Alhamdulillah, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada peringatan hari santri Nasional tahun 2025 mengusung tagline “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Mulia.” dan peringatan hari santri tahun ini cukup istimewa, karena peringatan yang ke-10 setelah diresmikan pada tahun 2015 lalu.
Kenapa tagline ini diusung? karena terkait dengan semangat resolusi jihad dari Hoofdbestuur Nahdlatul Ulama yang diterbitkan pada tanggal 22 Oktober 1945 lalu. Dan itu jelas berarti bahwa resolusi jihad itu adalah bangkitnya Nahdlatul Ulama untuk mengawal kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Dalam satu kesempatan, Presiden Prabowo Subianto mengatakan bahwa kemerdekaan Republik Indonesia ini diproklamasikan di Jakarta, tapi ujian pertamanya terjadi di Surabaya. Dan kita katakan bahwa yang mengerjakan ujian itu adalah santri-santri Nahdlatul Ulama, sehingga alhamdulillah Indonesia lulus. Kemerdekaan bukan hanya tinggal proklamasi saja, tapi Indonesia berhasil tegak sebagai negara bangsa yang sesungguhnya.
Maka kami mengingatkan kembali apa yang telah diperjuangkan oleh para santri dan para kiai pada waktu itu dengan meneguhkan kembali makna dari peringatan Hari Santri Nasional ini sebagai semangat untuk mengawal Indonesia merdeka.
Bahwa Indonesia yang telah merdeka ini harus dikawal hingga tercapai cita-cita dari kemerdekaan itu sendiri. Dan santri-santri yang dulu telah mengajukan diri di garis pertama, garis paling depan untuk mengawal proklamasi kemerdekaan itu di Surabaya, sampai kapan pun tetap di garis depan untuk mengawal Indonesia merdeka, dan kita tidak akan lengah dari semangat itu sampai cita-cita kemerdekaan itu tercapai.
Nah, cita-cita kemerdekaan itu apa? Cita-cita kemerdekaan sebagaimana yang kita lihat di dalam catatan-catatan sejarah maupun dokumen-dokumen terkait dengan negara bangsa ini, bahwa cita-cita kemerdekaan itu bukan hanya untuk bangsa Indonesia sendiri saja, bukan hanya untuk kumpulan orang-orang yang tinggal di wilayah Nusantara saja, tapi sesungguhnya cita-cita kemerdekaan itu adalah cita-cita peradaban untuk seluruh umat manusia.
Ini sangat jelas dan soreh dinyatakan di dalam paragraf pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, bahwa sesungguhnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa. Bahwa klaim atas hak kemerdekaan itu bukan hanya untuk bangsa Indonesia saja, tetapi untuk segala bangsa di seluruh dunia, dan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Para hadirin sekalian, proklamasi kemerdekaan itu bukan hanya proklamasi tentang lahirnya negara baru yang kemudian diberi nama Republik Indonesia, bukan hanya lahirnya satu bangsa baru yang kemudian dinamai bangsa Indonesia, tapi proklamasi itu sendiri sebetulnya adalah pancang dari cita-cita untuk mewujudkan peradaban yang lebih mulia bagi seluruh umat manusia di dunia.
Itulah sebabnya, maka kita ingin tegakkan kembali semangat dari proklamasi kemerdekaan dan resolusi jihad dengan tagline “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Mulia.” Kalau ditampilkan lebih besar di bawah logo Hari Santri 2025 itu ada penegasan bahwa tagline ini terkait dengan agenda besar yaitu agenda konsolidasi nasional untuk persatuan bangsa.
Di samping ingin membangkitkan kembali ingatan tentang semangat resolusi jihad dan semangat Hari Santri ini, yaitu untuk mengawal Indonesia merdeka menuju peradaban yang mulia, kita juga ingin menegaskan tentang agenda yang sekarang kita pandang sebagai sesuatu kebutuhan yang paling krusial, paling mendesak untuk bangsa ini, yaitu konsolidasi nasional untuk persatuan bangsa.
Kenapa? Karena hari-hari ini, pada masa-masa ini, kita semua sebagai satu bangsa sebetulnya menghadapi tantangan-tantangan yang tidak mudah, tantangan-tantangan yang tidak kecil, baik tantangan yang berupa realitas dari dinamika Internasional maupun tantangan-tantangan yang merupakan masalah-masalah yang memang ada dalam diri kita sendiri sebagai satu bangsa.
Lebih-lebih ketika kemudian kita, sebagaimana yang diperlihatkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, mencanangkan agenda-agenda transformasi yang sifatnya fundamental. Program-program yang diintrodusir, diperkenalkan oleh pemerintah Pak Prabowo Subianto adalah agenda transformasi yang sifatnya fundamental: transformasi dari badan-badan usaha milik negara, transformasi dari sistem manajemen keuangan negara, transformasi dari program-program untuk rakyat, dan lain sebagainya.
Setiap transformasi ini membutuhkan energi koheren yang besar karena di dalamnya pasti terdapat hal-hal yang membutuhkan konsolidasi yang erat dari keseluruhan elemen untuk menghadapi tantangan-tantangan yang tidak mudah.
Oleh karena itu, kami ingin mengajak dalam kesempatan peringatan Hari Santri Nasional tahun ini, kita ingin mengajak seluruh elemen bangsa untuk berkonsolidasi bersama, memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional.
Pada peringatan hari santri kali ini, kita mendapatkan kado yang lumayan pahit tapi sebetulnya di dalamnya ada hikmahnya, karena ini menyadarkan kita semua tentang perlunya membangun semangat bersama didalam menghadapi tantangan global. Ketika ada tayangan tv yang menyerang pesantren, para santri, warga banyak yang tersinggung dan saya juga marah, sampai kemudian dilakukan unjuk rasa di mana-mana.
Kemudian saya sampaikan pesan melalui TVNU: mari kita hadapi ini dengan sudut pandang kepentingan untuk melakukan konsolidasi masyarakat bangsa secara nasional. Artinya apa? artinya bahwa kita ini menyatakan keberatan, menyatakan protes, bukan hanya karena marah demi Lirboyo saja, bukan hanya karena marah demi pesantren atau NU saja yang sudah direndahkan sedemikian rupa, tetapi kita keberatan dan protes, karena masih ada sikap dan tindakan yang menyerang kelompok identitas dan memicu perpecahan di tengah-tengah masyarakat bangsa.
Di antara kelompok-kelompok identitas itu boleh ada perbedaan pandangan, boleh ada perbedaan keyakinan, boleh ada perbedaan nilai-nilai. Tapi satu hal sebagai kesatuan satu bangsa, kita tidak boleh saling menyerang, saling merendahkan di antara kelompok-kelompok identitas yang ada. Tidak boleh ada sikap melecehkan dan merendahkan terhadap kelompok identitas mana pun karena itu akan memicu perpecahan bangsa.
Dengan demikian kita sekaligus juga mengusung semangat dari agenda konsolidasi nasional ini agar persatuan dan kesatuan bangsa ini menjadi semakin kokoh. Sebagaimana ajaran yang kita teguhkan, tentu kita juga harus mulai dari diri sendiri. Sebelum kita mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersatu, tentu Nahdlatul Ulama ini harus terlebih dahulu bersatu.
Maka Hadratus Syaikh kemudian juga menegaskan bahwa kepada siapa saja yang bergabung ke dalam jam’iyah Nahdlatul Ulama ini: fadkhuluha bil mahabbati wal widad wal ulfati wal ittihad wal ittishali bil arwahi wal ajsad.
(Masuklah kalian semua ke dalam jam’iyah ini dengan kasih sayang dan cinta, dengan rukun dan bersatu, dengan menyambungkan bukan hanya jasad tapi juga ruh-ruh di antara kita semua). Ini adalah amanat Rais Akbar Hadratus Syaikh Kiai Muhammad Hasyim Asy’ari.
Dengan semangat ini, maka layak apabila kita kemudian menyeru kepada seluruh elemen bangsa ini, menyeru kepada seluruh segenap bangsa Indonesia, mari kita bersatu padu. Mari kita hadapi tantangan-tantangan bersama. Mari kita berjuang bersama menuju masa depan yang lebih mulia.
Dan saya ucapkan selamat memperingati Hari Santri Nasional 2025 untuk mengawal Indonesia merdeka menuju peradaban mulia. Mari terus kita hidupkan ruh resolusi jihad untuk masa depan yang gilang-gemilang, bukan hanya bagi NU saja, bukan hanya bagi bangsa Indonesia saja, tapi bagi peradaban seluruh umat manusia di dunia.
(Pidato Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf acara Kick Off Hari Santri Nasional 2025 di Unusa, Surabaya 19 Oktober 2025).