LP Ma’arif NU Gelar Pelatihan untuk Guru Madrasah, Sinergikan Kearifan Lokal dengan Kurikulum Berbasis Cinta

0

RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU menyelenggarakan pelatihan dan Capacity Building bagi para guru madrasah serta Mitra Pendidikan Indonesia (MPI). Acara yang berlangsung di Hotel The Dharmawangsa, Jakarta, pada Selasa (2/12/2025) ini merupakan hasil kolaborasi dengan UNICEF sebagai agen hibah Global Partnership for Education.

Pelatihan bertajuk “Penguatan Pengelolaan Madrasah: Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC)” ini bertujuan memberikan pengalaman langsung tentang nilai-nilai cinta kepada para pendidik. Ketua Umum LP Ma’arif NU, Muhammad Ali Ramdhani, menekankan bahwa ilmu yang bersifat immateri seperti cinta harus dialami secara nyata. “Ilmu yang mengurus hal yang bersifat intangible seperti cinta, itu harus dialami (oleh pendidik dan anak didik),” ujar Dhani.

Lebih lanjut, Dhani menjelaskan bahwa keberhasilan kurikulum ini tidak diukur semata dari angka di atas kertas, tetapi tercermin dalam perilaku siswa dalam berpikir, menghayati, dan mengamalkan ajaran, khususnya dalam menumbuhkan cinta kepada diri sendiri yang selaras dengan cinta kepada Allah, Rasul, dan lingkungan. “Menghadirkan sebuah model-model pendidikan yang mengetengahkan rasa cinta akan mampu menghapus dosa pendidikan,” tegasnya.

Dhani mengutip pernyataan mantan Menteri Pendidikan di era Presiden Jokowi, yang menyebut perundungan (bullying), kekerasan seksual, dan intoleransi sebagai tiga dosa besar pendidikan. Menurutnya, ketiga masalah itu dapat diatasi melalui pemaknaan cinta yang benar, yang dimulai dari mencintai diri sendiri sebagai salah satu pilar utama dalam KBC. Ia menambahkan bahwa setiap manusia tercipta dengan membawa nilai cinta sejati. Ketika nilai ini diperdalam dengan nilai agama, seseorang akan mencapai keselarasan antara hati, akal, dan perbuatan.

Dalam kesempatan yang sama, perwakilan Mitra Pendidik Indonesia, Irfan Nabhani, menyoroti pentingnya menyelaraskan kurikulum dengan kearifan lokal dan nilai luhur budaya pesantren. Ia berharap Kurikulum Berbasis Cinta dapat menjadi model pendidikan yang membentuk karakter pelajar rahmatan lil ‘alamin.

“Banyak hal atau praktik baik yang dilakukan pesantren itu sangat sarat proses sinkronisasi dan alignment dengan kearifan lokal dan bersifat tashih,” jelas Irfan.

Ia menambahkan, “Sehingga nanti bisa menjadi sesuatu yang direplikasi dan diadopsi dalam penerapan Kurikulum Cinta disesuaikan dengan kearifan lokal yang ada.”

Acara ini dihadiri oleh sekitar 70 pendidik dari berbagai latar belakang, termasuk madrasah, pesantren, sekolah, dan lembaga pendidikan lainnya.

Ekalavya

Leave A Reply

Your email address will not be published.