RISALAH NU ONLINE, JAKARTA — Menteri Agama RI Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA., menegaskan bahwa penguatan filantropi umat lintas agama dapat menjadi solusi strategis dalam mengatasi kemiskinan tanpa harus bergantung pada dana pajak negara. Hal itu disampaikan dalam forum kerja sama antara Kementerian Agama dan BAZNAS RI.
Menag menyebut potensi dana filantropi umat—meliputi zakat, infak, sedekah, wakaf, hibah, dan lebih dari 30 instrumen lainnya—dapat mencapai sekitar Rp1.200 triliun per tahun jika dikelola secara sistematis. Jumlah tersebut dinilai cukup untuk menangani persoalan sosial di internal umat masing-masing, tanpa mengambil porsi dana pajak yang seharusnya difokuskan pada pembangunan fisik nasional.
“Kalau pundi-pundi umat diberdayakan, kemiskinan mutlak tidak perlu menghabiskan dana pajak. Umat bisa menyelesaikan sendiri melalui filantropi yang sudah diamanatkan agama,” ujarnya saat membuka The 9th International Conference on Zakat (ICONZ) yang diselenggarakan BAZNAS RI bersama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Auditorium Harun Nasution UIN, Rabu (10/12/2025).
Menag menambahkan bahwa dana pajak tetap dapat difokuskan untuk pembangunan infrastruktur dan beasiswa, sementara tanggung jawab sosial umat ditopang oleh penguatan filantropi internal. Ia juga berharap forum ICONZ menghasilkan rekomendasi kebijakan yang konkret dan aplikatif. “Kita memerlukan peta jalan yang praktis, yang dapat memandu para pembuat kebijakan maupun para pelaksana untuk memaksimalkan dampak nyata bagi masyarakat,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua BAZNAS RI Prof. Dr. KH Noor Achmad, MA. menyampaikan bahwa ICONZ ke-9 memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat pengembangan zakat global. BAZNAS, katanya, berkomitmen menghadirkan zakat sebagai kekuatan perubahan sosial dan kemanusiaan, baik di tingkat nasional maupun internasional.
“Semua agenda dan inovasi yang kami lakukan bermuara pada misi besar: memberikan perlindungan dan mengangkat kesejahteraan fakir miskin. Melalui ICONZ, kami memperkuat jejaring global agar zakat menjadi instrumen kemanusiaan yang mampu menjawab tantangan dunia,” ujarnya.
(Anisa)