Melepas Belenggu Stigma Negatif Pesantren dengan Gerakan Nasional Ayo Mondok

0

Gelombang aspirasi seruan optimisme dari para Kiai, Bu Nyai dan pengasuh pesantren se-Indonesia pada acara Raker Gernas Ayo Mondok Tahun 2025 pada Hari Rabu, 17 September 2025 yang bertempat di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Jakarta Barat telah membangkitkan kembali kekuatan gerakan kultural khas tradisi pesantren di tengah-tengah gempuran arus stigma negatif yang menyoroti dunia pesantren. 

Spirit nasionalisme tercurahkan saat Ketua Umum Gerakan Nasional Ayo Mondok yaitu KH Luqman Harist Dimyati memberikan sambutannya,

“Gerakan Nasional Ayo Mondok ini juga sebagai Gerakan Nasional Ayo Mondok Merah-Putih Ahlussunnah Wal Jama’ah,”

Dengan begitu inilah bukti pesantren itu punya nyali untuk melakukan penguatan peran pesantren melalui Gerakan Nasional (Gernas) Ayo Mondok.

Hal-hal yang berkaitan dengan memberdayakan santri dalam segala bidang; bidang ekonomi hingga digital pemerintah wajib mendorong penguatan tersebut demi mengembangkan dan membentuk jati diri santri sebagai pusatnya produksi insan kamil yang kreatif, inovatif dan inklusif dimana pesantren sebagai “pabrik”-nya seperti yang diibaratkan Kiai Ma’ruf Amin, (Wakil Presiden Republik Indonesia Ke-13) yang turut menyoroti dinamika dunia pesantren di acara Raker Gernas Ayo Mondok, Tahun 2025 dengan mengusung tema: Ayo Mondok untuk Indonesia Maju: Menyiapkan Generasi Emas 2045.

Sebagai alumni santri tentu seruan positif dari Gerakan Nasional Ayo Mondok dari para pemangku kebijakan dalam hal ini pemerintah, serta pengasuh pesantren yang bersama-sama bersinergi menghimpun daya kekuatan demi kebangkitan peran pesantren yang sejak dulu memang memiliki kontribusi besar terhadap negeri ini.

Dalam hemat penulis, Pesantren bukanlah sekedar jargon sebagai menara peradaban dan institusi pendidikan berbasiskan keislaman melainkan pesantren adalah rumah bersama bagi para santri yang sedang dalam mengkonstruksi identitasnya. Dunia menghadapi berbagai tantangan zaman dan pesantren sebagai jawaban.

Stigma negatif yang menyerang dunia pesantren dengan ragam muatan isu yang kompleks; Tindak Kekerasan Seksual, Kekerasan Fisik, Bullying dan isu lainnya dapatlah dihilangkan dengan upaya-upaya konkret penanggulangan, pencegahan terhadap isu-isu tersebut bahwa pesantren adalah tempat yang aman dan nyaman bagi para santri.

Sudah saatnya pesantren menumbuhkan kembali rasa percaya dirinya, “Pesantren harus PD,” pesantren adalah tulang punggung peradaban bangsa, yang mana denyut nadinya berdegup dan memberikan nafas panjang untuk penyeimbangan antara pelestarian tradisi nilai-nilai agama dan akhlakul karimah dengan adaptasi terhadap modernisasi.

Dari apa yang telah dicermati penulis juga berdasarkan pemaparan yang disampaikan oleh para kiai di acara Raker Gernas Ayo Mondok di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Jakarta Barat pada Rabu, (17/9) dapat dikatakan benang merahnya adalah modernisasi sebagai kunci.

Kalau orang-orang Pesantren diam, apa yang akan terjadi dengan masa depan kita (santri)?.

Kamis, 18 September 2025.

Oleh: Abdul Majid Ramdhani (Alumni Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Depok, Jawa Barat, kini aktif sebagai penggerak GUSDURian Ciputat dan sebagai pegiat media sosial Arus Informasi Santri (AIS) Nusantara).

Leave A Reply

Your email address will not be published.