Muktamar II Pemikiran Hadrotussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Mustain Syafi’i : Perjuangan Hadrotussyaikh Itu Lintas Batas
RISALAH NU ONLINE, Jakarta – KH Ahmad Mustain Syafii menceritakan salah satu sifat Hadratussyaikh yang sangat mencerminkan nilai-nilai sufistik yang diadopsinya, salah satunya yaitu ketika Hadrotussyeikh menolak bintang yang dianugrahi oleh Belanda.
“Hadratussyaikh jelas terinspirasi oleh walisongo dan mengedepankan pemikiran yang tidak mementingkan nama besar,” katanya. Ia juga menambahkan bahwa ketawadhuan tersebutlah yang melahirkan ‘mutiara-mutiara’ pemikiran yang bersinar dengan sendirinya, sebagai berkah dari Allah,” ujarnya dalam acara Muktamar II Pemikiran Hadrotussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari di Masjid Raya KH. Hasyim Asy’ari Jakarta, Jumat (4/10/24).
Kegiatan tersebut mengangkat tema “Aktualisasi Pemikiran Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari untuk Indonesia Maju”. KH Samsul Maarif membuka seminar dengan menekankan pentingnya memahami pemikiran Hadrotussyaikh yang tetap relevan di tengah masyarakat.
“Sekalipun secara jasadnya kita mungkin sebagian besar tidak melihat seperti apa sosok Hadrotussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, tetapi secara pemikiran terus dikajai banyak orang,” ujar Kiai Samsul selaku moderator saat membuka seminar.
Lebih jauh, KH Ahmad Mustain Syafii menceritakan bahwa Hadrotussyaikh tidak melihat kelompok apapun dalam memperjuangkan kemajuan Indonesia di masa mudanya. Beliau bercerita Hadratussyaikh pernah diamanati oleh kelompok habaib untuk berkonsultasi dan berkontribusi.
“Hadratussyaikh itu saat masih muda diamanati oleh kelompok-kelompok habaib yang beliau kenal kemudian saling berkonsultasi. Hadratussyaikh bergerak di luar, sedangkan Habib Utsman bin Yahya bergerak di dalam,” tuturnya.
“Perjuangan Hadrotussyaikh itu lintas batas, asalkan memiliki gerakan yang baik,” lanjutnya.
Ia juga mengingatkan momen bersejarah ketika Sukarno, pada suatu waktu, terhasut untuk mengusir Ba’alawi, tetapi dicegah oleh Hadrotussyaikh karena negeri ini sangat membutuhkan ilmu mereka.
Dalam konteks ini, KH Ahmad Mustain Syafii menegaskan, “Mohon maaf saya hanya melihat kebaikan orang saja. Aku moh melihat eleknya wong. Seperti Hadratussyaikh yang pandai menghargai jasa orang. Ojo dibubarno, Indonesia ini masih banyak butuh kepada ilmu mereka,” tegasnya.
Muktamar ini menjadi kesempatan bagi para peserta untuk mendalami dan mengaktualisasikan pemikiran Hadrotussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, yang memiliki pengaruh besar dalam membangun fondasi intelektual dan spiritual bagi Indonesia. Acara ini akan berlangsung hingga 5 Oktober 2024, diisi dengan berbagai diskusi dan kajian yang mendalam tentang pemikiran dan kontribusi beliau bagi bangsa.