RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) memaparkan elemen tarbiyah ruhaniyah sebagai menjadi fondasi yang penting dalam pendidikan pesantren.
“Saya memperhatikan masalah ini dengan cukup serius karena saya menduga bahwa ini (tarbiyah ruhaniyah) yang menjadi fondasi kekuatan pesantren di dalam membangun peradaban di Nusantara ini,” ujar Gus Yahya saat menyampaikan Kuliah Umum Ma’had Aly Lirboyo di Aula Al-Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu 23 Juli 2025.
Dalam kuliah umum bertajuk Peran Ma’had Aly dalam Membangun Peradaban Islam dan Kebangsaan Indonesia itu Gus Yahya berulang kali menekankan bahwa tarbiyah ruhaniyah menjadi satu elemen dasar yang membuat pesantren berada dalam pusaran peradaban di Indonesia hingga saat ini.
“Tarbiyah ruhaniyah antara kiai dengan santrinya itu menghubungkan batin santri dan gurunya, sedangkan kemampuan akademis nanti mengikuti,” ujarnya dalam siaran langsung Youtube Pondok Lirboyo.
Sebagai contoh, Gus Yahya mengisahkan beberapa Kiai masyhur seperti Almaghfurlah KH Maimoen Zubair dan kakeknya sendiri KH Bisri Mustofa yang mendapat tarbiyah ruhaniyah dari para gurunya sebelum memulai pendidikan akademis di pesantren.
“Sebelum Kiai Maimoen itu mondok, Kiai Zubair (ayahnya) mengajak sowan-sowan ke kiai-kiai di antaranya para muassis Nahdlatul Ulama, Mbah Manap Lirboyo. Kiai Zubair membawa gelas kosong dan meminta para kiai memberikan ludahnya dan diminumkan ke Kiai Maimoen,” kisahnya.
“Ini mau dikaji dari segi akademis seperti apa itu memberi ludah kepada santrinya,” ujarnya.
Praktik ini mungkin berseberangan dengan logika jika disimpulkan sebagai faktor pendorong kealiman seseorang. Namun, kisah KH Maimoen Zubair sendiri adalah bukti empiris bahwa tarbiyah ruhaniyah menjadi elemen kuat yang menentukan vitalitas pesantren bertahan di tengah pusaran peradaban.
Kendati tak harus melakukan hal serupa, Gus Yahya menilai keterhubungan batin seorang santri dengan kiainya menjadi hal penting untuk membangun sebuah peradaban.
“Tarbiyah ruhaniyah ini akan mewariskan kekuatan ruhaniyah kepada para santri yang tidak akan goyah,” ujarnya.
Gus Yahya menyoroti realita saat ini ketika menghadapi dinamika perubahan pesantren perlu beradaptasi. Ia menggarisbawahi bahwa adaptasi merupakan kegiatan tawar-menawar untuk memilih mana yang perlu dipertahankan dan mana yang harus diambil.
Ia mengingatkan bahwa tarbiyah ruhaniyah menjadi fondasi yang tidak bisa ditawar untuk dipertahankan dalam sistem pesantren.
“Kita harus mengerti mana yang ndak boleh kita relakan dengan harga apa pun itu dari pesantren,” sebutnya.
Ekalavya