Tingkatkan Kualitas Pembinaan, Pesantren Al-Hamidiyah Cetak Santri Unggulan

0

Risalah NU – Depok – Pendidikan dalam Pesantren memiliki banyak keunggulan diantaranya kemandirian, adab dan ilmu. Bahkan, saat ini sudah banyak para pemimpin dan pejabat tinggi negara yang sebelumnya memiliki dasar pendidikan dari Pesantren. Seperti yang dilakukan Yayasan Islam Al-Hamidiyah (YIA) Depok. Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia YIA Depok menyelenggarakan Best Practice Sharing. dengan tema “Berbagai Tantangan Menghadapi Santri”. Acara yang diselenggarakan Sumber Daya Insani (SDI) YIA ini menghadirkan narasumber Dra. Hj. Annie Lutfia (Psikolog Klinis YIA). Kegiatan yang diikuti oleh seluruh pembina putra dan putri Pesantren Al-Hamidiyah.

Annie menyatakan bahwa para santri kini adalah generasi Z, lahir antara 1996 sampai 2010, dan berusia 12 sampai 26 tahun. Sehingga potensi positif para santri di antaranya melek digital, adaptif, self awareness dengan segala tantangan yang dihadapi para pembina baik putra maupun putri. “Santri zaman now adalah strawberry generation, indah, eksotik namun lunak, mental lemah di dunia kerja, lari dari kesulitan, tak tahan ditekan, curhat di media sosial. Peran pembinaan di asrama sangatlah diperlukan untuk menanamkan karakter santri yang memiliki nilai Santri KITAB (Komunikatif, Inovatif, Terbuka, Argumentatif, dan Berintegritas) sehingga mereka ke depan jauh dari kategori strawberry generation,” jelas putri dari Alm. Prof. K.H. Saifuddin Zuhri ini seusai menjadi narasumber Best Practice Sharing dengan “tema “Berbagai Tantangan Menghadapi Santri”. Aula Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Hamidiyah, Rangkapan Jaya, Pancoran Mas.

Dirinya menganjurkan untuk mendidik santri ala Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA dengan cara pendekatan psikologi. Seperti pada usia 7-14 tahun dengan penanaman prinsip, disiplin, tanggungjawab dan usia 14-21 melalui pendekatan pertemanan serta diskusi guna mendidik menjadi dewasa.

Baca Juga :  Kunjungi PBNU, Dubes Turki Singgung Konflik Israel – Palestina

“Santri tingkat Madrasah Aliyah (MA) tidak senang berisik, bicara sedikit, mereka diajarkan musyawarah, bukan one way, mengajak, terbiasa memberikan usulan, problem solving. Sedangkan tingkat Madrasah Tsanawiyah (Mts) emosinya harus diarahkan, pembina harus lebih aktif berikan value positif dengan akhlak mulia,” ungkap Annie.

Hal senada diutarakan Kepala Divisi SDI YIH Wahyudi mengungkapkan bahwa pembina asrama merupakan ujung tombak pesantren. SDI akan memberikan perhatian lebih untuk kebaikan para santri di asrama pesantren. “Dengan pelatihan seperti ini harapannya dapat meningkatkan bekal pembinaan di asrama,”jelasnya.

Hal senada diutarakan Wakil Pengasuh Pembinaan Santri dan Peribadatan, K.H. Abdul Rasyid Marhaly, Lc. Dirinya mengajak kepada para pembina putra maupun putri untuk lebih menjiwai pembinaan bagi para santri di Pesantren Al-Hamidiyah. “Tentunya, kita berharap agar dalam pembinaan tersebut mampu mencetak santri yang beradab, berakhlakul karimah, dan menguasai ilmu agama serta Iptek,”harapnya.

Kegiatan ini dipandu oleh Ustadzah Qolbi, sesi sharing pembina diwakili Ustadz Abdul Mun’im Hasan dan Ustadz Rifa’i, dari putri Ustadzh Umi Hana dan Ustadzah Benna. Semua memaparkan pengalamannya saat menghadapi santri di asrama.

Kegiatan ini diikuti oleh seluruh pembina putra dan putri, Guru Bimbingan dan Konseling (BK) MA, M. Kiki Diantoro, Guru BK Mts, Maryamah dan Dwi. Acara ini ditutup dengan pembacaan doa oleh Wakil Pengasuh Pembinaan Bahasa dan Kajian Islam, K.H. Jauhari Sadji, Lc. (rls)

Leave A Reply

Your email address will not be published.