RISALAH NU ONLINE, JOMBANG – Menteri Haji dan Umrah RI KH. Muhammad Irfan Yusuf (Gus Irfan) yang juga cucu dari Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), menyayangkan polemik internal yang tengah mengguncang Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Beliau menilai dinamika yang berujung pada pencopotan serta perombakan sejumlah jabatan struktural di tubuh PBNU, tidak mencerminkan tradisi dan keteladanan para kiai generasi terdahulu.
Menurutnya, sejak kecil ia menyaksikan langsung bagaimana para kiai pada masa lalu justru menghindari jabatan. Para ulama, kata dia, merasa belum pantas memimpin dan lebih memilih membantu dari belakang, bukan berebut posisi.
“Mereka (Para kiai dulu) saling berlomba-lomba menolak untuk ‘jangan saya, jenengan aja. Saya bantu-bantu aja jangan saya jenengan aja saya saya akan siap membantu. Saya juga saya belum layak’ Itu yang saya lihat sejak kecil saat mendampingi almarhum ayah,” ujar Gus Irfan dikutip dari YouTube TVOneNews, Senin, (01/12/25).
Gus Irfan menegaskan bahwa perebutan posisi dalam polemik PBNU saat ini berbanding terbalik dengan karakter para kiai pendiri NU. Karena itu, beliau mengingatkan bahwa jabatan seharusnya tidak diberikan kepada mereka yang terlalu menginginkannya.
“Jangan berikan jabatan kepada orang yang berminat sekali pada jabatan itu, apalagi kalau sampai menghalalkan segala cara,” tegasnya.
Hingga kini, polemik internal PBNU masih belum menemukan titik temu. Pihak Rais Aam K.H. Miftachul Akhyar, telah diputuskan pemberhentian KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dari posisi Ketua Umum PBNU.
Namun, Gus Yahya menolak keputusan tersebut dan menyatakan bahwa pemberhentiannya tidak sah. Beliau menegaskan dirinya masih merupakan ketua umum yang sah serta telah melakukan perombakan struktural di PBNU, termasuk merotasi beberapa posisi penting, salah satunya mengganti Saifullah Yusuf atau Gus Ipul dari jabatan Sekretaris Jenderal.
(Anisa).