RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Sebanyak 100 pasangan mengikrarkan janji suci dalam pernikahan massal bertajuk “Cinta dalam Ridha Ilahi” yang digelar Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama (Kemenag) di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (4/9/2025). Acara yang dihadiri langsung oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar ini menjadi bukti nyata kehadiran negara untuk memfasilitasi warga, terutama yang terkendala biaya dan administrasi.
“Negara datang untuk membantu warganya dalam melaksanakan pernikahan. Banyak sekali orang mau menikah, tapi terhambat dengan biaya. Ini gratis semuanya, tidak ada biaya,” ujar Menag. Seluruh kebutuhan pernikahan, termasuk mahar, penginapan satu malam di hotel, dan bantuan modal usaha sebesar Rp2 juta per keluarga, ditanggung pemerintah.
Dalam sambutannya, Menag Nasaruddin menegaskan pentingnya pernikahan sebagai peristiwa hukum, adat, dan syariah. Ia mengingatkan agar masyarakat tidak menunda pernikahan karena membawa banyak keberkahan. “Banyak janji Allah bagi orang yang menikah. Rezekinya akan ditambah, pikirannya lebih tenang, dan kehidupannya lebih terarah. Karena itu jangan menunda-nunda pernikahan, lakukan sebagaimana ditunjukkan syariat Islam,” ujar Nasaruddin.
Menag juga melihat nikah massal sebagai langkah strategis mengurangi beban biaya besar yang biasa dikeluarkan masyarakat. “Kalau dua juta orang menikah setiap tahun dengan biaya minimal 100 juta, itu berarti ada perputaran ekonomi hingga Rp200 triliun. Lebih baik dana sebesar itu bisa dialihkan untuk kebutuhan keluarga, usaha, dan pendidikan anak,” jelasnya.
Ia kembali menekankan pentingnya dokumen resmi pernikahan. “Tolong simpan baik-baik akta nikah itu. Kalau tidak punya akta nikah, akan sulit sekali mendapatkan akta kelahiran bagi anak, kartu keluarga, bahkan paspor. Padahal paspor dibutuhkan untuk melaksanakan ibadah haji,” tegasnya.
Direktur Jenderal Bimas Islam, Abu Rokhmad, menjelaskan bahwa kegiatan yang disebut Nikah Fest ini telah digelar di berbagai daerah dan akan diperluas ke negara dengan populasi warga Indonesia yang besar. “Kami ingin menunjukkan bahwa pernikahan itu mudah, jangan ragu melangkah. Negara hadir untuk melindungi dan memastikan sahnya pernikahan umat Islam,” kata Abu Rokhmad.
Di antara seratus pasangan, terselip kisah haru Bunyamin (63) dan Trihayati (58), pasangan tertua dalam acara tersebut. “Usia saya sudah 63. Yang saya butuhkan sekarang bukan kemewahan, tapi teman hidup, teman salat, teman bicara. Itu saja sudah cukup,” kata Bunyamin usai ijab kabul. Trihayati menambahkan, “Yang saya cari hanya kasih sayang dan kebersamaan sampai akhir hayat.”
Program nikah massal Kemenag dilaksanakan rutin setiap dua bulan sekali di Istiqlal dan daerah. Kegiatan serupa telah digelar di Taiwan untuk 87 pasangan dan akan diperluas ke Hong Kong, Malaysia, serta Arab Saudi. Menag menyebut fasilitas serupa juga dapat diakses pemeluk agama lain melalui direktorat jenderal masing-masing di Kemenag.
Ekalavya