RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Wakil Presiden ke-13 RI sekaligus Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ma’ruf Amin, menegaskan bahwa MUI tidak akan menggunakan kritik untuk memberi masukan kepada pemerintah, meskipun Presiden Prabowo Subianto sebelumnya menyatakan siap menerima kritik.
“Walaupun Pak Presiden (Prabowo) mengatakan: kritik saya, asal jangan nyinyir. Tapi kalau MUI tidak. Jangankan nyinyir, kritik pun tidak,” ujar Kiai Ma’ruf Amin dalam pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) MUI ke-XI di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, Kamis (20/11/2025).
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini juga menjelaskan bahwa pelurusan terhadap kebijakan pemerintah tidak dilakukan dengan cara menyindir ataupun mengkritik, melainkan melalui tausiyah.
“Lalu apa yang dilakukan majelis ulama? Tausiyah. Saling bertausiyah kebaikan, saling bertausiyah kesabaran,” katanya.
Kiai Ma’ruf Amin menyebut tausiyah berarti nasihat dari yang mencintai kepada yang dicintai. Karena itu, ketika MUI memberi tausiyah kepada pemerintah, hal itu menunjukkan kecintaan MUI kepada negara dan para pemimpinnya. Beliau juga berharap situasi pemerintahan berjalan dengan baik sehingga MUI tidak perlu sering memberikan pelurusan.
Dalam kesempatan yang sama, beliau pun menegaskan bahwa salah satu kunci keutuhan organisasi MUI adalah kemampuan para ulama untuk menyatukan pendapat dalam menghadapi berbagai persoalan keumatan.
Dalam arahannya, KH Ma’ruf Amin menyampaikan bahwa MUI harus menjadi rumah besar yang mampu merawat keberagaman pendapat para ulama namun tetap menghasilkan keputusan-keputusan yang solid, kuat, dan dapat menjadi pedoman bagi masyarakat.
Munas berlangsung mulai 20 November 2025 hingga 23 November 2025 dan diikuti oleh lebih dari 400 peserta dari berbagai wilayah dengan menghadirkan ulama dari lebih 80 organisasi Islam di Indonesia. Munas XI MUI dijadwalkan membahas program strategis, penguatan otoritas keulamaan, serta arah gerak MUI dalam menghadapi dinamika era digital.
(Anisa)