RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Polemik nasab Ba’alawi yang merujuk pada klaim keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur keturunan Ba’alawi, adalah topik yang kontroversial dan terus diperdebatkan di Indonesia. Beberapa pihak meragukan keaslian nasab Ba’alawi, dengan argumen yang didasarkan pada kajian sejarah, ilmiah, dan bukti tes DNA. Di sisi lain, para Ba’alawi mempertahankan klaim mereka dengan mengutip tradisi dan sejarah yang mereka klaim telah terwariskan secara turun-temurun.
Tokoh muda NU Mohammad Dawam meminta perdebatan masalah Nasab Ba’alawi agar dihentikan dan tidak dijadikan polemik berkelanjutan. ”Mari kita akhiri polemik nasab, apakah keturunan Nabi atau bukan,” ujarnya kepada pers di Jakarta usai diskusi di Jakarta, Senin (14/04).
Dikatakannya, bahwa polemik nasab menjadi keprihatinan dikalangan umat muslim. Karenanya, Gus Dawam sapaan akrabnya meminta kepada kaum Ba’alawi tidak lagi ngaku-ngaku keturunan Nabi dengan mengkapitalisasi material dan posisioning sosial terhadap ummat dengan modus apapun termasuk ndawir.
”Begitu juga kalangan Gus Imad CS berhentilah mendiskusikan perihal nasab kesana kemari agar tidak terus menerus menjadi polemik yang berpotensi saling debat diantara ummat Islam,” tegas Gus Dawam.
Gus Dawam meminta tidak ada kelompok manapun yang memperkeruh suasana kebatinan ummat Islam di Indonesia dengan memperhadap-hadapkan antara habaib dan pribumi Nusantara. ”Sebab masalah nasab bukanlah wilayah manusia, Ia adalah taqdir Allah yang harus disyukuri bukan untuk umuk-umukan,” ungkap eks anggota Kompolnas RI ini.
Ia berharap, ummat agar fokus pada urusannya masing-masing tidak perlu tergerus konsentrasinya hanya masalah babakan Nasab, sebab menyoal nasab dengan membanggakan nasab satu dan mendegradasi nasab lainnya sama halnya bentuk rasisme berkedok ilmiyah keagamaan.
”Bagi Muhibbin, hendaklah konsentrasi ke masalah-masalah keumatan, keagamaan dan kebangsaan yang lebih martabat dan manfaat silahkan dengan tetap menghormati junjungannya tanpa menjelek-jelekkan kelompok yang kontra dengannya sembari lebih berfikir dan beraktifitas yang lebih rasional,” ujarnya.
Sementara bagi kelompok mayoritas keagamaan (NU, Muhammadiyah, MUI, dll), hendaklah terus membimbing ummat Islam dengan terus memberdayakannya, sembari terus berdoa, berikhtiar dan bertawakkal kepada Allah serta terus membangun silaturrahim kepada Kelompok-Kelompok yang saling serang dalam perdebatan yang tidak kunjung selesai hingga kini, diafdhalkan dengan memanggil tokoh dan pihak terkait agar masalah perdebatan nasab bisa segera diselesaikan dg sedamai mungkin tanpa ada dendam dan permasalahan hukum di kemudian hari oleh pihak-pihak yang terlibat didalamnya.
”Kepada Pemerintah dengan semua perangkatnya diharapkan melakukan langkah-langkah mitigasi agar isu pernasaban ini tidak berkembang liar yang berlarut-larut dan berpotensi mengadu domba ummat apalagi jika ditunggangi oleh kepentingan lain yang dapat memecah belah ummat,” ujarnya.
Sedangkan kepada aparat penegak hukum (Polri, Kejaksaan, dan Pengadilan) dibantu dengan BIN dan Instrumen lainnya agar terus menjalin sinergi dan koordinasi yang intensif di semua wilayah Indonesia, guna memastikan kondusifitas alam Indonesia akibat dampak dari permasalahan nasab yang berlarut-larut.
”Kedepankan pre-emtif dan preventif sebesar-besarnya sebelum melakukan penegakan hukum terhadap kelompok manapun yang terindikasi memecah belah persatuan kebangsaan kita,” ungkapnya.
Kepada pemuka keagamaan dari masing-masing pihak agar terus meminta pertolongan, perlindungan dan Maunah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar kiranya Indonesia dan Penduduknya terus mendapat keberkahan Ilmu, amal dan Persaudaraan kebangsaan untuk saling mendukung diantara semua pihak. ”Doa dan minta pertolongan kepada Allah adalah jalan terbaik bagi dan untuk kita semuanya. Untuk Indonesia yang Damai dan “Polemik Pandemi Nasab” segera selesai,” pungkasnya. (md).