Kursi Kiai Ma’ruf Amin

0

OPINI:

Mungkin di luar dugaan kita semua jika kemudian Presiden Ir. H. Joko Widodo lebih memilih Prof. Dr. KH Ma’ruf Amin sebagai wakil presiden pada deklarasi Kamis, 9 Agustus lalu. Ia telah mengugurkan nama-nama lain yang selama ini telah digadang-gadang bakal terpilih sebagai pendamping.

Harus diakui, ada yang gembira dan ada pula yang sinis. Yang gembira adalah mereka yang optimis dengan tampilnya seorang kiai di puncak jabatan kenegaraan. Sementarayang sinis dan pesimis mengangap tak layak dan bertentangan tuntutan milenial. Bukankan kiai Ma’ruf seorang ulama panutan rangking satu yang seharusnya kedudukannya di atas wilayah kepresidenan. Jabatan wakil presiden akan mendudukkan posisi Kiai Ma’ruf di bawah Joko Widodo.

Ada juga yang menyebut bahwa usia Kiai Ma’ruf yang telah mencapai 75 tahun mungkin menjadi kendala sebagai wakil presiden. Tapi, usia 75 tahun itu masih bisa disebut junior old age atau lanjut usia pertengahan. Jika menengok Mahathir Mohamad yang mampu meraih kepemimpinan Malaysia di usia 90 tahunan, atau masih banyaknya pemimpin geronto di dunia, menjadikan usia Kiai Ma’ruf tak masalah. Apalagi secara kesehatan ia lolos.

Dan banyak hal sejak yang positif sampai yang paling nyinyir di media sosial mlai muncul bergemuruh, terutama bagi mereka yang sedikit banyak menganggap telah pernah dirugikan dengan pendapat dan fatwa Kiai Ma’ruf.

Sebaliknya, penunjukan itu bagi Kiai Ma’ruf dilihatnya sebagai sesuatu yang positif dan anugerah. Ia sebagai warga negara yang tak bisa menolak jika diminta oleh negara untuk mengabdi dan diperlukan. Bagi Kiai Ma’ruf hal ini merupakan tugas negara yang juga harus diemban oleh ulama. Jika selama ini kursi wakil presiden selalu dijabat militer, politisi dan teknokrat, maka apa salahnya jika jabatan itu juga kemudian dijabat seorang ulama.

Baca Juga :  Mengarifi Sejarah (Inspirator, Muassis dan Penyokong Berdirinya NU)

Pemilihan Kiai Ma’ruf memiliki bayak makna. Setidaknya,pertama, bisa bermakna kedekatan dengan NU yang tidak hanya simbolis seperti yang dikesankan selama ini. Kedua, Jokowi tidak ingin terulang munculnya isu-isu agama yang akan membuat runcing di bawah. Ketiga, Kiai Ma’ruf bukan sosok sembarangan. Ia ulama yang juga memiliki banyak kelebihan melalui jam terbang kiprahnya selama ini.

Sebab, siapa pun bisa melihat siapa sebenarnya Kiai Ma’ruf yang bukan hanya sebagai ketua umum MUI Pusat dan Rais Am Syuriah PBNU. Kualitas KH Ma’ruf Amin harus diakui layak menempati jabatan itu. Kiai Ma’ruf Amin sudah malang melintang di perpolitikan sejak tahun 1980-an.

 

SELENGKAPNYA…SILAHKAN BACA RISALAH EDISI 86. 

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.