Salat Asar di Mekah

0

Pada awal abad 19, lahir hampir bersamaan tiga ulama di Pulau Jawa. Satu di Barat Syekh Nawawi Banten yang lahir tahun 1812. Di Tengah Jawa ada Kiai Soleh Darat Semarang yang lahir tahun 1820. Sememntarta di Timur Jawa ada Syekhona Kholil Bangkaan yang juga lahir 1820. Ketiganya berhimpun di Mekah pada tahun sekitar 1850-an.

Tahun-tahun itu ilmu pengetahuan sedang mengalami perkembangan yang pesat setelah ditemukan mesin cetak di Jerman tahun 1450 sehingga banyak mushaf dan kitab-kitab dicetak di Mekah, Mesir, Baghdad dan Istambul (Turki). Jika sebelumnya santri harus menyalin semua isi kitab yang diajarkan  sang guru, kini tidak lagi. Penerbit  dan toko kitab mulai banyak bermunculan terutama di empat kota itu. Dari Jemaah haji yang kembali ke tanah air kemudian kitab-kitab itu juga mulai menyebar dan membanjiri Indonesia. Banyak penerbit dan toko kitab bermunculan di Jakarta, Cirebon, Surabaya, dan Semarang.

Ulama-ulama besar Indonesia termasuk Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy’ari berguru kepada tiga ulama itu. Baik di Indonesia maupun di Mekah. Hanya bagi mereka yang belajar di Mekah bisa bertemu Syekh Nawawi yang menghabiskan waktunya untuk mengarang dan mengajar di Tanah Suci. Sementara Syekhona Kholil dan Kiai Saleh kembali ke tanah air membangun pesantren yang kini murid-muridnya menyebar membangun pesantren besar di Nusantara dengan ribuan santri.

Dari tiga tokoh itu yang paling lama hidupnya adalah Syekhona Kholil hingga berusia 105 tahun. Ia wafat tahun 1925, setahun sebelum NU berdiri. Salah satu murid kesayangannya adalah KH As’ad Syamsul Arifin yang tercatat sebagai pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyyah Asembagus, Situbondo, Jawa Timur.  Kiai As’ad dua kali mendapat tugas mengantar pesan NU dari Syekhona kepada Kiai Hasyim Asy’ari.

Suatru saat Kiai As’ad diajak berjalan-jalan oleh Syekhona Kholil yangmengikuti di belakangnya hingga mencapai pantai. Makam Syekhona Kholil di Martajasah itu dekat dengan pantai yang menghadap ke arah barat, kota Gresik. Syekhona berbincang macam-macam terkait kesantrian. Kiai As’ad kaget karena tak terasa waktu Asar hampir habis dan matahari mulai sedikit memerah di ufuk barat.

“Guru,” kata Kiai As’ad memberanikan diri.

“Iya.”

“Waktu Asar hampir habis guru, akankah kita slat di sini atau kembali ke pesantren menunaikannya,” kata Kiai As’ad. Tentu kalau kembali ke pesantren waktu Asar akan habis.

“Subhanallah, kita terlalu terlena berbincang sampai terlupa.”

BACA JUGA

“Bagaimana guru?” tanya Kiai As’ad.

“Gampang, carilah perau kecil.”

Kiai As’ad tak berani bertanya, untuk apa perahu kecil. Apakah akan salat di atas perahu kecil itu atau bagaimana. Syekhona terkenal selalu unik dalam memecahkan persoalan.

Akhirnya Kiai As’ad mendapatkan perahu kecil dengan cfara meminjam kepada nelayan.  Lantai Syekhona mengajak Kiai As’ad naik ke atas perahu. As’ad manut dan nurut apa yang didawuhkan dan diperintahkan sang guru.

“Sekarang kita memburu salat Asar berjemaah. Agar kita tidak ketinggalan salat Asar maka kita menuju arah barat,” kata Syekhona.

As’ad terdiam dan nurut saja meski penuh tandatanya. Dalam waktu singkat perahu itu terbang sangat cepat yang Kiai As’ad tak mampu mengambarkannya, dan tiba-tiba sampai di kota Mekah dan salat Asar belum ditunaikan di Masjidil Haram.

Beda waktu antara Bangkalan dan Mekah empat jam. Jika pesawat tercepat saja menjalaninya sekitar 10 jam, tapi Syekhona Kholil melampauinya dalam waktu sekitar satu jam saja. Kiai As’ad yang lahir di Mekah itu tercengang melihat keramat sang guru. Ia bersyukur bisa salat Asar dan magrib di Masjidil Haram.

Tak ada kata-kata dari sang guru. Begitu juga Kiai As’ad tak berani berkomentar apalagi bertanya. Ia hanya diam sambil bersyukur bisa menyaksikan dan merasakan karamah sang guru.

Setalah salat Syekhona menarik Kiai As’ad kembali ke perahunya dan kembali lagi ke Bangkalan dengan perahu yang dilabuhkan di padang pasir pingiran kota Mekah.

Kiai As’ad tak mampu berkata apa-apa menyaksikan kemuliaan gurunya. Ia sangat bangga menjadi muridnya. (MH)

Leave A Reply

Your email address will not be published.