkuat kesadaran akan pentingnya moderasi beragama, tetapi juga mempererat hubungan antarumat beragama, serta mengukuhkan prinsip-prinsip Islam moderat yang mampu menyatukan keberagaman dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Helminia Salsabila, dkk. (2022). Peran Generasi Z dalam Moderasi Beragama di Era Digital.
Al-Adyan: Journal of Religious Studies, 3(2), 118–128.
Jumadil, N., Ramadhan, H., & Rahman, H. (2024). Peran Strategis Pesantren dalam Mendukung Pendidikan Inklusif dan Berkualitas untuk Mencapai Sustainable Development Goals. AICLeMa, 572–585.
Yazkiyyah Yatasha, Ahmad Zuhri, dan A. M. D. F. (2023). Peran Nahdlatul Ulama dalam Penguatan Nila-Nilai Moderasi Beragama. Studia Sosia Religia, 6, 49–59.