Tulisan ini kami temukan pada majalah Berita LINO (Belino) no4 tahun ketiga 1 Rabiul Akhir 1373 H atau 8 Desember 1953 M. Belino diterbitkan oleh PB Partai NU yang dinakhodai Abdoelghafoer Nasiroen.
Lailatul Ijtimak bermana malam pertemuan yang digagas NU sejak berdiri sebagai kegiatan temu muka di kalangan anggota dan pengurus. Nam Lailatul Ijtima’ menjadi nama majalah karena sebelumnya hanya menjadi semacam brosur kegiatan.
Tulisan pada edisi ini menarik karena gaya bahasanya yang tak lazim di kalangan media tahun-tahun itu. Mirip gaya tulisan H. Mahbub Djunaedi yang belum tercantum sebagai wartawan di media itu. Unsur kocak dan guyon khas NU mulai tampak. Ada keluhan soal pelanggan yang nunggak dan lain sebagainya. Karena itu tulisan ini kami sajikan dari koleksi Komunitas Pegon Banyuwangi. (MH)
—
Bung Daktur Majallah Berita Lino ini minta kepada yang bertanda dibawah ini untuk turut beri jokol di Pojoknja Belino dengan diberi nama Mr. Kentes dan Godam, jabatan tukang nahi munkar saja tidak boleh amar makruf sebab amar makruf itu akan diserahan kepada lain orang.
Rupanya setelah perkataan amar makruf nahi munkar mendjadi kata bersayap di dalam kehidupan politik di negara kita ini, Bung Daktur timbul inspirasi supaya Mr. Kentes maju ke depan. Itu kawan Masyumi mau menjalankan amar makruf nahi Munkar di luar kabinet dan ichwanuna NU mau amar makrul nahi munkar dari dalam kabinet.
Ini suatu ide yang baik, sebab kalau Kabinet ini diamar makrufi dan dinahimunkari dari dalam dan luar, insya Allah kabinet jadi sehat sebab dari dalam diberi jamu urus-urus dan dari luar diberi obat gosok cap macan, penjakit masuk angin akan lekas lenjap!
Bung daktur bilang, di musim orang ramai beramar makruf nahi munkar ini, Mr. Kentes tidak boleh ketinggalan dan kalau Mr. Kentes tidak tahan mendjalankan tugasnja toh masih punya godam yang mengaku masih famili dekat dengan Bergedel, itu penjaga gawang yang nyelempit di Gema Muslimin (media NU juga, Red.) bukan? Apa iya?
TERLALU FULITIK
Pada waktu konferensi NU di Yogyakarta Pak Kiai Hadji Masjkur bilang, bahwa antara partai NU dan Masyumi sesungguhnja tidak ada pertentangan tetapi hanya punya siasat sendiri. Rupanja perkataan ini bikin itu Mr. Yusuf Wibisono (tokoh Masyumi, Red) gatal dia punya hati sehingga dia perlu bilang baru ini bahwa Masyumi sesungguhnya tidak mempunyai rasa apa terhadap NU. Sebab setelah begitu lama NU mengeram di Masjumi, NU jadi matang (apa tidak kematangan-ach keliru) mendjadi dewasa begitulah kira Mester (Yusuf Wibisono, Red.) kita bilang.
NU merasa dirinya sudah sanggup berdiri sendiri dan keluar dari Masyumi. Kenthes kuatir saja perkataan Mr. kita ini benar! Sebab, kalau Kenthes itu tidak lupa ingatan, NU itu lebih tua umurnja dari Masyumi. Kan iya begitu Pak Kiai Maskur?
MINTA PERHATIAN
Itu A. Nasirun pengemudi (pemimpin redaksi, Red.) Belino merangkap administrateur baru ini sesambat kepada Mr. Kentes bahwa perhatian dari langganan Belino tentang nafkah dan uang langganan cukup baik, tetapi masih ada sementara beberapa langganan yang belum pernah bayar malah ada yang sampai tiga tahun mulai Belino lahir tidak merasa mempunjai hubungan atau hutang apa kepada Lino. Bung tersebut minta agar Mr. Kentes mau ingatkan orang dan kawan yang sedemikian itu.
Wah permintaan ini agak berat dijalankan, sebab barangkali sampai sekarang ini Belino ini masih dianggap suatu instruksi dari PBNU saja dan biasanja kalau instruksi itu kan tidak bayar, bukan? Tetapi saya kira anggapan yang demikian itu tidak mungkin, sebab bentuk Majalah Belino ini saya kira tidak sama bentuknya dengan instruksi PBNU.
Kentes berdoa semoga saja kawan yang bersangkutan diberi oleh Tuhan hati yang ingat dan rachim kepada Belino sehingga Belino tidak usah disalati ghaib. Sebab kalau ini sudah disalati ghaib saya kuatir nanti anggaota NU yang wafat tidak bisa disalati ghaib bersama oleh kita sekalian, sabab yang mengurusi itu sudah dikubur dahulu?
Allahumma Salimna Wa Sallim Belino min dzalik!
Mr. Kentes.