Ketua PCNU Salatiga Peringatkan Tiga Tantangan Besar PMII

0

RISALAH NU ONLINE, SALATIGA – Ketua Tanfidziyah Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Salatiga, KH. Muslikh, menegaskan bahwa gerakan mahasiswa hari ini dan masa depan harus menghadapi tantangan terkait tiga hal pokok berikut, yakni disrupsi digital, landscape politik yang dinamis, serta bahaya apatisme dan egoisme internal.

Beliau menjelaskan bahwa era digital saat ini telah menghadirkan perubahan besar dalam cara masyarakat berpikir dan berinteraksi. Maraknya arus digitalisasi memang membuka ruang keterhubungan yang luas, namun di sisi lain juga menghadirkan tantangan serius berupa ketimpangan literasi dan kaburnya batas antara fakta dan fiksi.
“Antara fakta dan fiksi sekarang tampak hampir sama. Informasi datang bertubi-tubi, tapi tidak semuanya utuh dan benar. Jika tidak dicermati dengan kritis, ini bisa melahirkan bias pemahaman yang justru menghambat kemajuan berpikir,” ujar Kiai Muslikh dalam momentum pelantikan Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Salatiga, Sabtu (29/11/25).
Beliau menegaskan bahwa kader PMII harus hadir sebagai pelopor literasi digital yang kritis, beretika, dan berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah. “PMII tidak boleh hanya menjadi penikmat informasi, tapi harus menjadi produsen gagasan yang mencerahkan. Dunia digital harus dijadikan ruang dakwah intelektual, bukan sekadar arena keramaian,” tegasnya.
Lebih lanjut, beliau menyoroti landscape politik yang semakin kompleks dan dinamis yang menyesuaikan dengan wilayah masing-masing. Menurutnya, kader PMII perlu memandang politik sebagai ruang perjuangan nilai, bukan sekadar arena kekuasaan.
“Politik harus dihayati sebagai jalan memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan. PMII harus menjadi kekuatan moral dan intelektual yang menjaga keseimbangan,” ujarnya penuh penekanan.
Pesan ketiga yang disampaikan KH. Muslikh adalah pentingnya mewaspadai apatisme dan egoisme internal. Beliau menyebut dua hal tersebut sebagai ancaman serius yang sering kali melemahkan gerakan mahasiswa. “Apatisme membuat kader berhenti peduli, sementara egoisme membuat organisasi kehilangan arah. Jika semangat kebersamaan hilang, maka perjuangan menjadi hampa,” tuturnya. Beliau mengingatkan agar PMII terus menanamkan budaya gotong royong, semangat kolektif, dan keikhlasan dalam berproses sebagai dasar kekuatan organisasi.
Pelantikan PC PMII Kota Salatiga turut dihadiri oleh berbagai tokoh PMII lintas generasi. Hadir Aji Fadhil Hidayatullah, (Wasekjend Bidang Kesekretariatan dan Pengelolaan Aset) yang mewakili Pengurus Besar PMII, serta Hendrik, (Bendahara Bidang Ekonomi dan Perdagangan) yang mewakili Pengurus Koordinator Cabang PMII Jawa Tengah. Turut hadir pula Luqman Hakim, S.Ag. selaku (Ketua MABINCAB PMII Kota Salatiga), perwakilan dari Ikatan Alumni (IKA) PMII Kota Salatiga, serta sejumlah organisasi mahasiswa lain di wilayah Kota Salatiga.
Sementara itu, Ketua PC PMII Kota Salatiga, Muhammad Nabil Murod, dalam sambutannya menegaskan bahwa PMII Salatiga perlu meneguhkan diri sebagai gerakan intelektual Nahdliyin yang berpikir global namun tetap berpijak pada nilai-nilai lokal dan tradisi keislaman. “PMII tidak hanya harus hadir di ruang-ruang lokal, tetapi juga mampu memberi warna dalam diskursus nasional dan global,” ujarnya.
Lebih jauh, ia menuturkan bahwa semangat “gerakan intelektual Nahdliyin” harus dimaknai sebagai upaya terus-menerus dalam mengasah nalar kritis dan memperluas horizon berpikir kader. Menurutnya, PMII tidak cukup hanya aktif dalam kegiatan seremonial, tetapi perlu menghadirkan karya nyata yang berdampak pada masyarakat. “PMII harus melahirkan gagasan yang kontekstual dengan tantangan zaman, dari isu kebangsaan hingga transformasi digital. Kita harus membuktikan bahwa kader PMII mampu berdialog dengan perubahan, bukan sekadar mengikutinya,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor antara kader, alumni, dan masyarakat. “Gerakan PMII harus menjadi jembatan yang menghubungkan gagasan dan aksi. Di tengah derasnya arus globalisasi, kita harus menunjukkan bahwa nilai-nilai Aswaja tetap relevan untuk menjawab persoalan kemanusiaan modern,” tambah Nabil Murod. (Nis/Luthfiyadin R)
Leave A Reply

Your email address will not be published.