Sarasehan Ulama NU, Mendikdasmen: Asta Cita ke 4 Sangat Qur’ani

0

RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti mengatakan bahwa program Asta Cita yang dirancang pemerintahan Prabowo-Gibran sangat Islami dan Qurani. “Asta Cita itu Islami dan Qurani,” kata Mu’ti dalam Sarasehan Ulama NU di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (4/2).

Dikatakannya, Asta Cita Prabowo-Gibran nomor 4 yakni memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM) sangat sesuai dengan Alquran.

Ia mencontohkan salah satu Raja Bani Israil Thalut dapat menjadi pemimpin karena memiliki kelebihan yakni sebagai sosok berilmu luas dan fisiknya kuat.

“Asta cita nomor 4 itu sangat Qurani. Insya Allah Qurannya NU dan Muhammadiyah sama,” urainya.

Lebih lanjut Mendikdasmen bicara soal ketenagakerjaan. Ia mengatakan orang yang ingin masuk dunia kerja harus memiliki kekuatan ilmu dan fisik yang mumpuni.

“Dunia masa depan itu ditentukan oleh kekuatan ilmu. Kalau kita bicara ekonomi yang konstruksi dasarnya ilmu. Tentu saja pendidikan menyiapkan generasi bangsa kita menyiapkan ilmu. Orang yang serba tahu,” kata dia.

Sebelumnya, Menteri Agama (Menag) RI, Nasaruddin Umar memperkenalkan konsep “Kurikulum Cinta” dalam Sarasehan Ulama Nahdlatul Ulama (NU). “Kami ingin menciptakan anak-anak bangsa yang tidak dicekoki dengan kebencian, tetapi dengan cinta yang dapat menyatukan perbedaan,” ujar Menag.

Kurikulum ini, kata Menag, akan mengajarkan bagaimana agar generasi penerus bangsa bisa menghargai keberagaman, tidak hanya di permukaan, tetapi dengan perasaan cinta yang mendalam.

“Setiap guru agama harus mengajarkan agama dengan cinta. Kita tidak perlu menyatukan agama, tetapi yang penting adalah mengajarkan kebenaran agama masing-masing tanpa menanamkan kebencian kepada yang berbeda,” tegasnya.

Menag menjelaskan, toleransi yang sejati adalah kunci untuk menghindari provokasi dan menciptakan kedamaian di masyarakat. Menurutnya, toleransi sejati dapat diwujudkan dengan mengajarkan nilai-nilai agama tanpa menyebarkan kebencian kepada pihak yang berbeda keyakinan, tetapi dibangun atas dasar cinta dan saling menghargai.

“Jika kita menciptakan ikatan cinta sejak dini, maka akan lebih sulit bagi pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa ini untuk mempengaruhi anak-anak kita,” pungkasnya.

Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menegaskan pentingnya peran ulama dan pengurus NU dalam memahami visi pemerintahan Republik Indonesia.

“Posisi Nahdlatul Ulama adalah menyediakan diri untuk berkontribusi dalam upaya menjadikan visi ini sungguh-sungguh mencapai hasil yang diinginkan,” ujar Gus Yahya, panggilan akrabnya. “Para pengampu Nahdlatul Ulama, para ulamanya, para pengurusnya, perlu memahami visi ini dengan lebih baik, sehingga bisa mengerti apa yang dapat dilakukan oleh Nahdlatul Ulama untuk bangsa,” tuturnya. (hud).

Leave A Reply

Your email address will not be published.