RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) menegaskan kembali komitmennya dalam mendorong transformasi pesantren secara menyeluruh sebagai bagian dari upaya membangun peradaban Islam yang adaptif dan relevan dengan perkembangan zaman.
“Penting mengawal bagaimana pesantren bisa berdinamika dengan perkembangan secara mutakhir tanpa kehilangan jati diri kesantriannya,” ujar Ketua RMI PBNU, KH Hodrie Arief dalam sambutannya.
Dalam pertemuan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) pada 3 Juni 2025, yang difasilitasi oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU, serta dihadiri oleh pengurus RMI ini memfokuskan agenda besar pada penguatan pesantren dalam lima bidang strategis: kurikulum dan pola asuh, sumber daya manusia, tata kelola kelembagaan, sarana prasarana, serta digitalisasi pesantren.
Ditambahkan, RMI menempatkan transformasi kurikulum sebagai langkah awal membangun pesantren masa depan. Kurikulum yang dikembangkan tidak meninggalkan akar tradisi pesantren seperti penguasaan kitab kuning dan sanad keilmuan, namun ditata ulang agar selaras dengan kebutuhan masyarakat kontemporer. Dalam aspek pengasuhan, pesantren diarahkan untuk lebih responsif terhadap persoalan sosial, psikologis, dan spiritual santri di era digital.
Pola asuh yang diterapkan dalam pesantren juga mengalami pembaruan, dengan menekankan keseimbangan antara keteladanan moral, penguatan karakter, dan pengembangan kemampuan berpikir kritis. Pesantren tidak hanya mendidik santri untuk menguasai ilmu agama, tetapi juga menyiapkan mereka menjadi pemimpin masyarakat yang adaptif, cakap teknologi, dan berdaya saing global.
Dalam aspek penguatan sumber daya manusia, lebih lanjut dipaparkan, RMI menggagas program pelatihan, peningkatan kompetensi, dan pemberian beasiswa untuk para pengajar pesantren. Guru-guru pesantren mendapatkan akses pendidikan lanjutan melalui beasiswa S2 dan S3, baik di dalam maupun luar negeri, seperti ke Mesir dan Maroko yang telah memasuki angkatan keempat.
“Saat ini, peningkatan kerjasama Beasiswa maroko (On Proses tahap 4), Mesir (Tahap 3) dan sejumlah negara lainnya,” imbuhnya.
Selain program beasiswa formal, RMI juga menyiapkan program non-degree untuk peningkatan keterampilan pedagogi, literasi digital, dan manajemen pendidikan berbasis pesantren. Tujuannya adalah agar para pengajar tidak hanya memiliki kemampuan mengajar, tetapi juga menjadi agen perubahan yang mampu membawa semangat inovasi dalam tradisi.
Transformasi pesantren juga menyasar aspek tata kelola kelembagaan. Sistem manajemen pesantren dikembangkan secara modern namun tetap berbasis nilai-nilai keislaman dan kearifan lokal. Penataan administrasi, keuangan, serta pengambilan keputusan dilakukan secara profesional dan transparan.
RMI mendorong setiap pesantren untuk memiliki visi kelembagaan yang terukur dan selaras dengan arah pembangunan nasional. Dalam Renstra ini, RMI memberikan panduan dan asistensi bagi pesantren untuk menyusun strategi jangka panjang yang adaptif dan berbasis data.
RMI juga menyadari pentingnya dukungan infrastruktur dalam mendukung keberhasilan pendidikan pesantren. Oleh karena itu, transformasi fisik seperti pembangunan ruang kelas yang layak, asrama santri yang nyaman, fasilitas sanitasi, serta ruang belajar digital menjadi bagian integral dari program strategis ini.
Untuk mendukung hal ini, RMI menggandeng sejumlah mitra seperti Kementerian PUPR, Kemenag RI dan Kominfo Digital (Komdigi) untuk membantu pengadaan dan revitalisasi sarana fisik serta jaringan internet di lingkungan pesantren.
Dalam menghadapi tantangan era digital, RMI meluncurkan program Learning Management System (LMS) berbasis pesantren, sebuah platform pembelajaran daring yang dirancang khusus untuk kebutuhan pendidikan tradisional pesantren. LMS ini memungkinkan guru dan santri mengakses materi keilmuan klasik seperti usul fiqh, tafsir, ilmu falaq, dan fiqih dengan pendekatan digital, tanpa kehilangan kekayaan sanad dan metodologi pengajaran tradisional.
Transformasi digital juga mencakup pendataan kelembagaan, pelatihan teknologi bagi tenaga pendidik, serta penyusunan kurikulum digital yang terintegrasi dengan pendidikan karakter dan tradisi pesantren. Selain itu juga ada inisiasi program Nasru Sanad yang bertujuan untuk pemutakhiran sanad hadis yang tersambung dengan Mbah Hasyim Asy’ari.
(Anisa)