Siang itu, Ahad (2/6) MCH Daker Makkah Al Mukarramah, berkunjung ke Sektor 1. Didampingi Ketua Kloter UPG 3 (Pare-pare, Barru dan Maros), M Hasyim Usman, dan penerjemah, Hafida Jufri, dari Tim Kesehatan, anggota MCH bisa berbincang lepas.
Duduk santai di atas kasur di hotel Al Hassan 113 bilangan Syisyah, seorang perempuan lansia mandiri sedang berkemas. Ibu Rennu Side Lauma namanya. Usia 98 tahun. Tampak bahagia. Wajah benderang. Rembulan di siang hari.
Persis namanya, Rennu yang antara lain berarti bahagia. Guru dan pengaji Al-Qur’an yang sangat aktif. Tidak butuh alat bantu, Ibu Rennu menjadikan kitab suci laksana kawan sejati. Bukan saja jadi teman selama puluhan tahun lebih usianya, tetapi juga selama di Makkah, ia tinggal di kawasan Hira.
Goa legendaris. Goa di mana Baginda Muhammad SAW pertama kali diajari mengaji oleh Jibril As. Anda dapat bayangkan, betapa benar ujaran, _”Mau tahu seseorang, kenalilah temannya.“_ Cari tahulah siapa yang menemaninya selama ini.
Dan teman sejati Nenek Rennu adalah Al-Qur’an. Dengan suara lembut, Nenek berkisah soal kegiatannya sehari-hari di kampung halaman. Janda beranak 8 ini, dikarunia keturunan yang nyaris semua sangat cinta Al-Qur’an.
Salah satu anaknya, seorang tuna netra, hafida–bukan Hafida si penerjemah, penghafal kelas nasional. Bolak balik Jakarta-Maros, untuk menerima piagam sebagai juara musbaqoh tilawatil qur’an (MTQ) bagi disabilitas. Rennu mengajar ngaji dari generasi ke generasi.
Dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya saat berbicara, nenek Rennu bercerita siapa “santri-santri” yang jadi alumni taman mengajinya di kampung. “Kapala desa dan orang tuanya juga anaknya adalah murid-murid saya,” ujar Rennu tergelak.
Nenek Rennu, saat MCH meminta izin memasuki kama3 407, lantai 4, samping kanan lift, sedang _”bebenah“._ Yang bikin hati tersentuh, Nenek Rennu _”tinggal dan tidur“_ sekasur dengan temannya; Al-Quran yang mulia. Saat kami tanya apakah masih bisa leluasa mengaji, Nenek Rennu tampak cekatan.
Dan ia mulai mengaji ketika teman-teman secara berkelakar memintanya mengaji. Bukan mengeja. Tidak terbata-bata. Persis _”Al Mahir“_. Siapakah al Mahir? Dialah seseorang yang lancar membaca mushaf tanpa salah dan, khusus Rennu, ia juga tanpa alat bantu.
Kalau Sang Nabi saat mengaji langsung diajar _”super starnya“_ para malaikat, yakni Jibril As., maka nenek Rennu juga senantiasa bersama para malaikat _”Safarah Kiramil Baroroh“._ Sangat bisa jadi perjalanan hidup Rennu adalah gambaran nyata dari sabda Baginda Rasul.
Siti Aisyah RA., isteri beliau yang ummul mukminin, melaporkan kepada kita dalam sebuah hadits tentang kelompok para pembelajar Al-Qur’an; _”barang siapa membaca Al-Qur’an dengan mahir (lancar) maka dia akan bersama Malaikat Kiramil Baroroh.”_
Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah r.a berkata: Rasulullah saw bersabda: “Orang yang membaca al-Qur’an dan ia mahir membacanya, akan bersama malaikat yang mulia nan baik-baik; sedangkan orang yang membaca al-Qur’an namun masih terbata-bata, maka ia akan memperoleh 2 (dua) pahala (HR. Bukhari Muslim).
Kalau nenek Rennu bisa melaksanakan ibadah haji di usianya yang sangat renta, jenis ibadah yang mengandalkan fisik, maka itu syafa’at dari Al-Qur’an karena dia istiqamah menjaganya. Akan banyak ditemukan keajaiban-keajaiban selama pelaksanaan ibadah haji.
Sepanjang tahun ada selalu muncul Rennu-rennu lain dari banyak sudut pandang. Satu hal yang pasti, banyak jalan menuju keselataman, terlebih dengan Al-Qur’an.
“_Yahdi Bihillaah Manit Taba’a Ridwanahu Subulassalam_–
Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan-jalan keselamatan.” (QS: Al Maidah:16) (*)
*Ishaq Zubaedi Raqib* — MCH Daker Makkah Al Mukarramah.