Peran Eksistensi Agama Hadapi Masadepan, LP2M UIN Gelar Konferensi ICONIST

 

 

RISALAH NU – JAKARTA – Agama merupakan isu yang sangat penting selama manusia masih terus membicarakannya. Perihal tersebut disampaikan oleh Direktur Pendidikan Tinggi Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag dalam Konferensi Internasional Tentang Studi antar Agama, Sains dan Teknologi (ICONIST) yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta di Discovery Hotel, Ancol, Jakarta, Senin, (6/11/2023).

 

Bertemakan “Navigating Relevance of Religion Across the Issues of Environment, Renewable Technology, AI and Social Inclusion”.

 

Zainul Hamdi menjelaskan bahwa dewasa ini, agama tak hanya mempertanyakan aturan-aturannya, namun meliputi eksistensinya.

 

“Setidaknya ada dua pertanyaan tentang agama saat kita membutuhkan agama dalam hidup kita. Apakah agama memiliki nilai positif dalam membimbing kita menghadapi masa depan,” ujarnya.

 

Pasca perang dunia kedua, lanjut Hamdi, para Sosiolog dan Ilmuwan mempercayai bahwa agama memasuki titik akhir. Pasalnya Agama dinilai tidak lagi memiliki aturan penting dalam membimbing dan mengatur hidup manusia dalam menghadapi masa depan.

 

“Namun hingga saat ini, kita melihat bahwa agama masih mengesampingkan hampir seluruh aspek kehidupan kita, baik pendidikan, politik, budaya, dan sains,” terangnya.

 

Ia mengapresiasi terselenggaranya forum tersebut, sebab ia menilai bahwa forum semacam ini sangat penting untuk diselenggarakan.

 

“Konferensi ini akan mendorong kita untuk mengeksplorasi banyak bidang kehidupan kita di mana agama adalah aspek yang paling penting di dalamnya,” pungkasnya.

 

Di sisi lain, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ulil Abshar Abdalla mengatakan bahwa di Indonesia khususnya, peran agama di masyarakat tidak pernah mengalami penurunan. Hal tersebut ditandai dengan menguatnya institusi dan simbol keagamaan di tubuh masyarakat.

 

“Dengan kata lain, agama selalu penting bagi masyarakat Indonesia, apapun latar belakang agama dan keyakinannya,” ungkapnya.

 

Dirinya menampik pendapat beberapa pakar yang kerap mempertanyakan peran dan relevansi agama di masyarakat hari ini.

 

“Melainkan bagaimana dan sejauh mana agama memberikan pengaruhnya,” katanya.

 

Meski muncul kekhawatiran bahwa agama akan disalahgunakan untuk memobilisasi suara electoral dengan cara yang membahayakan tatanan sosial masyarakat Indonesia atau yang lebih dikenal dengan sebutan politik identitas, namun ia menilai keadaan tersebut tetap tidak mampu mengesampingkan agama dari kehidupan publik masyarakat.

 

“Inilah tantangan sarjana Indonesia saat ini bagaimana menjadikan agama penting secara produktif dan konstruktif,” terangnya.

 

Di NU sendiri, Ulil menjelaskan bahwa sejak tahun 90an, NU telah memulai proyek intelektual yang ia sebut “rekontekstualisasi tradisi Islam”.

 

“Yang kami maksud dengan ini adalah upaya intelektual berdasarkan tradisi klasik Islam untuk menafsirkan dan memikirkan kembali warisan intelektual Islam atau “turath” dalam konteks realitas sosial baru,” ujarnya.

 

Ia pun mengungkapkan bahwa salah satu permasalahan terbesar umat Islam saat ini justru terletak pada kemauan dan kemampuan dalam menjalankan “i’adat al-qira’ah”.

 

“Membaca kembali “turath” Islam dengan cara yang dapat merespon secara produktif terhadap perkembangan zaman modern,” katanya.

 

Kondisi tersebut merupakan tantangan bagi cendekiawan muslim hari ini bagaimana mengisi kesenjangan ini dengan pemahaman baru.

 

“Para ulama di lingkungan Nahdlatul Ulama telah memulai proyek ini untuk merumuskan “istinbath” atau pemahaman baru. Kami meluncurkan apa yang kami sebut proyek “halaqah fikil-peradaban” dengan visi mengisi kesenjangan antara “turath” tekstual kami dengan realitas baru,” terangnya.

 

ICONIST (Konferensi Internasional tentang Studi Antar Agama, Sains dan Teknologi) merupakan forum internasional yang disegani para sarjana dan profesional yang bertujuan untuk mendiskusikan kemajuan dan tantangan yang dihadapi oleh dunia Islam terkini. Konferensi yang diprakarsai pada tahun 2018 oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini dimaksudkan untuk menjadi forum diskusi untuk menyebarluaskan penelitian dan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang kajian Islam, informasi. teknologi, ilmu alam dan sosial, dan humaniora.

 

Tahun ini LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berkesempatan berkolaborasi dengan Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Lakpesdam PBNU (Pengurus Pusat Nahdlatul Ulama), MAARIF Institute dan El Bukhori Institute.

 

Melalui LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ICONIST mengundang para dosen, pakar, pemerhati, peneliti, aktivis dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia untuk berpartisipasi aktif mendiskusikan isu-isu penting dan penelitian serta gagasan terkini tentang agama, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi secara inklusif. dan dunia yang berkelanjutan. (yudo)

 

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.