Dr. KH. Zakky Mubarak, MA
Setiap orang muslim diarahkan agar saling menyayangi, karena kasih sayang itu merupakan bagian dari akhlak yang luhur. Ketika sikap kasih itu bersumber dari jiwa yang suci dan pribadi yang bersih, maka segala kebaikan yang dilakukannya didasari dengan keikhlasan.
Ia tidak mengharap balasan dari sesama manusia, hanya mengharap keridhaan dari Allah s.w.t.. Setiap orang yang hatinya bersih dan niatnya tulus, pasti akan memiliki sifat kasih sayang yang tinggi dan senang berkorban untuk mewujudkan kebaikan bagi sesama.
Dalam surat al-Balad dijelaskan bahwa jalan untuk kebajikan itu memerlukan pengorbanan yang berat, diibaratkan sebagai jalan yang mendaki dan sukar. Jalan mendaki dan sukar itu wujudnya adalah membebaskan perbudakan, memberikan bantuan kepada orang-orang kelaparan. Menyantuni anak yatim, dan membantu orang-orang miskin yang sangat membutuhkan. Mereka juga disebutkan sebagai orang-orang yang beriman dan saling berpesan tentang kesabaran dan saling mewujudkan kasih sayang.
Disebutkan dalam sabda Nabi s.a.w. bahwa Allah s.w.t. menyayangi orang-orang yang saling merajut kasih sayang. Orang-orang yang mengasihi sesamanya terhadap makhluk yang ada di bumi, maka akan mengasihi mereka yang ada di langit. Sebaliknya, mereka yang tidak menyayangi orang lain, maka tidak akan mendapatkan kasih sayang. Kasih sayang itu, walaupun hakikatnya berupa sikap yang lembut dan rasa belas kasih, sesungguhnya akan membentuk orang-orang yang sangat pemaaf.
Semua itu tidak semata-mata berada dalam perasaan hatinya, tapi terwujud dalam perilaku sehari-hari. Sebagian dari kasih sayang yang mewujud dalam kehidupan sehari-hari adalah memaafkan orang-orang yang berbuat kekeliruan. Mengampuni orang yang berbuat kesalahan, menolong orang yang susah, membantu mereka yang lemah, mengobati orang-orang yang sakit, dan menghibur orang yang dilanda kesedihan.
Berbagai jenis kasih sayang yang harus terwujud dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dicontohkan: Ketika Rasulullah s.a.w. mendatangi putranya yang masih kecil ke rumah Yusuf al-Qain, ia dikenal sebagai pengasuh Ibrahim bin Muhammad. Ibrahim putra Nabi s.a.w. masih sangat kecil, usianya kurang dari dua tahun. Kemudian Nabi memangku dan menciuminya. Ketika Ibrahim kecil itu wafat, Rasulullah menitikkan air mata. Abdurahman bin Auf bertanya: mengapa engkau menangis, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Wahai Ibnu Auf, itu adalah tanda rahmat dan kasih sayang. Kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya mata suka menangis dan hati suka sedih. Tetapi kita tidak boleh mengatakan sesuatu yang tidak diridhai oleh Allah.
Selanjutnya Nabi menyampaikan kalimat yang sangat mengharukan; “Sesungguhnya kami sangat sedih berpisah denganmu wahai Ibrahim”. Tangisan Rasulullah kepada putranya yang masih kecil itu ketika wafat, merupakan wujud dari kasih sayang yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam. Dalam keterangan lain disebutkan: Ada seorang wanita jalang yang melakukan perjalanan di padang pasir, kemudian ia kehabisan air dan merasa sangat haus.
Perempuan itu kemudian mencari sumur atau oase, kemudian ia menjumpainya, maka ia turun dalam sumur itu, kemudian meminum airnya sampai puas. Pada saat ia naik ke atas, ia menjumpai seekor anjing yang menjulurkan lidahnya sambil menjilat pasir karena merasa haus. Perempuan itu berkata dalam hati: “Kiranya anjing itu amat kehausan seperti aku tadi”. Kemudian perempuan itu turun kembali ke sumur tersebut dan menggunakan sepatunya untuk membawa air itu ke atas. Karena untuk naik agak susah, maka sepatu yang berisi air itu dipegang oleh mulutnya. Ia naik ke atas, kemudian air itu diberikan kepada anjing yang sedang kehausan. Allah s.w.t. mengampuni dosa-dosa perempuan itu dan masuk ke dalam syurga.
Sebaliknya, ketika ada seorang perempuan yang memasukkan seekor kucing ke dalam kamarnya, kemudian kamar itu dikunci rapat dan dia pergi meninggalkan kucing itu beberapa hari, sehingga mati kehausan dan kelaparan. Wanita ini masuk ke dalam neraka, karena menyiksa seekor kucing. Dua contoh tadi merupakan pelajaran sangat berharga bagi setiap orang. Mereka yang bersikap kasih sayang terhadap sesamanya bahkan kepada makhluk lain, akan mendapat rahmat dan ampunan dari Allah s.w.t.. Sebaliknya, orang-orang yang bersikap sadis, menyakiti sesamanya, termasuk menyakiti hewan, menjadi penghuni neraka.
Kasih sayang terhadap sesama secara luas digambarkan dalam hadits berikut:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.
Perumpamaan orang-orang beriman dalam saling mencintai, saling menyayangi, dan saling mengasihi adalah seperti satu tubuh; apabila salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam. (HR. Muslim, 1486).