Pengantar
Pemberitaan majalah Berita NU no 6 tertangal 15 Januari 1939 tentang KH Mas Manshoer (tokoh Muhammadiyah) menuai jawaban dam polemik yang dimuat sebagai hak jawab oleh majalah Berita NU berikutnya, nomor 7 edisi Februari 1939. Redaksi hanya megubah ejaan dan mengganti huruf Arab dan melengkapi terjemahan ayat Al-Quran dengan terjemahan. Semoga berguna untuk membaca sejarah perjalanan umat Islam Indonesia. (Redaksi)
SETELAH membaca karangan tuan tentang ‘Correctie Demak dan Madjapait’ yang dimuat dalam Berita Nahdlatoel ‘Oelama No. 6 tanggal 15 Januari 1939 itu, maka saya mengucapkan beribu-ribu terima kasih. Karena di dalam karangan itu saya telah mendapat peringatan yang baik dari pada tuan. Sedang kita pun sudah tahu bahwa peringatan itu amat berguna bagi orang Mukmin.
Alangkah indahnya khayal tuan terhadap diri saya, yang tuan umpamakan sebagai seorang lemah dan dlaif, yang berlutut di hadapan seorang yang gagah perkasa, merintih menangis dan meminta. Saya sendiri pun merasa kecewa sangat akan keadaan saya yang demikian itu. Dan kalau sekiranya saya memang berdosa, maka sekarang juga saya memohon ampun ke hadirat Tuhan Yang Maha Mengasihani.
Demikian juga amat besar terima kasih saya. karena dari dalam karangan tuan itu saya dapat menambah pengetahuan, yang diperintahkan kepada kita untuk menambahnya. Akan tetapi walaupun demikian, akan lebih gembira lagi hati saja rasanya kalau dapat saya menyatakan pendapatan saya kepada tuan tentang hal itu, supaya dapat ditimbang dan diukur, dengan timbangan dan ukuran yang luas.
Tuan, menurut sepanjang pendapatan saya, seorang hamba Allah yang dlaif ini, kalau sentana tuan berada di tengah tengah suasana masyarakat yang sebagai saya diami sekarang, tuan akan tahu bagaimana hendaknya sikap untuk menghadapi keadaan yang seperti itu, atau sekurang-kurangnya tuan akan menyetujui pendirian kita.
Sebab dalam pendapat saya pendirian seperti ini tidaklah akan mendapat kesalahan yang sangat besar, karena seolah-olah peristiwa. yang semacam itu tidak akan jauh bedanya dengan peristiwa yang tersebut dalam ayat 44 surat Thaha; “Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.”
Atau yang menyebabkan turunnya ayat 84 surat Taubat. “Janganlah engkau (Nabi Muhammad) melaksanakan salat untuk seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang munafik) selama-lamanya dan janganlah engkau berdiri (berdoa) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.”
Akan tetapi pula, kalau menurut pendapatan tuan peristiwa yang harus kita hadapi dengan berpedoman ayat di atas itu sudah lampau masanya, maka disini saya nyatakan kegembiraan hati saya yang tiada berhingga karena sudah mendapat teman yang sehati untuk menegakkan ayat 29 surat Al-Fath (Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras terhadap orang-orang kafir (yang bersikap memusuhi), tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud (bercahaya). Itu adalah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu makin kuat, lalu menjadi besar dan tumbuh di atas batangnya. Tanaman itu menyenangkan hati orang yang menanamnya. (Keadaan mereka diumpamakan seperti itu) karena Allah hendak membuat marah orang-orang kafir. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka ampunan dan pahala yang besar) yang telah tuan kemukakan itu. Apalagi kalau banyak teman-teman yang sefaham dengan tuan, karena kita pun bermaksud akan membentuk suatu langkah yang tentu terhadap keadaan itu.
Tapi bukankah bagi tuan tidak asing lagi apa maksudnya surat Al-Fath itu, dan bila masanya ia diturunkan?
Penyusun: ARS.
Noot Red (catatan redaksi):
Mengenal kami akan persoonlijkheid-nya K.H. Manshoer, menjebabkan kami tidak akan membantah beleid beliau, dalam menjalankan pimpinannya, walaupun dengan menyesal kami tidak dapat menyetujui beleid itu. Khususnya boleh jadi, karena udara tempat beliau hidup dan udara kita berlainan, maka tumbuh pula lain kacamata.
Kita orang kampung, hidup di tengah-tengah orang kampung, di desa dan di pegunungan mempunyai kacamata. Sesungguhnya iman dan Islam mereka masih teguh dan kokoh, hanyasanya kelemahan ada di dalam pimpinan (fa innamal dlu’fu fil-qiyadah).
Oleh karena pemimpin Islam masih banyak yang dihinggapi rasa dlaif dan rasa tidak bisa berdiri sendiri, maka tumbuhlah rasa membutuhkan, dan dari perasaan ini berlakulah qaidah: ‘Kullu mathlubin ‘aziz (tiap-tiap yang dibutuhkan itu naik harganya). Maka pihak abangan makin naik harganya dan semakin ‘binal’, sedang pihak kita semakin turun harganya”.
Maka, walaupun sudah sejak dahulu kita memperlihatkan kebaikan perhubungan kita dengan mereka, namun mereka tidak habis-habisnya bertindak yang melukakan hati kita (Kasus Makkah-Digoel, Soemandari Affaire dan Berlakunya adatrecht didalam urusan waris mendapat tunjangan penuh dari mereka dan lain-lain.) Malah baru dua minggu yang lalu majalah di Sumatera ramai membicarakan penghinaan Soerja Wirawan pada Islam.
Sebaliknya adalah tatkala umat Islam memperlihatkan giginya di dalam urusan rencana ordonansi perkawinan tercatat, baharulah Nasionalisten (abangan) mau berkenalan dengan kita!).
Kita selalu menggunakan kalimat Nasionalisten – abangan, supaya tidak mengenai semuanya Nasionalisten, sebab diantara mereka tidak sedikit jang tidak abangan dan tidak ‘binal.’
“Allah tidak melarang kamu terhadap orang kafir jang tidak memerangi kamu di dalam urusan agama, dan tidak mengusir kamu dari rumahmu, berbuat baik pada mereka dan berlaku adil atas mereka, bahwasanya Allah suka orang yang berlaku adil semuanya; hanyasanya Allah melarang kamu terhadap mereka yang memerangi kamu di dalam urusan agamamu dan mengusir kamu dari perumahanmu dan berterang-terangan hendak mengusir kamu, (kamu dilarang) menyatakan kasih cinta pada mereka; barang siapa menyintai mereka, maka mereka itulah zalim.” (Al- Quran surah Almumtahanah ayat 8)
“Dan djanganlah kamu merasa lemah didalam mengejar kaum (kafir); jikalau kamu terkena sakit karenanya, maka sesungguhnya mereka toch juga terkena sakit juga, sebagai kamu terkenanya (padahal ada perbedaan, yaitu: kamu mengharapkan dari Allah, barang yang mereka tidak (mempunyai) harapan dari pada-Nja”. (Al-Quran surah Annisa ayat 104).
Adapun ayat-ayat yang dibawa oleh yang terhormat K.H. Mas Manshoer (surat Thaha ayat 44 dan surat Taubat ayat 88) maka beliau tentu lebih faham maksudnya, sebab ayat itu tidak berkesudahan Nabi Musa a.s. menyesali kawan-kawannya, karena kawan-kawannya tidak menyukai sesuatu yang berbau Fir’aunis.
Akhirnya, jikalau pena kami terlalu tajam, hendaklah K.H. Mas Manshoer maafkan, sebab “in uridu illal ishlah mas tatha’tu). Wassalam!