Saat singgah di Kota Santri, Jombang beberapa waktu lalu, redaksi menyempatkan ziarah ke makam KH. Muhammad Romly Tamim. Ziarah kali ini terasa istimewa, karena redaksi dapat beristighatsah di hadapan makam sang penyusun Al-Istighatsah bi Hadlrati Rabbi al-Bariyah. Redaksi majalah Risalah NU telah mengamalkan istighatasah tersebut sekali dalam sebulan.
KH. Muhammad Romly Tamim atau Kyai Romly adalah ulama besar yang lahir pada tahun 1888 di Bangkalan, Madura. Beliau dikenal sebagai pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang. Beliau juga merupakan mursyid Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah.
Kyai Romly dikenal sebagai sosok yang sangat dihormati dan disegani, baik karena keilmuannya, keistiqamahnya, dan juga karena jasanya dalam mendirikan dan mengembangkan Pondok Pe-santren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang.
Beliau dikabarkan dekat dengan Syaikhona Kholil Bangkalan dan Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari. Sempat menjadi guru di Pesantren Tebuireng dan menikah dengan putri Syaikh Hasyim Asy’ari, Nyai Izzah.
Diantara murid-muridnya ialah KH. Muhammad Abbas (Buntet Cirebon), KH. Muhammad Utsman Ishaq (Sawahpuluh Surabaya), KH. Shonhaji (Kebumen), KH. Imron Hamzah (Sidoarjo).
Kyai Romly juga produktif menulis kitab. Diantara karangannya ialah: al-Istighotsah bi Hadrati Rabbil-Bariyyah, Tsamratul Fikriyah, Risalatul Waqi’ah, Risalatush Shalawat an-Nariyah.
Tentang Al-Istighatsah bi Hadrati Rabb al-Bariyyah
Istighatsah (إستغاثة) berarti mohon pertolongan. Secara terminologis, istigotsah berarti beberapa bacaan wirid (awrad) tertentu yang dilakukan untuk mohon pertolongan kepada Allah Swt atas beberapa masalah hidup yang dihadapi.
Wirid istighatsah Al-Istighatsah bi Hadrati Rabb al-Bariyyah disusun oleh Kyai Romli pada tahun 1951, kemudian pada tahun 1961 diterjemah ke dalam bahasa Jawa oleh putranya KH. Musta’in Romli.
Istighatsah yang disusun oleh Kyai Romly tersebut mulai banyak dikenal oleh masyarakat, khu-susnya kaum nahdliyyin pada tahun 1990-an. Di Jawa Timur, ulama yang ikut mempopulerkan istighatsah adalah KH. Imron Hamzah, Rais Syuriyah PWNU Jatim waktu itu. Namun di kalangan murid thariqah, khususnya Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, istighatsah ini sudah lama dikenal dan diamalkan.
Biografi singkat
KH. Muhammad Romly Tamim lahir di Bangkalan Madura pada tahun 1888 H. Beliau adalah pu-tra dari Kyai Tamim Irsyad yang hijrah ke Jombang saat Kyai Romli masih kecil. Kyai Romli bela-jar ilmu-ilmu agama dan al-Quran kepada ayahnya sendiri, juga kepada kakak iparnya yaitu KH. Kholil, pembawa Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah di Rejoso, Jombang.
Selanjutnya Kyai Romli belajar ke KH. Kholil di Bangkalan. Ketika dirasa cukup, beliau mendapat tugas untuk membantu KH. Hasyim Asy’ari mengajarkan ilmu agama di Pesantren Tebuireng, hingga beliau diambil menantu oleh Kyai Hasyim, dinikahkan dengan Izzah binti Hasyim pada tahun 1923 M. Namun pernikahan ini tidak berlangsung lama. Kemudian Kyai Rom-li menikah dengan Maisaroh dan dikaruniai anak Ishomuddin dan Musta’in.
Musta’in Romly dikemudian hari menjadi pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, mendirikan sekolah umum di dalam pesantren disamping madrasah diniyah yang sudah ada. Sekolah-sekolah umum itu di antaranya SMP, SMA, PGA, SPG, SMEA, juga memasukkan sekolah negeri di dalam pesantren yaitu MTs Negeri dan MA Negeri. Sekolah-sekolah tersebut masih berjalan hingga sekarang.
Di samping menjadi Ketua Umum Jam’iyyah Ahli Thariqoh Mu’tabaroh dan Mursyid Thariqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah pada saat itu, Dr. KH. Musta’in Romly yang kemudian menjadi menantu KH. Abdul Wahab Chasbullah Tambakberas ini juga merupakan satu-satunya Kyai per-tama di Indonesia yang mendirikan sebuah Universitas Islam yang cukup ternama pada saat itu (ta-hun 1965), yaitu Universitas Darul’Ulum Jombang.
Beberapa waktu setelah Nyai Maisaroh wafat, Kyai Romly menikah lagi dengan Khodijah. Dari pernikahan ini lahir putra-putra beliau yaitu: Ahmad Rifa’iy Romli (wafat tahun 1994), beliau ada-lah menantu Kyai Mahrus Ali Lirboyo, Ahmad Shonhaji Romli (wafat tahun 1992), beliau adalah menantu Kyai Ahmad Zaini Sampang, Muhammad Damanhuri Romly (wafat tahun 2001), beliau adalah menantu Kyai Zainul Hasan Genggong, Ahmad Dimyati Romly (menantu Kyai Marzuki Langitan), dan Ahmad Tamim Romly (menantu Kyai Shohib Bisri Denanyar).
KH. Romly Tamim wafat pada tahun 1958 dan dimakamkan di makam keluarga di Rejoso, Peterongan, Jombang.
Beliau wafat di Rejoso Peterongan Jombang pada tanggal 16 Ramadlan 1377 H atau tanggal 6 April 1958 M. Meninggalkan warisan berupa Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang dan juga karya-karya tulisnya yang terus menjadi inspirasi bagi umat Islam hingga saat ini. Lahu al-Fatihah…(Zahid Lukman).