Konflik PBNU – PKB, Gus Mus: Itu Gojlokkan Para Santri

0

RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus menanggapi hubungan yang terjadi antara PBNU dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) hanyalah sebuah candaan yang biasa terjadi sesama santri di pondok.

“Itu kan bukan soal NU dan PKB, itu soal Yahya (Ketua Umum PBNU) sama Muhaimin (Ketua Umum PKB). Itu orang pondokan yang biasa gojlokkan (candaan), cuma mereka itu lupa bahwa itu di depan publik,” ujar Gus Mus dikutip dari chanel YouTube CNN, Jumat (16/8).

Hal ini disampaikan Gus Mus usai menghadiri dan mendapatkan salah satu penghargaan dalam CNN Indonesia Award Jawa Tengah, Rabu malam di Semarang.

Beliau menyebut saling melempar candaan kerap terjadi dalam lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) namun tidak disadari terbawa ke ranah publik dan membuat publik bingung. “Orang yang di PKB maupun di NU itu ya sudah tahu kalau mereka itu biasa gojlok-gojlokan (lempar candaan). Yang di luar itu yang mungkin terus menjadi bingung ya,” tambahnya.

Sebelumnya untuk mendapatkan pandangan para kiai mengenai hubungan antara PBNU dengan PKB, PBNU menyelenggarakan dialog dan silaturahmi dengan sejumlah Rais Suriah dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) dari berbagai daerah pada Senin, 12 Agustus 2024, di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk pengasuh Pesantren Tebuireng, K.H. Abdul Hakim Mahfud, pengasuh Pesantren Lirboyo, Kiai Anwar Mansur, serta para Rais Suriah PCNU dan kiai pesantren dari berbagai daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan.

Menurut Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), H Amin Said Husni sebagian besar kiai yang hadir sepakat bahwa hubungan antara PBNU dan PKB bisa diibaratkan seperti hubungan antara seorang ayah dengan anaknya. Para kiai menegaskan bahwa hubungan ini mencakup aspek sejarah, ideologi, dan aspirasi.

Para kiai juga menyarankan agar PBNU segera mengambil langkah-langkah strategis untuk mengembalikan PKB ke bentuk aslinya, seperti saat pertama kali didirikan oleh Nahdlatul Ulama. Setelah berdiskusi selama dua jam, pertemuan ini menghasilkan dua kesimpulan utama.

“Pertama, para kiai sepakat bahwa ada hubungan yang erat dan tidak bisa dipisahkan antara NU dan PKB, baik dari segi sejarah, ideologi, budaya, maupun aspirasi. Mereka menggambarkan hubungan ini seperti hubungan antara orang tua dan anak, di mana NU sebagai orang tua dan PKB sebagai anaknya. Kedua, para kiai berpendapat bahwa PBNU perlu segera mengambil langkah strategis untuk memperbaiki dan mengembalikan PKB ke bentuk awalnya saat pertama kali didirikan oleh NU,” jelas Amin Said. (Anisa).

Leave A Reply

Your email address will not be published.