Dr. KH. Zakky Mubarak, MA
۞وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيْئًا وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا وَبِذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡجَارِ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡجَارِ ٱلۡجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلۡجَنۢبِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخۡتَالٗا فَخُورًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (QS. Al-Nisa, 04:36).
Pada ayat ini diarahkan agar semua umat manusia menjalin hubungan vertical, yaitu hubungan terhadap Allah s.w.t. dan hubungan horizontal yang mengatur hubungan manusia dengan sesamnya dalam hubungan sosial, ekonomi, politik, pertahanan, peradaban dan kebudayaan. Menjalin hubungan vertical adalah bahwa setiap diri manusia diarahkan agar hanya menyembah kepada Allah saja, dan tidak menyekutukukan-Nya dengan sesuatu apapun. Setiap orang muslim harus menjaga kemurnian tauhid, yaitu megesakan Allah s.w.t.. Karena itu setiap orang muslim hanya beribadah kepada Allah dengan tunduk dan patuh, serta mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangann-Nya, dan beramal shaleh, atau aktifitas yang terpuji yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat secara umum.
Hubungan horizontal atau hubungan sesama makhluk adalah menyangkut hubungan yang berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan, termasuk di dalamnya merajut hubungan sosial, hubungan silaturrahim, berbuat baik bagi sesama, dan berusaha mendatangkan maslahat dalam kehidupan sehari-hari. Menjalin hubungan dalam kehidupan politik juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia, karena hal itu merupakan naluri yang suci yang diarahkan agar berpolitik sesuai dengan tuntunan agama. Hubungan horizontal juga menyangkut kehidupan ekonomi yang berkaitan dengan bisnis, perdagangan, perniagaan, perusahaan, dan usaha jasa yang biasanya terus berkembang dan semakin meluas. Hubungan ekonomi terhadap sesama manusia diharapkan agar saling menguntungkan antara yang satu dengan yang lainnya, serta menghindari sikap yang curang yang merugikan sesama.
Pertahanan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia, karena dengan pertahanan tersebut, akan menimbulkan keamanan dan rasa aman di dalam kehidupan masyarakat. Dalam suasana yang aman dan tentram, maka semua umat manusia akan bekerja dengan baik, sehingga bisa melahirkan karya-karya besar yang spektakuler yang memberikan manfaat bagi umat manusia dan makhluk lain. Bila keamanan dan ketentramanan terwujud di tengah-tengah masyarakat, maka akan melahirkan peradaban dan kebudayaan yang unggul, sehinga bisa membentuk masyarkat dan bangsa yang berkualitas, yang dikagumi oleh bangsa-bangsa lain. Masih berkaitan dengan menjalin dengan saesama manusia dalam kebudayaan dan peradaban, diarahkan juga agar manusia muslim dapat menjalin hubungan yang baik dengan makhluk-makhluk lainnya seperti alam hewani (fauna), alam nabati (flora), dan alam jamadi atau benda-benda mati yang terdiri dari tiga macam, yaitu benda padat, benda cair, dan gas.
Umat manusia diarakan agar mengelola alam semesta dengan segala isinya untuk kesejahteraan umat manusia dan kesejahteraan makhluk lain, termasuk menjaga kelestarian alam semesta. Manusia yang diserahi sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi, diperintahkan agar menjaga kelestarian benda-benda mati, kelestarian alam nabati atau tumbuh-tumbuhan dan kelestarian alam hewani atau fauna. Dengan demikian, maka wujud umat Islam akan menjadi rahmat bagi alam semesta sebagaiman misi yang diemban oleh Nabi s.a.w. dan para sahabatnya, sebagai rahmatan lil alamin. Berbuat baik terhadap sesama umat manusia dirinci dalam ayat ini terdiri dari (1) berbakti kepada orangtua. Ayah dan ibu kitalah yang memelihara dan mendidik kita sehingga menjadi manusia yang sempurna. Ayah dan ibu terus berusaha dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati agar anak-anaknya lebih mulia dan lebih bahagia dari dirinya sendiri. Anak yang sukses adalah mereka yang terus berbakti kepada kedua orangtuanya baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.
Selanjutnya (2) berbuat baik kepada kaum kerabat, baik kerabata dari pihak ibu kita maupun dari pihak ayah kita, atau kaum kerabat dari pihak mertua, baik mertua laki-laki, mapun mertua perempuan. Kaum kerabat merupakan kelompok manusia yang sangat penting dalam kehidupan kita, karena mereka saling tolong menolong dalam membesarkan dan mendidik kita, sehingga menjadi manusia yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat secara umum. Berbuat baik yang ke (3) adalah kepada anak-anak yatim, termasuk di dalamnya adalah yang piatu atau sekaligus yang menyandang dua-duanya, yaitu yatim dan piatu. Anak-anak yatim dan piatu adalah anak-anak yang sangat menderita dan menghadapi berbagai kesulitan karena telah ditinggalkan oleh orangtuanya. Setiap orang muslim diarahkan agar menyantuni mereka dan mendidik mereka sebagaimana mendidik anak-anaknya sendiri. Dengan cara seperti ini, maka anak-anak yatim dan piatu akan menjadi manusia yang berguna, baik bagi lingkungannya, maupun masyarakat dan bangsanya.
Berbuat baik yang ke (4) adalah kepada kaum fakir dan miskin, yaitu mereka yang mengalami nasib yang kurang beruntung sehingga kesulitan dalam kehidupan ekonomi, dalam meniti pendidikan, dan kehidupan lainnya. Manusia muslim diarahkah agar menyantuni mereka, sehingga mereka bisa bangkit dari keterpurukannya dan bisa hidup layak sebagaiman manusia lainnya. Berbuat baik yang ke (5) adalah berbuat baik kepada tetangga, baik tetangga dekat maupun tetangga yang jauh. Para tetangga adalah orang-orang yang hidup dan bergaul bersama kita, mereka merasakan kebahagiaan di saat kita bahagia, dan merasa sedih apabila kita terkena musibah. Apabila kita menjumpai kesulitan, maka tetanggalah yang paling awal menolong kita. Mengenai hal ini Rasululalh s.a.w. bersabda:
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ (رواه البخاري)
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya”. (HR. Bukhari, 5672).
Perintah berbuat baik selanjutnya (6) adalah terhadap teman sejawat, seperti teman sekolah atau kuliah, teman bermain di masa anak-anak, teman dalam satu kantor, teman dalam berbisnis, dalam bermasyarakat dan sebagainya. Teman sejawat merupakan orang yang sangat dekat dengan kita dan pernah hidup bersama kita selama bertahun-tahun dalam segala suka dan duka. Pada mereka kita harus berbuat baik dan mereka pun tentu berbuat baik kepada kita. Perbuatan baik yang ke (7) adalah berbuat baik kepada Ibnu Sabil atau anak jalanan, yaitu mereka yang dalam kesulitan untuk menempuh perjalanan, sedangkan ongkos dan biayanya telah habis. Betapa sedih dan menderitanya mereka ingin kembali kepada keluarganya, ia tidak memiliki ongkos lagi, dan tinggal di tempat itu juga dia tidak memiliki apa-apa. Mereka perlu mendapat santunan yang layak dari setiap orang muslim.
Berbuat baik yang ke (8) adalah bersikap baik terhadap hamba sahaya atau budak-budak yang kita miliki. Karena pada saat sekarang ini perbudakan telah dihapuskan, maka pemahaman yang lebih luas adalah kita harus membantu dan berbuat baik pada para pembantu rumah tangga kita, berbuat baik kepada karyawan-karyawan kita terutama karyawan tingkat rendah. Terhadap budak saja, Islam mengajarkan agar kita berbuat baik dan menyantuni mereka, tidak boleh membebani mereka di luar kemampuannya, bahkan makanannya pun tidak boleh dibedakan antara tuan dan budaknya. Apalagi kepada pembantu rumah tangga kita dan karyawan kita, tentunya harus lebih baik dari itu.