KESUNGGUHAN PUASA MAMPU SIKAPI HARI RAYA FITRI

123

 بسم الله الرحمن الرحيم

الله أكبرُ , ألله أكبرُ , ألله أكبرُ ,الله أكبرُ كبِيرًا , والحَمْدُ للهِ كثيرًا , وَسُبْحَان اللهِ بُكْرَةً وَأصِيلاً , لآ إله إلاالله وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْدَه , وَنَصَرَ عَبْدَه . وأعَزْ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَه , لاإله إلا اللهُ واللهُ أكبرُ, اللهُ أكبرُ وللهِ الْحمدُ .

Kekuasaan dan Keperkasaan Alloh SWT diunjukkan lagi pada kita dibulan suci Ramadhan ini sebagai bukti perhatian dan kasih sayang Alloh SWT tang selalu tercurahkan pada kita semua.

Al Imam al Arif billah Abu al Fadhli Yusuf at Tauzary dalam Qasidah al Munfarijahnya berkata:

وفوائدُ مولانا جُمَلٌ * لِشُروُحِ الأنْفُسِ وَالْمُهَجِ

“Hal-hal yang berguna dan bermanfaat pada anugerah Allah SWT sangatlah banyak (tidak terhitung), agar hati dan ruhaniyah (kita selalu) dalam pencerahan”.

AL Imam Ibnu Atho’illah as Sakandari pengarang kitab al Hikam, sebuah karya yang monumental menuturkan dalam kitab al Hikamnya :

[مَتى أعطَاكَأَشْهَدَكَ بِرَّه , وَمَتَى مَنَعَكَ أشْهَدَكَ قَهْرَهُ , فَهُوَ فِى كُلِّ ذَلِكَ مُتَعَرِّفٌ عَلَيكَ وَمُقْبِلٌ بِوُجُودِ لُطْفِهِ عَلَيْكَ]

“Suatu saat Allah SWT meng-anugerahi karunia kepadamu, maka itu bentuk Allah SWT menjadikan persaksianmu pada sifat Jamaliyyah-Nya (Seperti : Sifat  Jud, Karam, Ihsan, Luthfiyah dan lainya dari Jamaliyah Allah SWT), dan suatu saat Allah SWT mencegah(tidak memberi)mu karunia-Nya, maka itu (bentuk) Allah SWT menjadikan persaksianmu pada Sifat Qahriyah-Nya (Seperti : Sifat Jabarut, Kibriya’, Istighna’ dan lainnya dari sifat Jalaliyyah-Nya). Persaksian dua arah itu memperkenalkan Dzat-Nya padamu (Agar kamu mengenal-Nya) dan Allah SWT mengenalkan wujud sifat Luthfiyyah Kelembutan-Nya.

Disela-sela ujian, musibah masih tersisipkan Lutfiyyah Allah SWT sebagai petunjuk betapa melimpahnya anugerah Allah yang tak terhingga. Janganlah ujian ini menjadikan kita kehilangan arah sebagai tanda cacatnya keyakinan.

Al Imam Ibnu Athoíllah RA. dalam kitab al Hikam juga menyatakan :

[ من ظنَّ اِنْفِكَاكَ لُطْفِهِ عَنْ قَدَرِهِ فَذَاكَ لِقُصُورِ نَظَرِهِ]

“Siapapun yang berprasangka lepasnya (tiadanya) kelembutan dan kasih sayang Allah Taála dari Takdir-Nya, maka itu terjadi lantaran kerdil (cacat)nya daya fikirnya”.

Setiap Takdir Allah SWT pada makhluk-Nya walaupun terasa pahit, pasti masih tersisipkan Luthfiyah dan Rahmaniyyah-Nya. Ibarat malam yang gelap nan kelam masih ada bintang-bintang yang menyinari, makin malam, makin tampak jutaan bintang, dan malam yang makin kelam pertanda fajar  keceriaan segera menyingsing.

Allohu Akbar wa Lillaahil Hamd.

Hikmah terkandung dalam Iedil Fitri:

Bahwa dalam Sholat Iedil Fitri setelah muslimin dan muslimat menunaikan Ibadah Puasa Ramadlon ada beberapa hikmah yang harus kita aplikasikan dalam kehidupan baik sebagai pribadi, anak bangsa dan warga negara. Ada beberapa poin penting dalam Iedul Fitri :

  1. Puasa yang kita akhiri dengan Sholat Iedil Fitri ini faktor teragung adalah sebagai perekat pertautan hati para Muslimin khususnya. Muslim yang berada (sikaya) mau menyisihkan sebagian harta anugerah dari Allah SWT untuk saudaranya yang sedang diuji kesabarannya dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan, bahkan serba kekurangan(khususnyaujian menghadapi Covid-19), maka di hari Iedil Fitri ini sirnalah rasa dahaga , kelaparan dan kesedihan berganti keceriaan dalam kebersamaan antara si-kaya dan si-miskin.

Sirnanya kesedihan dan kepedihan hidup secara bersama-sama, lalu masing-masing saling menjulurkan tangan kasih-sayang, saling memaafkan, saat itu sudah tidak ada jarak, bahkan seakan-akan mereka semua seperti dilahirkan dari satu keluarga, satu ibu kandung, terjalinlah“ukhuwwah kebangsaan dan lainnya”. Maka dihari yang mubarok ini mereka telah meraih pahala puasa, pahala kedermawanan, pahala penyelamatan saudaranya yang lemah dari cengkeraman kefakiran dan suasana kebatinan kesedihan.

Diantara anak bangsa ada yang tidak pernah merasakan “kegembiraan” itu, dan tidak tahu cara meraih “kegembiraan”, yang belum pernah mereka alami sepanjang tahun atau lebih, lantaran himpitan hidup yang penuh kepedihan dan gelapnya masa depan.

Lalu datang tamu agung Ramadhan Mubarok berikut Hari Raya Iedul-Fitri sebagai penghantar kepergian Ramadhan Mubarok dengan diharamkannya puasa, disyari’atkannya berbuka untuk seluruh umat Islam agar kegembiraan dan keceriaan itu nyata dirasakan seluruh anak bangsa.

Haramnya puasa di hari nan fitri ini punya makna agung dan dalam guna menatap hari esok dalam bingkai kebersamaan. Kebersamaan menghadapi segala bentuk tantangan, rintangan baik internal maupun external, sebagai sosok bangsa yang terhormat. Sosok  yang mampu  menjaga nilai persaudaraan yang kokoh, yang memahami secara benar Firman Alloh SWT; sekaligus sosok kekuatan persatuan.:

{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُواْ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُواْ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ }[الحجرات:10]

“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.

{يا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ}[ الحجرات : 13]

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

  1. Kegembiraan dan keceriaan hari in, lantaran kita mampu menunaikan perintah puasa Ramadhan salah satu Rukun Islam atas Taufiq dan Hidayah Alloh SWT. Tanpa Taufiq dan Hidayah-Nya kita bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Laa haula walaa quwwata illaa billaahll ‘aliyyil ‘adziim.
  2. Keselamatan kita dihari Raya nan Fitri ini dari wabah pandemi kaum-kaum sebelum kita, yaitu ; Kufur Nikmat, Sombong, unjuk kekayaan, saling benci, saling dendam, konflik dan rivalitas .

Fitrah manusia yang semula suci-bersih mulai terkotori noda-noda kesombongan, kebodohan dan dosa. Akibatnya manusia lupa diri dan lupa Tuhan. Hadirnya tamu Agung bulan suci Ramadlon guna membersihkan noda dan dosa itu serta mengembalikan fitrawi manusia. Maka, sebuah kuwajiban menjaga keberlangsungannya.

Rasulullah telah mengurai macam-macam penyakit sebagai tantangan yang harus kita antisipasi dalam sabda beliau :

دَبَّ إليكم دَاءُ الأُمَمِ قَبلَكم , الحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ , هِيَ الْحَالِقَةُ , لا أقُولُ حالِقَةَ الشَّعَرِ , وَلَكِنْ حالِقَةَ الدِّيْنِ

“Telah menular pada kalian (pandemik) wabah umat sebelum kalian yaitu; dengki dan benci. dialah pemangkas! Aku tidak mengatakan : pemangkas rambut, tetapi pemangkas Agama!“. HR Imam Hakim dan Imam at Tirmidzi dari R Sahabat Zubair ibn al Awwam.

Ibroh ‘Iedul Fitri :

Al Kholifah al Adil Umar bin Abdil Aziz.RA dihari raya fitri menangis melihat sang putra tercinta Abdul Malik bin Abdil Aziz mengenakan pakian bekas nan sederhana. Sang putra melihat sang ayah yang sangat ia banggakan menangis dihari yang fitri seraya bertanya: “Gerangan apa yang menyebabkan ayahanda menangis?”.

Sang ayah yang penuh kasih itu menjawab : Aku mengkhawatirkan engkau anakku, dikala engkau mengenakan pakaian ini dan bermain-main dengan teman-temanmu lalu engkau bersedih hati. Sepontan putra kesayangan yaitu Abdul Malik menimpali : “Ayahanda! Yang akan bersedih hati dihari nan fitri ini adalah mereka yang durhaka kepada Tuhannya dan yang menyakiti kedua orang tuanya. Aku mengharapkan Alloh SWT meridloi aku lantaran ridlomu padaku ayah!. Maka dipeluklah sang putra kesayangan Kholifah seraya mendo’akannya.

Episode ini adalah sebuah semangat fitri dalam diri kedua beliau. Itulah nilai-nilai yang harus selalu menghiasi masa depan kita. Semangat persatuan, ukhuwah dan saling menghargai serta tolong menolong utamanya dalam suasana kebatinan anak bangsa menghadapi ujian Allah. SWT berupa Covid-19 yang meng-global. Buktikan tingkat keberhasilan tempaan Madrasah Ramadhan Mubarak ini sebagai yang terbaik yang mampu menghidangkan sebuah pencerahan ditengah kebingungan massal yang meng-global. dalam membangun bangsa menuju “BALDATUN THOYYIBATUN WA ROBBUN GHOFUR” .

تقبَّلَ اللهُ مِنَّا ومنكم, صِيَامَنا وَصِيَامَكم فِى شَهْرِ رَمَضَان الْمُبَارَك خُصُوصًا هذه السَّنَة, صِيامَ الصَّائِمِينَ, وقِيَامَنا وَقِيَامَكُمْ فِيهِ قِيَامَ القَائِمِينَ, وَنَبَّهَنَا فِيهِ عَنْ نَوْمَةِ الْغَافِلِينَ, وَوَفَّقَنَا فِيهِ لِقِرَآءَةِ آيَاتِكَ بِرَحْمَتِكَ يَا أرْحَمَ الرَّاحِمينَ. 

* KH. Miftachul Akhyar (Rais Aam PBNU)

Leave A Reply

Your email address will not be published.