Seabad Media NU; Pembelaan Terhadap Palestina

0

Berikut kami turunkan tulisan dalam majalah Berita Nahdlatoel ‘Oelama edisi nomor 10 tahun kelima 21 Muharram atau 15 Maret 1939. Tulisan berjudul ‘Conferentie Medja Boender di London’ itu, koleksi Pepustakaan PBNU. (Redaksi)

Soal Palestina bagi lnggris dan dunia sulit, berhubung dengan perjanjian Inggris pada kedua belah pihak yang bertentangan kepentingannya, yaitu Arab dan Yahudi.

Soal yang sudah memakan beberapa banyak korban sejak (tahun) 1920 sampai sekarang. Dalam pada itue belum juga ada bayangannya berhenti, sangat menghebohkan Inggris, terutama di dalam masa dunia internasionaal sekarang keruh dan terutama pula pemerintahan Inggris dibawah pimpinannja premier (Perdana menteri) Chamberlain, yang terkenal juru damai itu.
Sudah beberapa kali urusan itu diselesaikan, tapi tidak dicegah didapatkannja penyelesaian selesai, maka Inggris berpendapat lebih utama soal itu dibawa ke Konferensi Meja Bundar, dalam mana kedua pihak (Arab dan Yahudi) bermusyawarah tentang penyelesaian itu: Di persebabkan, oleh karena soal Palestina (menurut pembicaraan Inggris kepada Syarief/penguasa Makkah dahulu) itu soal dunia Arab. Maka di dalam permusyawaratan itu harus pula di kunjungi oleh keradjaan Arab. lagi pula Inggris mengharapkan dari pihak kerejaan Arab itu menengahi dua pihak yang bertikai, tercetama dari Kerajaan Sjirqıl-Urdun (Yordania Timur) yang terkenal pro Inggris itu.
Begitulah, maka Inggris mengundang kedua pihak dan kerajaan Arab untuk menyelesaikan soal Palestina di dalam konferensi meja bundar di London, jang mana undangan itu diterima baik, juga pun oleh pihaknya kaum Mujahidin.
Havas (Kantor Berita Prancis edisi 18/1/39) mengawatkan bahwa utusan-utusan kerajaan Arab dan utusannya kaum Mujahidin sudah berhimpun di Mesir macam mufakat pendirian mereka dalam konferensi tersebut.
Menurut kawat itu, mereka telah kata semufakat:
1. Stop perpindahan Yahudi ke Palestina.
2. Berikan hak berdiri sendiri otonomi kepada Palestina.
3. Kemandatan Palestina oleh Inggris harus dibatasi sampai lima tahun lagi.
4. Dan bikin verdrag (pejanjian resmi) antara Palestian dan Inggris menurut modelnya Inggris Iraq.
Utusan-utusan itu adalah Kerajaan Mesir diwakili Abdul Mun’im, Muhammad Ali Mahir Basya (Chef Kabinet Kerajaan Mesir), dan Nasyaat Basya (Duta Besar Mesir untuk Inggris). Kerajan Yordania diwakili Putera Mahkota Saiful Islam dan kawan-kawannya. Kerajaan Arab Saudi diwakili Amir Faisal (Raja Muda di Mekah) dan kawan-kawannya.
Kerajaan Irak diwakili Tawfiq Assuaydi (ex minister luar negeri) dan kawan-kawannya. Kerajaan Syirqil Urdun diwakil Tawfik Basya Abulhuda (president minister). Kaum Mujahidin Palestina diwakili Husein Al-Khalidi (ex burgermester (walikota) Jerussalem), Musa Alimi dan Jamal Al-Husaini (kemenakan mufti besar palestina), Izzatunnus dan Fuad Seba George mewakili kelompok Kristen yang ikut Mujahidin, dan Auni Abdul Hadi.
Sedang orang Palestina yang oleh kaum Mujahidin dianggap pengkhianat negeri (Reuter 6/2/39) akan diwakili oleh datuknya bernama Fakhri Nusaisibi (ini orang selalu memusuhi Mufti Besar Amin Al-Husaini). Dan kaum Yahudi diwakili Hertzog (pendeta besar di Palestina), Sefardisch (pendeta besar di Tel Aviv), Ovziel, Ben Levi (pemimpin kaum buruh), Berli Katznelson, dan prwakilan Yahudi sebaran (diaspora) Soprasky, Mansensohn dan Dr. Weizman (pemimpin Yahudi International).
Pada hari Selasa (7/2/39) konferensi ini sudah dibuka oleh Presiden Minister Chamberlain yang mana pidatonya disambut Amir Abdul Mun’im dan Amir Saiful Islam. Kata pembukaan memberikan harapan barang sekedarnya, dalam mana beliau mengatakan:
“Politik saya adalah politik damai saja, buat mengekalkan perdamaian ialah dengan jalan mengadakan keakuran, dan tindakan jang perlu pertama kalinja dengan mengadakan perhubungan persoonlijk (pribadi). Lagi pula adalah mendjadi kewajibannya seorang pembesar pemerintah jikalau menghadapi suatu perkara yang kıranya akan menerbitkan bentrokan antara dua bangsa harus lantas mengadakan keakuran berdasar atas peri keadilan. Inilah adanya kewajiban yang kita hadapi, yang mana tidak bisa disangkal sukar dan sulitnja, akan tetapi bukannya tidak bisa dibereskan dengan menggunakan kita punya tenaga yang bersatu.” (Reuter 7/2-139).
Sungguh pun besar harapan kita akan berhasilnya konferensi itu, terutama apabila kita tilık dari kata pembukaannya itu President-Minister Kerajaan Inggris, yang di dalam suasana politik memang suka damai, akan tetapi apa yang mengherankan kita adalah kawat Transocean (30/1-39) dalam mana ia beritakan, bahwa tiap hari ada sepuluh pesawat terbang pelempar bom (bombers) Inggris melewati Mesir dalam perjalanan ke Palestina, hingga jumlahnya bombers Inggris di Timur Dekat sekarang ada 130 buah, sedang kapal pengangkut tentara sudah pula memberangkatkan 3000 tentara Inggris ke Palestina.
Padahal tentara Inggris yang sudah di Palestina ada 18.000 serdadu, 6.000 polisi militer, dus sama sekali 27.000. Ini jumlah tentu saja melebihi kekuatan yang perlu bagi Palestina. Maka apakah maksudnja? dan apa pula perlunya persiapan begini besar, sedang di London tengah orang berembuk akan menjelesaikannya?
Kita bermohon ke hadirat Ilahi dan tiap orang Islam patut bermohon mudah-mudahan dan semoga Konferensi di atas itu berhasil memuaskan umat Islam dan bencana umat dihindarkannya. Amin

Baca Juga :  Kejujuran dalam Kepemimpinan

Kelapangan Dada Inggris.
Tadi malam (Sabtu 11/2-39) jam 1.30 (tengah malam) saya mendengarkan radio jang disarkan dari London dalam bahasa Arab, jang mana beberapa malam ini sengaja kita perlukan mendengarkannya berhubung dengan verslag (laporan) konferensi meja bundar urusan Palestina di London itu.
Yang tadi malam sangat mentakjubkan di situ pidato Jamal Al-Husayni (utusan dan wakil Mudjahidin Palestina) disiarkan dengan komplet, suatu pidato yang luar biasa tajamnya ujung pedang yang ditikamkan atas dadanya Inggris. (*

Leave A Reply

Your email address will not be published.